waktu kuliah saya sempat dapat dosen yang lama jadi dosen di US, itu baru hari pertama kelas dia dah ngasih tau rule nya bahwa gaada itu cium tangan-cium tangan yg menurut dia egaliter, dia bilang murid dan guru itu setara dan sama-sama belajar bareng bukannya yg satu cuman nyuapin dan yg satu lagi disuapin. Jujur saat itu saya kaget karena counter culture dari jaman sd, smp, dan sma dimana dah bebusa didoktrin bahwa guru tingkat kesakralannya 11-12 sama ortu. Tapi saat saya tahu dia tuh ngajarnya bener2 akrab sama siswa, bisa ditanya kapanpun, bahkan buat kelulusan aja dia ngelawan rule kampus -- yg jago praktik boleh bikin alat tertentu dan yg jago teori boleh ujian tertulis. Itu disitu tiap mahasiswa bener-bener respect sama dia tanpa disuruh respect.

Saya guru dan sebagai pelatih teater juga di sekolah, suatu waktu saya membuat pertunjukan bersama siswa saya yg isi nya mengkritisi sistem pendidikan. Tak lama kemudian saya dipanggil kepsek dan video tampilan bersama anak teater yg di up ke youtube pun akhirnya di takedown dengan dalih alasan garapan yg saya buat tidak pantas dan tidak cocok untuk ditampilkan di sekolah. Sungguh miris tapi itu realita yg dialami 😂

Saya mantan guru (pensiunan). Kritikan/masukan yg disampaikan oleh Guru Gembul itu memang benar untuk perbaikan guru/ profesi guru yg lebih baik sesuai tuntutan jaman. Minimal tidak ada lagi guru yg otoriter, kiler, dan menganggap siswa sebagai objek. Memang guru guru di kita Indonesia banyak kekurangannya silahkan introfeksi diri. Terimakasih Pa Guru Gembul masukannya/ kritikannya yg bermanfaat ini. Semoga Pa GG sehat selalu dan terus berkaya untuk kemajuan bangsa ini... Aamiin.

Mestinya ada standarisasi guru. Boleh saja naikin gaji guru saja tapi harus diimbangi peningkatan kualitas guru.

asli keren pak guru gembul ini, saya mantan guru dan anda sudah mewakili saya yg sudah nyerah liat kepalsuan di tempat kerja saya dulu

FUNFACT : Dulu para murid yang sangat membutuhkan kehadiran guru di tempat belajar. Sekarang para guru yang sangat membutuhkan kehadiran murid di tempat belajar. Dulu orang belajar supaya jadi "pintar". Sekarang orang belajar supaya dapat "gelar".

Guru-guru luar biasa, saya alami saat masa SMA (Th. 2003-2006). Guru junior-senior yang sangat berbaur dengan murid-murid nya. Guru yang mendukung langsung segala kegiatan murid-murid nya. Rela ikut begadang menginap di sekolah saat Kami kelas 3 mengadakan doa bersama (sholat tahajud) dan akan melaksanakan UAN saat itu. Guru-guru yang tidak terikat dengan buku teks pelajaran, tapi bikin murid-muridnya mengeksplorasi dan rela belajar mandiri semua tema di buku dengan banyak referensi bacaan tambahan, tanpa beban nilai ulangan minimal (kalau sekarang sejenis KKM). Rela jadi tempat curhat murid-murid nya saat sedang kumpul nongkrong di basecamp (baca: bimbel kecil2an buatan sebagian para guru tsb). Yang dampak hebatnya, karena pola OSPEK kami di kelas 1 SMA saat itu, hampir semua siswa seangkatan saling kenal dan berhubungan baik sampai sekarang ! (+- 20 th yll). Salam hormat buat Guru-Guru saya tersebut ! Salim ...

Kebetulan saya guru Seni Budaya. Ga spt guru2 fisika, kimia, mat, biologi, yg sll dpt perhatian & bs dijual. Hal itu yg bikin saya terus berusaha membuktikan pentingnya seni bagi kehidupan. Meskipun sulit. Bahkan seni bs mjd terapi bagi insecure anak2 jaman now

Sangat benar kang Gembul, saya kebetulan punya 3 grup WA yang anggotanya guru2 dari SD sd Univ. Isi chatnya hal2 yang remeh. Ketika ada anggota yang memposting pengetahuan, semua mereka tak tertarik, tapi kalau bicara tentang hal2 hedon responnya sangat luar biasa, apalagi kalau bicara tentang ultah, menyesali hari tua, dan kegelapan pensiun. Pantas generasi Indo loyo.

Masih inget dikepala gw yg udah tuwir ini, pengalaman sama guru 1. Nilai seni rupa gw, hasil karya sendiri, dikomentari "mending digambarin" 2. Sempet dibully disekolah, tapi gak digubris sama guru. Sampe akhirnya berani bawa golok ke sekolah, baru guru-guru itu pada takut, dikumpulin ruang bk bareng ortu gw sama yg bully, suruh damai wkwwkw 3. Adek dibully juga disekolah (beda sekolah), guru bilang cuma bercanda. Sampe adek berani ngebalikin meja di kelas + Emak dateng ngomel2 ke para guru sampe geprak meja, baru pada manggil polisi buat ngancem yg bully wkwkwkw Indahnya pendidikan di Indonesia

orang baik, orang pinter, orang bijak pasti akan bny musuh nya...jng kendor untuk mencerdaskan bangsa pak guru gembul

refleksi yang mendalam bàgi parà guru, karena pujian itu tidàk perlu diraih, ketulusan kita dàlam bekerja itu lebih penting. 🙏

1. Saat SD (Negeri), saya diajarkan bahwa ortu adalah wakil TUHAN di dunia, dimana guru adalah ortu di sekolah. Membantah ortu/guru meski dgn alasan logis/kuat tetap DURHAKA kekal di NERAKA. 2. Sering terjadi kasus bullying oleh guru, kepada teman saya yg nonis / akademis rendah. Tidak ada yg berani melawan, krn kami hanya bocah yg takut menjadi DURHAKA. Selalu muncul kalimat pembelaan dari orang dewasa lain : "Biar bagaimanapun, dia tetap guru/ortumu". 3. Contoh : ada guru AGAMA yg menuduh siswa (nonis) mencuri uang koperasi tanpa bukti konkret, kemudian uang siswa itu dirampas sbg ganti rugi. 4. Contoh lain saat SMP (Negeri), ada guru AGAMA yg selalu melakukan pel3c3han LIVE di kelas, dgn meremas p4yud4r4 teman siswi saya. Namun kembali ke poin 2 (di atas). 🙏🙏

Saya pernah punya guru yang sangat luar biasa nama pak thanir noor beliau guru SKI (Sejarah kebudayaan islam). Beliau sangat luar biasa karna mau dan tidak keberatan untuk mendengar curhatan murid. Bahkan di saat saya dan beberapa teman di izinkan tinggal di sekolah krna dari rumah ke sekolah sangat jauh beliau yang minta izin ke kepala sekolah dan ketua yayasan untuk kami tinggal di sana. Bahkan beliau menemani kami di sana memberikan kami makan pagi siang dan malam hari sampai beberapa bulan kami di sekolah. Padahal kami tau beliau pun masih blom berkecukupan untuk menafkahi anak dan istrinya. Bahkan setiap beliau menerima upah beliau kadang memberi kami uang jajan Terimakasih buat pak thanir noor anda sangat luar biasa pak ❤❤❤

Pak guru, saya seorang siswa di sebuah sekolah, sebagai ketua OSIS saya diberikan waktu untuk memberikan amanat saat upacara, lalu saya bacakan pidato dari Nadiem Makarim dan saya juga membacakan puisi "sajak palsu", namun tetapi saya langsung dipanggil oleh staff TU sambil marah-marah yang mungkin merasa tersinggung oleh puisi yang saya bacakan, untungnya saya ditahan oleh guru-guru yang memang baik, namun sepertinya dari jajaran staff TU dan juga petinggi sekolah sudah tidak menyukai saya, tetapi dari guru-guru yang memang mengajar tetap mendukung saya menegakkan kebenaran. Saya merasa terancam pak guru, mohon berikan saya saran harus berbuat apa, karna jujur saya juga takut pak guru

Saya bukan seorang guru, tapi saya tersentuh oleh puisi ini... jadi saya punya tanggung jawab moral utk berbagi video ini di medsos. 🙏Terimakasih guru sejati.

Terima kasih atas berbagai saran dan masukannya Pak Guru Gembul. Sebagai seorang guru SMK saya banyak belajar dari beberapa video Pak Guru Gembul. Alhamdulillah banyak manfaatnya dan menginspirasi. BarokALLOH 🙂

Saya sekolah selalu mendapatkan nilai yg jelek, karna suka nyoret buku dan tidak mencatat pelajaran dan sering di cuekin guru, alhasil sekrang saya berprofesi sebagai arsitek dan membantu mengerjakan pembangunan sekolah di daerah desa yg sulit di jangkau kendaraan 😊

Sangat setuju 👍 Guru2 sekarang harus jd pelopor siap dikritik Yg lebih penting lg , harus obyektif dlm penilaian !!!..

Sbrnya masalahnya simple. Ga gampang buat kita smua ikut peraturan dan jadi idealis. Sya suka channel guru gembul. Tp penjelasany terllu rumit.

Bu Nur Syamsiyah, Guru bhs inggris dan pernah jd walikelas saya di SMPN 1 jogoroto di tahun 2003-2006... kalau anda baca komen saya... saya ingin mengucapkan terimakasih buanyak dan mendoakan kebaikan buat Ibu Nur Syamsiyah... selama saya sekolah, beliau yg paling berkesan kesabarannya dan keibuannya bagi saya.😊

Manusia memang haus pujian dan alergi kritik, itu sudah ketetapan alam semesta. "Guru" hanyalah sebuah profesi, mata pencaharian. Yang harus dikritisi tidak hanya profesi guru tetapi kita semua, "manusia", termasuk diri saya.

Sbg orang sunda saya bangga ada orang sunda spt pak guru gembul. Ayo pak guru maju terus berikan pencerahan2 pada bangsa ini

Yang asli hanyalah kematian. Semua yang berbau kehidupan adalah palsu sebab itu semua tidak mengandung kepastian, satu tambah satu bisa sama dengan tiga, apalagi warna, suara, rasa, pemikiran. Semua tergantung persepsi dan kesepakatan. Mantul gurbul ..

Lebih parah lgi dpesantren, bahkan yg sudah besar & berumur 100+thn, para pengajar² dri yg paling bawah sampai atas benar² anti kritik, bahkan dengan ancaman ilmu tdk berkah, ekonomi susah, & masa depan suram. Saya pribadi merasakan masa itu sekitar 10thn, dari mulai santri junior sampai menjadi pengajar, betapa keinginan, pandangan, dll benar-benar dikebiri habis2an

sejak kecil kita sudah sering di doktrin guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa karena memang guru pada zaman dahulu sebagian besar merupakan orang2 yg tulus, mengajar dan membagikan ilmunya demi generasi penerus tanpa pamrih dengan upah seadanya sedangkan saat ini kebanyakan orang menjadi guru adalah sebagai status demi mendapat upah hasil kerjanya.

Setuju banget, pada fakta nya ada beberapa guru seperti itu, memang tidak semua,ada beberapa guru hebat yg bener2 bisa menginspirasi murid2 nya.

Di pesatren saya belajar, guru dari luar pondok di bayar dengan gaji yang sangat kecil, buat beli bensin aja gak cukup. Padahal materi yang di ajarkan beliau adalah pelajaran Islam kelas atas, semisal fathul mu'in, qoida' fiqh dll. Beliau bukan hanya mengajar tapi juga mendidik dengan memberi teladan. Salam hormat untuk guru² pesantren. 🫡

Kalau tangan kita dicium murid yg sepertinya dg ikhlas maka agar hati kita tidak sombong sadarkan dirimu bahwa sesungguhnya murid itu tidak tahu aib aib kita yg ditutupi Allah swt.

"Pujian sama buruknya dengan hinaan Dan hinaan sama baiknya dengan pujian"

Salam guru, menurut saya menjadi seorang guru sangatlah susah, karena terlalu banyak yang harus di pikirkan dan itu sangat menguras sehingga peran yang harusnya dilakukan malah sedikit sekali di perankan bahkan tidak sama sekali (formalitas saja) Saya mengaggap juga ini mungkin saja beberapa guru terpaku pada Apa yang mereka pelajari (memgambil kuliah untuk jadi sarjana pendidikan) dan sangat ingin menjadi guru. Namun pertengahan jalan mungkin saja ia memutuskan untuk mengubah passionnya namun tetap melanjutkan untuk menjadi guru karena hal lain seperti soal ekonomi, dan lainnya ditambah ketidak seimbangan pendapatan yang harusnya mereka terima jika dibandingkan dengan pekerjaan diluar guru. Sehingga ini mungkin membuat mereka tidak full berperan sebagai guru . Karena Pada satu sisi mereka mampu bahkan sangat ingin berperan penuh sebagai guru, namun disisi lain ada hal yang juga menjadi prioritas mereka. Ini adalah fakta, dan saya menunggu guru gembul menyikapi fenomena yang seperti ini. Terimakasih 🙏

waktu STM saya melawan saat dibully guru, nilai ujian harian tidak pernah di bawah 9 dan waktu praktek saya yang tercepat merangkai tranmisi, tapi tau2 nilai akhir saya 7.0 karena syarat lulus memang 7.0 waktu itu :v, padahal 2 guru yang lain yang mendengar yang saya lakukan membenarkan tindakan saya. Tapi giliran salah bully sahabat saya beliau minta maaf karena sahabat saya bandel takut digebukin wkwwk. Tapi saya tetap bersyukur karena biarpun banyak sekali kritik guru gembul atas guru di Indonesia, yang saya lihat 90% tidak masuk untuk para guru di sekolah saya karena kompetensi dan kesabaranya luar biasa, bahkan ada guru MTK yang tidak pernah marah biarpun kami kelas tebandel dan karena sudah paham semua materi sampai iseng2 bahas materi anak SMA yang katanya lebih sulit dari materi anak STM waktu itu. Terima kasih bapak ibu guru I love You

saya sebagai siswa SMK related dengan hal ini. Tapi saya menemukan 2 guru yang memang berperan sebagai guru di sekolahan saya.

Hmm, saya pernah kepikiran perkara ini pas SMP. Saat itu mendadak timbul pertanyaan iseng, "Apakah salah satu faktor pendidikan di Indonesia gitu-gitu aja karena gurunya yang gila hormat?". Rasanya guru Indonesia masih terlalu menganut budaya ketimuran. Bahkan dalam bahasa jawa, guru itu "Digugu lan Ditiru". Landasan falsafah di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Namun apakah semua guru layak digugu dan ditiru? bukankah standarisasi tidak bisa diditerapkan pada semua orang? Saya ingat punya guru yang terkenal killer dan tidak nyaman dalam membimbing pelajaran. Tetapi pada masa dia dipindah tugaskan, beliau menangis dalam pidato upacaranya dan terharu akan semua kenangan bersama murid-murid disini. Menurut saya aneh, karena saya sendiri pun yakin tidak ada siswa yang begitu peduli bila beliau pindah (malah senang). Baik dari angkatan atas maupun bawah tidak relate dengan kesedihan beliau. Lalu untuk apa semua kesedihan ini? Sepertinya gelar pahlawan tanpa tanda jasa itu terlalu merasuk ke guru-guru kita. Perasaan seakan diri sendiri adalah sang pembawa perubahan, sang pengajar, sang berperi keilmuan. Memang, saya sependapat bahwa selogan ini bagus, disisi lain agar guru-guru kita bisa lebih semangat dan legowo dalam mengajar. Akan tetapi, saya rasa ada juga guru yang terlalu toxic dan merasa dirinya HOLY dan memaknai "Pahlawan tanpa tanda jasa" itu secara ekstrimis dari lubuk hatinya.

Saya ingin memuji pak Gg mmg hebat dlm penyampaian suatu masalah, saya eiraswasta dan bukan guru, tpi saya sering mengajari orang dlm bekerja, saya sring cari penganggur untk kerja sama saya dan saya ajari cara kerjanya, Alhamdulillah jarang gagal, anak2 muda putus sekolah yg semula nganggur bingung mau apa lantas bisa kerja krna menguasai ketrampilan, ternyata mmg puas melihat org lain yg tadinya nganggur lantas bisa cari duwit

Mohon maaf, pak guru. Kepalsuan demi kepalsuan meminta pujian palsu. Guru sejauh ini banyak yang palsu. Administrasinya juga palsu. Pernah saya mengkritik kinerja dengan maksud agar membaik, eh malah saya difitnah dan dicaci maki 😅😂

sebagai anak dari seorang guru dan sebagai orang yg sudah pernah menjadi siswa, hal hal yang dijelaskan guru gembul sangat benar dan realistis dengan situasi aslinya

Seandainya taraf kesadaran masyarakat kita semua bukan hanya guru saja, sudah sampai bahwa "SANJUNGAN ITU BERBANDING LURUS DENGAN SANDUNGAN", sehingga outputnya menjadi manusia yang berkesadaran tinggi, tercerahkan, selalu eling dan waspada. Terimakasih guru GEMBUL, yang selalu menghadirkan informasi2 edukatif dan inspiratif.Sukses selalu! RAHAYU.. RAHAYU..🙂🙏

Guru itu manusia . Dgn segala kekurangannya jgn mengharap kesempurnaan terhadap manusia.. seburuk2nya guru, mereka lah yg paling berjasa nagi kita..

Saat ini saya adalah guru kontrak di satu sekolah swasta. Tahun depan kontrak saya akan selesai. Saya sudah berjanji pada diri sendiri bahwa ketika kontrak selesai saya tidak akan menjadi guru (secara status) lagi. saya sadar saya gagal menjadi teladan, saya sering memarahi anak-anak, dan tidak ada kontribusi yang berarti selama saya berstatus guru. Terima kasih buat kontennya Pak Gembul.

Itu karena memang faktanya bibit unggul yang jadi guru itu pasti sedikit, pake akal sehat aja, anak pinter zaman SMA pasti larinya ke IT, kedokteran atau hukum, mana ada kuliah jurusan pendidikan matakuliah untuk jadi guru. Dan syarat mutlak profesi guru sekarang itu ada lisensi pengajaran yg didapat hanya dari kuliah jurusan guru. Seharusnya jadi guru itu lewat lembaga edukasi mandiri lain khusus, yang didirikan layaknya tempat tes pengujian sim, tapi lama pendidikannya 2 bulan di tempat 10 ulan praktik di sekolah tujuan. Singkat kata, yang jadi guru (dalam lingkup wajib 9 tahun) sekarang kebanyakan itu cuma sisa-sisaan buih aja.

org tua sy dr sumatra ditugaskan ke jawa thn 77 untuk menjadi guru di salah satu daerah di banten, ibu juga mendapatkan jodohnya d sana kemudian lahirlah anak2nya sy salah satu dr 3 anaknya, sangat tau apa itu guru apa pengorbanan beliau dulu sampai meninggalkan tanah kelahirannya, anak2nyapun tumbuh menjadi dewasa dan ibu sangat menganjurkan kami menjadi penerusnya, alhasil kaka perempuan sy dan adik perempuan sy menjadi guru dan menjadi pns, tidak tau kenapa sy dr dulu merasa jd guru adalah hal yg tdk mungkin sy bisa lakukan krn mhngkin persepsi sy terhadap guru itu sangat bertentangn dgn karakter sy, dengan kecewa ibu pun membiarkan sy menempuh jalan yg sy pilih, sy pun berusaha untuk menjawab kekhawatiran ibu dgn bekerja d daerah jakarta, setelah sekian lama sy pun berkeluarga dan mempunyai anak, singat cerira anakpun mulai memasuki bangku sekolah kebetulan sy bisa mengantarkan anak untuk bersekolah untuk pertama kalinya, betapa tercengngnya sy melihat guru jaman sekarang dari penampilan dan gayanya ternyata sdh jauh meninggalkan palsafah guru jaman ibu dulu, mereka berpakaian yg sangat hedon dan memakai perhiasan yg berlebihan, sy merasa bersyukur atas jalan yg sy ambil dl setidaknya sy tidakk ikut merusak nama besar "guru", walau sulit sy tetap dgn pendirian sy utk tidak menjadi guru, banyak sekali keganjilan guru dan kebijakanya d sekolah skrg tp dr pd menjadi masalah sy memilih diam, merasa heran juga kasang mereka hanya menyelamatkan hari tua mereka dgn jatah pensiun dgn cara merusak nama guru itu sendiri, semenjak itu sy merasa terdorong utk membuat sekolah paud untuk kelluarga yg krg mampu, tekad sdh bulat dann sdh mengutarakan keinginan sy kepada tokoh2 d kampung akhirnya sy utk pertama kali menjadi guru dgn semngat memberikan kesempatan kepada keluarga krg mampu utk bersekolah sejak dini, dgn merekrut bbrapa relawan akhirnya sekolah itu terwujud dan berkembang, setelahnya sy menyerahkan sekolah itu kepda masyarakat utk d kembangkan atas bantuan ibu juga tentunya, terimakasih pak guru gembul telah menyuarakan kegelisahan sy selama ini, sukses selalu dan sehat, aamiin

Saya guru SMP yang baru pensiun... Tapi alhamdulillah saya bisa menjalani sampai tuntas.. Bahkan saya senang dengan hadirnya guru guru muda atau honorer.. Karena dunia pendidikan ada regenarasi.. Semoga kedepannya dunia pendidikan semakin maju di tangan generasi penerus

Puisi yang bagus sekali jujur sekali,.....tetapi guru-guru pun hanya merasa jadi korban sistem yang palsu, kebijakan yang palsu, pemimpin-pemimpin birokrasi yang palsu, para orang tua murid yang berhati palsu, para petinggi negara yang palsu,.... yang palsu bukan hanya guru, tetapi dari pekerja kuli sampai menteri, dari pesinden sampai presiden.

Benar pak guru. Saya pernah honor di SD negeri dimana mayoritas gurunya ASN. Ketika saya membuka pembicaraan tentang manajemen kelas atau cara menghadapi siswa dgn perilaku tertentu, obrolan saya tidak begitu di respon 😅 Mereka cenderung membicarakan perihal insentif, sertifikasi, jalan2 hasil penjualan buku, dsb. Begitupun di pertemuan rutin MGMP... Bahasannya sama itu-itu saja. Guru2 senior juga banyak anti kritik. Pernah siswa protes ketika dimarahi guru karena terlambat, kemudian siswa itu menyinggung guru tersebut yg sering meninggalkan kelas dengan alasan urusan dinas. Alhasil siswa itu dibentak di depan teman kelasnya dan disuruh menulis kalimat perjanjian 10 halaman. Cukup 1 semester honor disana, gak sanggup dengan atmosfer nya 😬

"kau tidak akan diakui hanya karena kau menjadi hokage, Tapi orang yang diakui lah yang layak menjadi hokage" -itachi uchiha -

Berani sekali Luar biasaa Terimakasih pak guru! Saya dpt pengetahuan hari ini

Masih inget sampai sekarang dan tidak akan pernah saya lupakan kejadian ini. Waktu kelulusan SMP, saya diminta untuk datang mengambil berkas-berkas surat kelulusan. Disana saya ditanya "nomornya berapa?", saya bingung dan saya jawab "nomer apa pak?", terus si guru ini terus nanya sampai kesal, tapi mau bagaimana lagi saya tidak paham apa konteks dari pertanyaannya. Karena ekspetasi saya adalah berkas itu diberikan sesuai nama yg dipanggil. Saya masih bingung dan saya terus menjawab "tidak paham pak, maksudnya nomer apa ya?". Dan bukannya menjelaskan dulu nomer apa yg dimaksud, guru tersebut langsung menampar pipi saya didepan banyak murid yg juga sedang menunggu surat kelulusan mereka diberikan. Tamparan itu tidak keras, tapi itu momen yg sangat membekas. Karena sangat memalukan. Pada saat setelah saya ditampar, saya hanya terdiam menahan rasa malu, menahan tangis yg mau keluar, sambil terus ditatap oleh banyak teman-teman sekolah. Kemudian ada murid yg memberi tahu saya nomer apa yg dimaksud, dan akhirnya saya paham dan saya memberikan nomor yg dimaksud kepada guru tersebut. Dan surat-surat kelulusan milik saya bisa saya ambil dan saya langsung pergi sambil dengan terpaksa pamit ke guru tersebut dengan basa-basi busuk. Setiap kali saya berpapasan dengan orang tersebut, saya hanya memberikan senyum-senyum palsu, basa-basi busuk, dan pergi. Biar didepannya tidak terlihat seperti orang tidak tahu adab. Tapi saya tahu betul kok siapa yg beradab.

saya pernah melempar perndapat saya di grub, begini saya sampaikan : "Kalau dalam satu kelas mayoritas siswa gagal dalam standar KKM, maka yang gagal adalah gurunya bukan siswa yang gagal" lalu saya habis-habisan di sanggah, malah ada yang bilang bapak sendiri nilainya tidak murni, dan diluluskan pun karna paksaan nilai dari guru. saya sampaikan memang benar saya juga banyak kekurangan, namun saya hanya bermaksud untuk menyadarkan bahwa kesalahan terbesar kita ada di tangan kita, memang tidak ada yang benar-benar sempurna, setidaknya kita sadar akan hal itu dan berupaya memperbaiki diri, bukannya jumawa dengan status kita sampai kita lupa, ada tangan kita yang harus sadar untuk membukakan pintu anak lebih baik.

Memang benar apa yg sudah disampaikan guru gembul. Menurut saya salah satu faktor utama nya terjadi karena kurang ketat nya persaingan untuk menjadi guru, Minat untuk menjadi guru terbentur dengan kesejahteraan sebagai seorang guru. Kita lihat saja perbandingan saat siswa SMA lulus lalu kuliah dominan nya siswa yg berprestasi akan mengambil jurusan kedokteran, polisi, pilot, hakim dll, yg mana mereka memandang kesejahteraan profesi tersebut sangat-sangat luar biasa. Sangat jarang sekali meliat siswa berprestasi mengambil jurusan keguruan padahal bukan berarti tidak ada minat didalam dirinya, mereka hanya berpikir realistis untuk masa depan mereka yg lebih terjamin. Saya rasa jika kesejahteraan guru bisa terjamin seperti profesi keahlian lainnya, mungkin banyak sekali guru-guru yg luar biasa bersaing dalam memperebutkan posisi guru, sehingga persaingan semakin ketat dan menghasilkan guru yg berstandar profesional.

Sy seorang guru. Dan sy ingin sampai pensiun menjabat sebagai guru (sama sekali tdk ingin pindah struktural, naik ke kasek/pengawas) kerena sangat senang bisa beriteraksi dgn anak2 secara lansung. Setiap tahun ganti macam2 karakter anak 😊🙏 dan melihat mereka sukses suatu saat. itu yg membuat bahagia 😊 sèrasa punya banyak anak, karena bagi saya, siswa adalah anak.

Betul sekali apa yang dikatakan guru gembul... Kabhagiaan luar biasa seorang guru adalah ketika murid faham dan bisa mlmpaui gurunya. Saya pernah mrsakn nikamt itu. Saya ingt betul dulu gaji honor saya hanya 200 ribu perbulan... Tapi krena saya fokusnya dulu ke siswa, jdi sy tdk trllu mmkirkn gaji... Yang saya pikirkan bgmna pmbljaran saya besoknya lbh dinikmati dan lbh dfhami dari hari ini. Smoga iita guru Indonesia trus bisa mmprbaiki diri, krena mnusia kedepannya juga sangt bergntung dari salah satu bgmna guru mmnusiakan manusia

Hati hati pak guru, kebenaran itu berbahaya

Semenjak kenal chanel pak guru, saya jadi melek akan realitas dan menyadari betapa banyak diri saya yang perlu dibenahi. Dan saya pun jadi menerima kritik apapun dari orang lain jika itu benar-benar membuka kesalahan saya agar saya memperbaiki diri.

Merendahkan org , itulah yg ingin saya katakan tentang guru .Anak q dihina , diketawain ketika punya cita 2 jd perawat , bukannya mengamiiinkan tapi menertawakan ( mengejek) bilang ank gk pernah ngerjain pr , banyak tgs gk masuk ternyata hp guru yg bermasalah , bukannya minta maaf cuma tersenyum aja , apakah guru mesti begitu , q ingat ,q jdkan cambukan buat q dan anak agar cita2 tercapai

Jangan jadi guru kepujian... Tapi jadikanlah siswa siswi didikanmu sebagai manusia- manusia yang terpuji...! Itu baru guru keren!

Ada satu guru kesayanganku yang emang beliau udah hebat cuma beliau anti kritik, sampai suatu ketika murid-muridnya cukup hancur karena meneladani sikap guru tersebut, termasuk aku cukup hancur dibuatnya, tapi sekarang Alhamdulillah ada indikasi beliau sudah semakik sadar dan mulai menerima kritikan-kritian yang dulu sempat beliau tolaknyan. Aku mau berpesan buat para guru jangan nunggu hancur dulu baru mau berubah, yang akan rugi bukan anak muridmu saja namun dirimu sendiri juga akan terhancurkan oleh sikapmu wahai guru, jangan nunggu hancur baru mau menerima kritik, teruslah bertumbuh wahai para guru. Cerdaslah! Cerdaslah! Cerdaslah! ❤️ Love My Teacher 🙏🏼

Ini pengalaman saya ketemu guru anti kritik tapi gue mau cerita pas gue mendaftar kembali disekolah untuk kenaikan kelas 12. Pada saat itu di surat undangan yang disebarin undangan bawa fotokopi ijazah, akte kelahiran, kk dan raport semester 2 dan datang ke sekolah jam 8 dan harus tepat waktu lalu saya dan teman-teman saya datang ke sekolah jam 8 lewat 10 tapi saya pikir saya terlambat ngak taunya blum mulai kelas-kelas masih ditutup gue tanya ama teman gue yang datang dari sebelum jam 8 katanya dari tadi masih tutup kelas2nya akhirnya kami nunggu 2 jam dari jam 8 sampe jam 10 baru dimulai trus tempat untuk melapor dirinya itu dilantai 3 jadi kita harus naik tangga buat ke atas padahal banyak banget kelas yang ada di bawah pas giliran gua untuk menyerahkan fotokopi ijazah smp, kk dan lain2 tiba tiba dibilang harus pake map merah(btw maaf ya kalo bahasanya agak aneh karena saya dari Manado) lalu saya bilang oh kami gak diberitahu akhirnya disuruh kebawa buat beli map merah bayangan turun 3 lantai abis itu naik lagi dan saat gua protes kenapa mulainya jam 10 agak sarkas gua protesnya karena ada orang yang mau motong antrian karena fotokopi ijazah dan lain2 gue tinggalin buat beli map gua bilang "maaf saya udah dari jam delapan lewat disini!!* dengan nada agak tinggi karena kesal udah nungguin 2 jam lebih dikit disuruh turun dari lantai 3 akhirnya kita debat dan gua dibilang sombong bukan orang sukses gayanya sombong trus keluar kata2 yang terus berganti mulai dari kami udah dari jam 7 trus tiba2 kami dari jam 6 udah di skolah dan akhirnya apa? Berkas lapor diri gue dilama lamain akhirnya gua minta maaf tapi tetap gurunya gak mau minta maaf karena terlambat malah bilang *ya kan sekolah yabg bikin undangan bukan kami* saya mau balas sih *kan ibu bagian dari sekolah* tapi saya gak lanjutkan karena gak mau memperpanjang masalah trus ada guru yang bilang *lu harus sadar lu salah nanti salah baru minta maaf* trus gue Jawab *lah kal gak salah ngapain minta maaf* tapi gue akui gue salah karena meninggikan nada suara trus ada guru satu yang bilang*makanya lu harus belajar sabar* maksudnya 2 jam nunggu bukan sabar Jadi kesimpulannya Murid telat di tegur guru=wajar Guru/Sekolah telat ditegur murid=gak sopan

Dulu ketika sy masih SMA dan masa itu HP sbg alat komunikasi blm begitu ngetrend di masyarakat, sy pernah sgt ngefans dgn seorang guru Biologi, sy kagum dgn cara beliau mengajar, membuat sy pada masa itu menjadi sgt tertarik dgn ilmu biologi, suatu ketika sy pernah bertanya ttg suatu teori di ilmu biologi kpd beliau melalui SMS, karena waktu itu di kelas tdk ada kesempatan bertanya. Dan pertanyaan tsb sgt mengganjal dipikiran sy. Pd masa itu di daerah sy memang masih jarang siswa/i yg memiliki Hp, apalagi sampai mengirim SMS ke guru. Setelah sy bertanya melalui SMS ke guru tsb, beliau malah membalas klo mau bertanya itu di kelas saja. Dan akhirnya ketika bertemu kembali di kelas, sebelum mulai mengajar beliau langsung memanggil sy dan memarahi sy di depan kelas, sy dianggap sebagai siswa yg tidak sopan dan sgt lancang sampai berani mengirim SMS ke beliau, saat itu sy sangat tidak menyangka reaksi beliau akan seperti itu. Dan kejadian waktu itu membuat sy agak trauma dan akhirnya menjaga jarak thdp Guru, dan butuh waktu lama untuk menghilangkan perasaan canggung thpd guru waktu itu

Saya guru, saya menerima semua kritikan berdasarkan apa yang saya alami di dunia pendidikan saat sudah menjadi guru dan saat menjadi siswa dulu. Saat SD dulu apa lagi kelas 1-2 SD saya sangat sering di bully guru di hina bodoh dan sebagainya karena saya sendiri disleksia, suatu kelainan yang tidak di pahami di jaman itu. makanya saat saya di takdirkan jadi guru saya bener² menjaga lisan jangan sampai menghina murid, meski itu sering saya dengarkan dari guru² senior yang suka membuli muridnya di depan umum dan memang benar kebanyakan antri kritikan, dan saat saya belajar tentang budaya positif di guru penggerak, ttg bagaimana memperlakukan murid dan bagaimana dampaknya itu juga banyak mendapat tentangan bahwa apa yang saya pelajari tidak semua bisa semudah itu di jalankan anak² tetap harus di perlakukan sesuai versi mereka. Saya sendiri bukan guru yg benar² baik dan saya selalu belajar untuk selalu menjadi lebih baik tanpa anti kritikan, semoga dg perkembangan zaman dg banyak pelatihan untuk meruhah minsed guru akan banyak guru yg mau menerima kritikan nantinya dan terus mau berkembang melihat anak didiknya dan menghambakan mereka sebagai diri mereka sendiri demi masa depan Indonesia menjadi lebih baik

Setiap membahas tentang guru itu bener bener bikin nyesek dihati, antara haru dan sedih. haru mengingat guru guru yang duu pernah mengajar dengan sepenuh hati, penuh kesabaran, penuh motivasi. masih terbayang wajah wajah yang sabar menghadapi kami yang bodoh dan bebal, namun mereka berhasil mengajari kami hingga kami tau dan mengerti. dan sedih melihat realita pahit yang banyak sekali terkuak belakangan ini. semoga para calon guru dimasa datang semakin sadar bahwa profesi yang akan dijalani adalah profesi yang mulia, dan harus dijalani dengan kemuliaan. Guru yang benar benar berkualitas akan selalu membekas di benak setiap muridnya hingga akhir hidupnya.

Saya guru, konten pak gugem ibarat vitamin ato jamu bagi sy. Termasuk konten ini, pahit tapi menyehatkan😊

Terima kasih guru gembul.. Semoga konten ini jdi amal jariah, , dan semoga guru2 yg saat ini baru berstatus guru saja semoga segera sadar dn memperbaiki diri, ,

Terima kasih Pak , ilmu dan pencerahannya. Sangat bermanfaat.

rata-rata Guru Favorit kita di sekolah biasanya cuman 1-3 orang... dari puluhan guru, ini artinya cuman sekitar 10% per tiap sekolah yang beneran jadi guru yang baik... di SD aku gda guru favoirit, di SMP ada 3 orang guru favorit saya (guru MTK, Sejarah dan Biologi), di SMA 2 orang (guru B.Inggris dan Komputer)

Di tempat kerja saya, Sebuah bengkel mobil merek A baru kedatang beberapa anak magang (PKL) selama 6 bulan dari sebuah SMK negri 00 (tahun lalu magang itu paling lama hanya 3bln). Dari pengamatan saya anak2 itu cukup rajin, patuh, disiplin, rasa ingin taunya cukup tinggi, dan tidak ada masalah dalam komunikasi dgn mentornya di lapangan. Namun sayangnya pengetahuan dasar matematik dan sains mereka sangat minim, setingkat anak SD kelas 3 ditahun 2000an. Dalam perhitungan mereka cuma lancar operasi hitung tambah dan kurang saja. Untuk urusan kali dan bagi mereka hanya menjawab dgn menebak sekenanya dgn cepat, tidak ada usaha untuk menghitung dgn benar walaupun untuk perkalian kelipatan 3. Saat diminta untuk untuk menjawab berapa hasil 7 x 7 mereka menyerah dan mengatakan otaknya sudah ngebul, tidak ada jawaban benar. Kemudian saya tanya apakah disekolah masih ada ujian matematika, mereka jawab ada dan nilai ujian mereka memuaskan 85 poin dengan muka serius dan polos. MIND BLOWING! Setelah saya cari tahu rupanya sekolah mereka dgn rumah jaraknya kurang dari 5 km, penghasilan orang tua mereka pas-pasan, mereka tidak pernah tinggal kelas, mereka jarang sekali diomelin oleh guru mereka, dan tidak ada motifasi untuk bisa paham pelajaran sains yg penting untuk bidang teknik seperti automotif. Ilmu kejuruan yg mereka tahu setelah sekolah SMK 2 thn sebatas pengetahuan buruh pabrik kasar yg sekarang sudsh banyak digantikan oleh mesin.

Saya dukung Guru Gembul jadi Menteri Pendidikan😊. Saya sebagai guru juga gemes sama kebanyakan guru2 di Indonesia

Semoga banyak lahir guru guru seperti pak gembul Sehat selalu pak dan sehat selalu dan sukses buat guru guru yg benar benar ikhlas mengajar ank bangsa

Benar sekali pak ... Inilah yang saya tunggu-tunggu...tuk mengeluarkan unek-unek saya selaku kepala sekolah, yaitu: 1. Guru meminta siswa untuk disiplin waktu, tetapi ada beberapa oknum guru yang sering tidak tepat waktu. 2. Guru meminta siswa untuk disiplin ilmu, tetapi ada beberapa oknum guru yang enggan keluar dari zona nyamannya yaitu tidak mau mengikuti perkembangan zaman. Contohnya: ada beberapa guru saya ketika saya kasih tugas untuk mengikuti program pendidikan yaitu guru PKP, tetapi oknum guru ini tidak mau dengan alasan, yaitu: nanti kalo sering ikut pelatihan maka saya tidak punya waktu lagi untuk ngurus kebun. 3. Guru meminta siswa untuk menjaga kebersihan sekolah, tetapi ada beberapa oknum guru yang enggan ikut andil dalam kegiatan kebersihan lingkungan sekolah dengan alasan sudah ada petugas kebersihan. 4. Guru meminta siswa untuk menghormati sesama teman, menghormati orangtua, menghormati guru. Tetapi ada beberapa oknum guru yang menggibah sesama rekan kerja,menggibah atasan, sehingga terjadilah konflik. 5. Guru meminta siswa untuk jujur, tetapi ada beberapa oknum guru yang tidak jujur sehingga ada kejadian disalah satu sekolah bahwa tabungan siswa tidak dikembalikan sampai siswa dinyatakan lulus. Lalu bagaimana dengan salah satu bait lirik lagu himne guru yang penuh dengan pujian,yaitu: Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru... Sedangkan lirik lagu tersebut tidak sesuai dengan kenyataan beberapa perilaku oknum guru.

Kita itu sebenarnya adalah guru, bahkan sebuah khayalan saja bisa jadi sebuah guru " pengalaman adalah guru terbaik " ada kiasan seperti itu. Kita adalah guru bagi masing2 apa yg kita kuasai, entah ilmu, entah pengalaman, entah dalam praktik sosial tertentu. Tapi begitu ironi kalau " seorang guru " orang yang punya gelar tersebut justru mundur dalam pemikiran, kolot dalam pemikiran, dan tidak berkembang dalam metode kehidupan. Kalau kritik saja di anggap mencederai citra guru, bagaimana generasi kedepan yang lahir dari guru2 yang bahkan pola pikir dalam menghadapi kritik saja masih tumpul. Dan mungkin kalau guru seperti itu terus, mungkin profesi yang tidak berkembang adalah guru..

Mereka yang haus pujian biasanya rendah kecerdasan spiritualnya....mereka menyangka.kemulyaan hanya ada di dunia, Sehingga sangat haus pujian, penghargaan, pangkat, dsb, Ingat masih ada kampung akherat.....ingat bahwa pasti Allah telah memperhitungkan amal kebaikan guru, bila memang tulus ikhlas mukhlish lillahita ala....dikerjakan dalam keimanan yg bener tur pener....yakin dimulyakan di surga.

Guru yg baik itu bukan cuma membuat murid pintar tapi jg berakhlaq 🙏

Suka banget ama karya sastra di awal. Realitanya menyentuh hati dengan keras tetapi, menenangkan jiwa anak sekolah yang palsu ini dari amarah pada guru-guru palsu di sekolahnya.

Saya sepakat dengan Pak Guru Gembul bahwa "percakapan guru-guru di group WA itu seputar Uang dan Jabatan". Bahkan lebih dari itu, Percakapan di Ruang Guru Percakapan di Kantor Dinas (Guru) Percakapan di Komunitas/ Organisasi Guru (KKG/KKS/MGMP/ PGRI) Pun hanya berputar putar di hal demikian.

Yang paling ditunggu dari konten pak GG tuh sebenarnya komen2nya. Saya tiap liat video pak guru pasti nyari komen2 yg punya pendapat beda, ikutan nimbrung aja biar seru. Komen2 yg setuju aja tuh ga asik. Udah kebanyakan soalnya. Hahaha...

Ternyata ada yang sepemikiran dan sepemahaman.saya kadang malu bila ada yang menyebut" nama saya diluaran sana dgn sebutan guru.krn saya belum mampu memberikan pendidikan dan pelayanan yang terbaik untuk anak anak.semangat para guru yang benar benar berjiwa guru

Dalam bukunya DALE CARNEGIEA, mengatakan pada dasarnya manusia tdk mau dikritik dan inginnya dihargai, bagaimana mengrikit yg baik dan bagaimana menghargai yg baik ada caranya, shg orang dpt menerima dikritik dan tdk jatuh karena dihargai. Dulu jaman th 70 guru SD hanya lulusan SPG tetapi cara mengajarnya bagus dan hasilnya bagus, bilaada murid yg kurang diperintahkan les dirumahnya gratis dan dibantu siswa2 yg dianggap mampu menjelaskan terutama mata pelajaran matematika yg harus memang tdk menghapal, sekarang sptnya jarang yg berbuat spt itu, dikota2 bila pembagian raport anak yg jelek nilainya terutama matematika, ipa orang tuanya dipanggil dan disarankan untuk mengikuti bimbel dan terkadang ada guru yg juga memberikan les dirumahnya.

Saya mengakui bahwa dari belasan guru di Smp bahkan smk saya dulu,, yang bener2 bisa ngajar, yang ga cuma nerangin sambil baca teks habis itu ngasih tugas banyak, terus dia main hp cuma 2-3 orang dari belasan guru

saya adalah salah satu guru tidak disiplin. Saya selalu merasa bersalah. Saya terus bepikir bagaiman nantinya murid murid saya akan meminta pertanggungjawaban saya nanti di akhirat, samapi sekarangpun saya masih mikir bagaiman saya mnbus kesalahn kslahn saya ma murid saya yang sdh lulus... Tidak tenang, itulah yang kurasa saat ini. Alahmdulillah, Allah mmbrikn saya ktidak tenangan ini, dan saat ini saya trus brusha agar disiplin. Semoga Allah memudahkn saya dan semoga Allah trus mmbrikn saya pntunjuk. Saya yakin vidio ini bisa saya tonton, adalah salah satu cara Allah agar saya tetap sadar sebai tupoksi saya. Bhwa tugas saya bukan hanya fasilitator ilmu, tapi bagamna tugas mnjdi orang yang bisa mmbrikan contoh langsung dari ilmu yang saya smpaikam ke murid. Saya sangt yakin, hal paling diingt dari guru adalah bukan materi yang disampaikn, tapi bagaman perlakuan guru terhadap muridnyah

Mantan luar biasa pak guru gembul saya respek dan trimakasih sudh mewakili..🙏🙏🙏

Jadi guru zaman sekarang lebih sebagai fasilitator, penimbang dan pengarah karakter dan akhlak peserta didik. Materi pelajaran dan informasi bertaburan di internet, apalagi udah zaman AI, lebih pintar muridnya tahu sendiri murid kita generasi z dan alpha. Tinggal gurunya meramu dan memanfaatkan itu untuk kesesuaian pembelajaran di kelas. Gak perlu gila hormat, karena murid juga manusia punya kekurangan, bakat, minat dan kelebihan masing-masing. Yg penting mereka diajari adab dan sopan santun. Jangan kalah sama murid. Semangat guru zaman now!

Karena Pak Guru Gembul menyinggung Interdependensi, maka berikut penjelasannya : Interdependesi merupakan bahasa yang berasal dari kata Dependent atau Dependant yang mempunyai arti bergantung atau masih tergantung, sedangkan Interdependence yang mempunyai arti keadaan yang saling tergantung atau ketergantungan satu sama lain. Pentingnya interdependensi menurut Elaine B. Jonhson sebagaimana mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Manusia tidak akan bisa membinah hubungan yang baik dengan orang lain, jika prinsip saling bergantungan tidak ada. Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut dengan relasi. Relasi merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan secara sistematis antara dua orang atau lebih. Karena manusia saling memiliki ketergantungan maka relasi merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan yang lain. Pengalaman saya pernah bekerja di wilayah anjungan minyak dan pabrik gas membuktikan perlunya sikap yang Interdependensi mengingat resiko bahaya yang dihadapi tidak mungkin dikerjakan secara sendiri-sendiri.

Makasih pak🙏🏻 Ini related skali dr pengamatan kita selama ini.

luar biasa..smoga membuka pola pikir bagi guru guru..agar lbh berkualitas...

Terimakasih Tuhan, menghadirkan Pak Guru Gembul sebagai perwakilan suara keresahan tentang kepalsuan. Sehat sllu pak Guru

Saya pernah mendengarkan video youtubenya pak Guru Gembul yang dimana dia mengatakan banyak guru yang tidak memenuhi kompetensi dan alasan paling masuk akal untuk semua pertanyaan "kok bisa banyak guru seperti itu?" jawabannya seperti yang pak Guru Gembul bilang "banyak guru yang sibuk memikirkan perut mereka sendiri tapi lupa dengan jobdesk mereka". Dan menurut saya pribadi bukan hanya guru yang seperti itu tetapi hampir semua instansi yang mengabdi kepada negara malah sebaliknya.

Makasih Pak Guru Gembul telah membuka pikiran saya dan memberi kami pengetahuan dan wejangan

Video inspirasi terlebih mendekati tahun ajaran baru, semoga guru-guru yang melihat dan menyaksikan video ini bisa lebih terinspirasi, bahwa guru bukanlah jabatan atau status belakang guru adalah tanggung jawab mereka yang mendedikasikan dirinya sebagai guru berarti siap memberi ilmu apa yang mereka punya dengan sebenar-benarnya. Semangat untuk mengupgrade kemampuan.

Ini adalah tooik autokeitik saya terhadap diri saya sendiri . Ser😮ng saya ucapkan di hadapan mahasiswa saya, anak saya agar menyadari behwa kita ada di dalamnya dan menjadi bagian darinya dan tidak bisa menghindar dari dampaknya. Karena itu saya mengajak semua siswa saya dan anak saya untuk berusaha meraih dan memiliki yg asli, kompetensi yang asli. Saya selalu memproyeksikan proses belajar ke ujian oleh penguji sesungguhnya, penilai sesungguhnya yaitu kehidupan nyata dengan kompetisinya, dengan aneka peluangnya, dengan ragam fenomenanya. Terimakasih sudah menggemakan kritik ini. Tapi sasaran kritik ini bukan hanya ke guru , melainkan kepada seluruh insan yang terlibat di dalam bangun siatem pendidikan, para orang tua, murid, pengelola, pengambil dan penentu kebijakan . Saya malah berpikir bahwa pengembangan kompetensi sdm kita akan lebih efektif melalui komunitas komunitas profesi.

kurikuluam di bawah perguruan tinggi kita itu lebih berpihak pada anak2 yang punya daya ingat tinggi, karena kebanyakan kurikulum kita adalah hafalan dengan sedikit praktek.. saat ujian kalo kita gak hafal rumus dan sebagainya di jamin gak bakal bisa ngerjain, dan ini benefit untuk anak2 yg punya daya ingat tinggi untuk bisa jadi 10 besar. Makanya gak aneh kalo kita sering dapat medali di olimpiade tingkat sma/smk ke bawah tapi minim prestasi di tingkat perguruan tinggi.

Menyimak video ini reaksi saya pertama senyum2 ... video ini saya putar sampai 2x. Pendapat saya ... Pujilah Guru (atau siapapun) ketika memang layak untuk dipuji ... dan jangan dipuji kalau memang gak layak dipuji. Masalah lagu ... kalau setahun sekali, misal waktu perpisahan, kupikir gak masalah. kalau tiap hari telingaku juga risih. masalah argumen yg " tanpa guru bla bla bla ... " oke setuju, semua orang saling membutuhkan. Kita kembali mengingat : Tugas Guru Mengajar dan Mendidik Tugas Mengajar lebih ke transfer ilmu, kalau sekarang paradigmanya "mitra belajar" atau "fasilitator belajar" bahkan "inpirator" Mendidik lebih ke pembentukan karakter (watak/tabiat) Di video ini lebih menyoroti ke pengajaran dan bukan ke mendidik, mohon maaf jika saya salah memahami. Masalah Hormat ... itu menanamkan karakter/watak ... dan yg dihormati Orang Tua, Guru, Orang2 yang dituakan, atau bahkan saling menghormati orang lain. Di jaman sekarang itu yang lebih sulit mendidik, ilmu bisa dapat diperoleh dari banyak media. Perlunya kebijakan tertentu di dunia pendidikan .... sangat2 setuju. salam dan semangat pak Guru Gembul. Lebih 25 tahun saya berada di lingkungan ini .

seandainya semua guru diindonesia memiliki karakter seperti guru gembul.

Kalau guru itu hebat dia takkan mengurangi pelajaran agama apatak kan malu didepan allah sulit cari guru berani dan jujur

saya sangat suka mdengar dgn penerangan cg...cg cakap benar..saya bersetuju...

Guru saya memberikan rumus sendiri kepada muridnya, muridnya diminta mempelajari dan mengerjakan rumus tersebut sendiri, saya mengerjakan rumus yang saya buat sendiri berkat rumus yang guru saya ajarkan. tetapi saya dapat gambar telor (nilai 0) saya nanya alasannya kenapa, karena gak mengikuti rumusnya sendiri. Ketika uas, saya yang paling terakhir yang masih mengisi uas saya dalam pelajaran fisika dan sendirian di kelas, guru saya meninggalkan saya sendirian tanpa memberitahu ke saya terlebih dahulu, dan hal itu membuat saya sekolah semau saya, saat lulus nilai seadanya dan nilai tersebut membuat saya sulit mencari kerja sana sini, dua tahun setelah pandemi covid-19 usai, saya sampai saat ini belum mendapatkan panggilan dari berbagai perusahaan yang saya lamar.

Dari Sejak awal saya mmgikuti channel pak guru, sdh bnyak komen2 pujian, tpi bruntung channel pak guru tdk hancur.... krna puji2an netijen di kolom komentar itu pujian palsu✌😊 komen2 pujian tanpa substansi, ciri khas netijen indonesia .... trnyata sesuatu yg palsu itu bsa jdi pnyelamat pak guru😊

Respect!!! Ya Allah, mohon ampunan atas dosa dosa Guru Guruku. Amien. Karena tanpa mereka, tidak ada saya hari ini. Siapapun mereka, mereka telah membagi ilmu dan pengetahuannya kepada saya; baik di sekolah maupun dalam perjalanan hidup saya. Semoga dunia pendidikan di Indonesia Engkau ijinkan menjadi lebih baik adanya.

Gak usah jauh2.. ada anak yg belum bisa membaca, saya sarankan untuk memberikan bimbingan tambahan diluar jam pelajaran, eh malah guru bahasa indonesia pada protes kalo itu bukan tanggung jawab mereka.. itu tanggung jawab orang tua siswa tsb.. disitu saya sedih.. akhirnya saya yg berusaha sempatkan waktu setelah sekolah ngebimbing murid tsb.. hadeuh.

Kunci untuk berubah adalah menyadari kesalahan. Kenapa orang yang keras kepala ga pernah berubah, karena mereka mengaggap mereka ga pernah salah

Rules nya jaman skrg kebanyakan jadi guru untuk jadi PNS biar bisa dapet tunjangan smpe tua. Tanpa bner² bebenah dengan sistem pendidikan di sekolahnya. Kesenjangan pertama kali kita liat di sekolah dimana orng tua yg lebih punya eksistensi di kampung/sekolah nya akan lebih akrab dengan gurunya. Siswi cantik dan pintar juga demikian pdhal. Justru yg murid dengan keterbatasan ekonomi, dan akademik lah yg harusnya di rangkul supaya mrka mresa setara dengan teman² yg lain di sekolahnya. Makanya bnyak kita liat sekolah Genk2an krna sebenarnya guru juga mendukung proses sosialisasi muridnya.