jadi apa bang bunyi zikir nya mohon aban tuliskan kalau bisa bang terimakasih

Dzikir nya : Ayat 1_3 tambah.Ayat Qursyi . Tambah juga : Subhanalloh wabihamdihi . 100x . Di wiridzkan waktu subuh dan ashar . Sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam .

MashaaAllah terima kasih sahabat kerana permudahkan..Alhamdulillah

@@Suhaimi-qc3ue Dzikir Subhanallohi wabihamdihi . Itu QS srt Toha . Dan di hadis dua kata amalan ringan tapi berat pahalanya di alam Mizan . Rosululloh Saw biasa dzikir.70x atw 100x . Kita baca : Subhanallohi. Wabihamdihi . 100x . Tiap subuh dan ashar , juga sebagai penarik Ridzki , kita baca secara terus menerus , Istiqomah .

@@rukudinrahmat6536 terima kasih banyak yaa sahabat..

Zbbbbbbbbbbbbbbbbobbbbbbbbbbbbbsbsfbspp0.

Mengikuti seorang ulama atau tokoh agama dalam hal-hal tertentu, termasuk meninggalkan kalimat istighfar (permohonan ampunan kepada Allah dengan mengucapkan "Astaghfirullah"), harus dipertimbangkan dengan hati-hati berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Berikut adalah beberapa poin penting terkait hal ini: 1. **Konsistensi dengan Sunnah dan Al-Quran**: Istighfar adalah amalan yang dianjurkan dalam banyak hadis dan ayat Al-Quran. Nabi Muhammad SAW sendiri sering beristighfar, dan ini menjadi contoh bagi umatnya. Meninggalkan istighfar tanpa alasan yang jelas dan sah menurut syariat dapat dianggap sebagai meninggalkan salah satu sunnah yang penting. 2. **Penjelasan dan Niat Ulama**: Penting untuk memahami alasan mengapa seorang ulama meninggalkan istighfar. Apakah ada konteks atau kondisi tertentu yang mendasari keputusan tersebut? Apakah hal tersebut didasarkan pada ijtihad atau interpretasi tertentu? Mengkaji niat dan penjelasan di balik tindakan tersebut bisa memberikan wawasan lebih lanjut. 3. **Pengaruh dan Dampak**: Mengikuti ulama yang meninggalkan istighfar bisa berdampak pada amalan pribadi dan komunitas. Jika tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang mapan dan dapat menimbulkan kebingungan atau keraguan di kalangan umat, maka lebih bijaksana untuk tidak mengikutinya. 4. **Kepatuhan pada Ulama yang Kompeten**: Islam menganjurkan untuk mengikuti ulama yang memiliki ilmu yang mendalam dan dapat dipercaya. Jika ulama tersebut telah dikenal luas atas keilmuannya dan kontribusinya pada umat Islam, maka pendapat dan tindakannya bisa dipertimbangkan, namun tetap dengan kritis dan bijaksana. Secara umum, jika ada ulama yang meninggalkan istighfar tanpa alasan yang syar'i dan bertentangan dengan ajaran Islam yang telah mapan, lebih baik tidak mengikutinya dalam hal ini. Selalu rujuk kepada ajaran Al-Quran dan sunnah, serta konsultasikan dengan ulama lain yang kompeten untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas dan komprehensif.

. T⁰00⁰0⁰⁰

Mengikuti seorang ulama atau tokoh agama dalam hal-hal tertentu, termasuk meninggalkan kalimat istighfar (permohonan ampunan kepada Allah dengan mengucapkan "Astaghfirullah"), harus dipertimbangkan dengan hati-hati berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Berikut adalah beberapa poin penting terkait hal ini: 1. **Konsistensi dengan Sunnah dan Al-Quran**: Istighfar adalah amalan yang dianjurkan dalam banyak hadis dan ayat Al-Quran. Nabi Muhammad SAW sendiri sering beristighfar, dan ini menjadi contoh bagi umatnya. Meninggalkan istighfar tanpa alasan yang jelas dan sah menurut syariat dapat dianggap sebagai meninggalkan salah satu sunnah yang penting. 2. **Penjelasan dan Niat Ulama**: Penting untuk memahami alasan mengapa seorang ulama meninggalkan istighfar. Apakah ada konteks atau kondisi tertentu yang mendasari keputusan tersebut? Apakah hal tersebut didasarkan pada ijtihad atau interpretasi tertentu? Mengkaji niat dan penjelasan di balik tindakan tersebut bisa memberikan wawasan lebih lanjut. 3. **Pengaruh dan Dampak**: Mengikuti ulama yang meninggalkan istighfar bisa berdampak pada amalan pribadi dan komunitas. Jika tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang mapan dan dapat menimbulkan kebingungan atau keraguan di kalangan umat, maka lebih bijaksana untuk tidak mengikutinya. 4. **Kepatuhan pada Ulama yang Kompeten**: Islam menganjurkan untuk mengikuti ulama yang memiliki ilmu yang mendalam dan dapat dipercaya. Jika ulama tersebut telah dikenal luas atas keilmuannya dan kontribusinya pada umat Islam, maka pendapat dan tindakannya bisa dipertimbangkan, namun tetap dengan kritis dan bijaksana. Secara umum, jika ada ulama yang meninggalkan istighfar tanpa alasan yang syar'i dan bertentangan dengan ajaran Islam yang telah mapan, lebih baik tidak mengikutinya dalam hal ini. Selalu rujuk kepada ajaran Al-Quran dan sunnah, serta konsultasikan dengan ulama lain yang kompeten untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas dan komprehensif.

Surat apa ini namanya ?