Рет қаралды 121,481
Jengkol merupakan salah satu makanan yang disukai dan tidak disukai oleh beberapa orang, serta memiliki teknik dalam memasaknya. Di daerah Bogor bagian Tengah, terdapat satu kawasan yang disebut kampung Jengkol. Kampung tersebut berada di daerah Babakan Pasar, kampung tersebut bernama Kampung Kebon Jukut. Di kampung ini, terdapat banyak warga yang berprofesi sebagai pembuat Emping Jengkol. Salah satunya adalah Ibu Nyai.
Buat kalian yang pernah makan emping jengkol di daerah Bogor. Di kampung inilah emping jengkol tersebut dibuat, emping jengkol khas Bogor. Cara membuat emping jengkol ini juga tidak mudah. Dengan menggunakan jengkol yang telah direbus, jengkol tersebut kemudian di tumbuk diatas batu besar hingga bentuknya menjadi pipih. Menumbuknya pun tidak selalu ditumbuk ditengah bagian jengkol. Akan tetapi, ditumbuk secara memutar di daerah pinggir jengkol agar didapatkan hasil emping jengkol yang merata.
Jengkol yang digunakan juga bukan jengkol sembarangan. Agar hasil emping jengkol sempurna, Ibu Nyai menggunakan jengkol yang tua. Ibu Nyai menggunakan jengkol yang tua dikarenakan daging jengkol tua lebih alot, dibandingkan dengan daging jengkol muda, yang ketika ditumbuk akan pecah. Ketika jengkol sudah selesai ditumbuk, jengkol diangkat menggunakan tangkai bambu secara cepat agar bentuknya tidak hancur, kemudianeng direbahkan diatas anyaman bambu. Emping jengkol yang sudah direbahkan diatas anyaman bambu, kemudian dijemur kurang lebih dua sampai tiga jam.
Ibu-ibu Kebon Jukut biasa membeli Jengkol di Tengkulak yang berdagang di Daerah Sukasari, Bogor Timur. Setiap hari, kurang lebih 10 ton jengkol di datangkan dari berbagai daerah di Indonesia. Jengkol-jengkol tersebut kemudian didistribusikan ke seluruh pasar yang ada di Bogor dan sekitarnya. Ibu Nyai telah membuat emping jengkol dari tahun 1970, ia meneruskan warisan orang tua untuk membantu perekonomian keluarga. Ketika musim jengkol tiba, Ibu Nyai dapat menghabiskan 100kg jengkol setiap bulannya. Jika harga jengkol sedang naik tajam, Ibu Nyai lebih memilih untuk tidak memproduksi emping jengkol dan memilih untuk menjual jasa urut bayi.