No video

Editorial Media Indonesia - Sentakan Bom Wihara - 6 Agustus 2013

  Рет қаралды 451

StasiunTV

StasiunTV

11 жыл бұрын

SETIAP bom meledak di ruang publik, saban itu pula kita selalu tersentak. Kita lalu sama-sama bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya, mengapa teror tidak kunjung habis?
Begitulah, bom selalu meninggalkan jejak pertanyaan dan kekagetan. Tidak peduli apakah bom tersebut berdaya ledak tinggi atau rendah.
Itu pula yang terjadi ketika kita menyaksikan bom meledak di Wihara Ekayana, Jalan Mangga, Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat, Minggu (4/8). Ada dua ledakan pada malam itu, satu di belakang dan satu ledakan di depan.
Tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu. Tiga orang dilaporkan terluka. Akan tetapi, teror tetaplah teror. Ia akan memantik ketakutan dan keresahan.
Ia menjajal tingkat kewaspadaan kita, apakah masih tinggi ataukah sudah kian longgar. Teror tersebut sekaligus untuk unjuk diri dengan kalimat ringkas, 'kami masih eksis'.
Karena hendak menguji lapangan, sasaran ledakan pun kerap dibuat acak dan cenderung mencari sasaran baru. Apa yang terjadi di Wihara Ekayana menunjukkan hal itu.
Sebelumnya, teror bom kerap dialamatkan ke gereja, mal, kantor, dan pos-pos polisi, serta kantor kedutaan besar negara sahabat. Dengan terjadinya ledakan di Ekayana, itu berarti wihara pun kini menjadi sasaran baru.
Muncul spekulasi bahwa pilihan wihara sebagai sasaran bom itu terkait dengan kasus etnik Rohingya di Myanmar. Itu setidaknya, jika benar, terlihat dari pesan yang ditulis di secarik kertas oleh orang yang diduga pelaku peledakan. Pesan itu berbunyi 'Kami menjawab jeritan Rohingya'.
Jika benar pesan itu memang terkait dengan ledakan, hal tersebut kian menegaskan bahwa musabab mengapa pelaku menebar teror tak berubah. Mereka menjadikan isu global yang terjadi di belahan negara lain sebagai pembenar untuk melakukan perusakan di negeri sendiri.
Amat mungkin itu terjadi karena para peneror merasa bahwa pengawasan dan tindakan pemerintah masih longgar. Lebih-lebih ketika konsentrasi aparat
tersedot untuk urusan tradisi tahunan, yakni mudik Lebaran.
Bom wihara juga kian menegaskan bahwa program deradikalisasi ideologi yang sejauh ini dilakukan belum mampu memutus mata rantai regenerasi teroris.
Ibarat adu lari, program deradikalisasi jauh kalah cepat jika dibandingkan dengan pemasaran ide-ide teror.
Karena itu, sebagaimana perang melawan korupsi, perang melawan teror tidak boleh dilakukan secara business as usual. Jangan pernah berpikir bahwa teror sudah benar-benar pupus setelah sejumlah pentolan teroris ditangkap atau dieksekusi mati.
Perang melawan teror akan menjadi perang sepanjang waktu jika kita gagal menemukan cara jitu mengakhiri motif orang menebar teror.

Пікірлер: 1
@baroenwoenk9236
@baroenwoenk9236 11 жыл бұрын
Knp di sa.at jokowi dan ahok mulai jadi idola.banyak jg kejadian yg berakibat huru hara... Pertama dg naiknya bbm. Kedua dg ledakan bom.. Knp mereka gak ingin di pimpin orang yg benar... Dan saya yakin usaha mereka akan gagal tuk mjatuhkan wibawa pak jokowi
Airlangga Mundur, Golkar Kendaraan Baru Jokowi?
13:00
METRO TV
Рет қаралды 123 М.
Викторина от МАМЫ 🆘 | WICSUR #shorts
00:58
Бискас
Рет қаралды 6 МЛН
No empty
00:35
Mamasoboliha
Рет қаралды 12 МЛН
12 Desember 2023
1:31
DaniPow chanel
Рет қаралды 13 М.
Soal Jawab Iran Khianat
15:07
ZRA Strim
Рет қаралды 270 М.
Tom Swarbrick’s takedown of ‘racist’ rioter | LBC
10:13
DOA dan Takbiran  jefri albuhari
4:14
A. M. Luthfi Parewangi
Рет қаралды 39 М.