Рет қаралды 5,908
Om Swastyastu
Pura Dalem Balingkang, berlokasi di Desa Adat Pinggan, Kintamani, Bangli. Lokasinya, dari Denpasar mengikuti jalur Denpasar-Singaraja lewat Kintamani, dan di Pura Pucak Panulisan menuju arah timur laut kira-kira 15 km.
Pura Dalem Balingkang berdiri megah mendiami areal yang cukup luas. Untuk menuju Pura Dalem Balingkang, harus turun dari Pura Pucak Penulisan menuju Banjar Paketan di Desa Pakraman Sukawana. Dari Banjar Paketan menuruni jalan berliku dengan panorama indah deretan gunung Batur, gunung Abang, dan gunung Agung menuju Pura Dalem Balingkang. Pura Pucak Penulisan merupakan hulunya Pura Dalem Balingkang, karena Pura Dalem Balingkang tepat menghadap ke Pura Pucak Penulisan. Pura Dalem Balingkang seolah-olah dikelilingi oleh tembok yang terdiri dari bubungan berupa perbukitan yang melingkari kawah gunung Batur terletak di sebelah timur, barat, utara dan selatan. Di samping itu juga dikelilingi oleh sungai Melilit yang merupakan sumber mata air bagi masyarakat sekitarnya. Pura Dalem Balingkang terletak di sebelah barat kurang lebih 2,5 kilometer dari pemukiaman atau perumahan masyarakat Desa Pakraman Pinggan.
Dalam Prasasti Sukawana (Goris, 1954) disebut, Desa Sukawana diserang hujan badai dan Keraton Jaya Pangus hancur, sehingga jong les pindah ke Balingkang. Keberadaan Pura Dalem Balingkang (PDB) sebagai pura maupun sebagai Keraton Raja Bali Kuna tercatat pula dalam "Pengeling-eling Desa Les-Penuktukan, Tejakula, Buleleng" yang dikeluarkan oleh Raja Jaya Kasunu sekitar abad ke-11. Ia tercatat sebagai leluhur Raja Jaya Pangus Harkajalancana.
Masyarakat Bali Mula di sekitar Danau Batur menyebut dirinya dengan Gebog Domas (Kelompok Delapan Ratus). Kelompok ini dibagi jadi empat bagian Gebog Satak (Dua Ratus) Sukawana, Kintamani, Selulung dan Bantang. Kelompok ini memiliki Tri Kahyangan yakni
(1) Pura Pucak Panarajon sebagai pusatnya terletak di Sukawana, Kintamani, dengan tiga tingkatan pura yang disebut Gunung Kahuripan. Tingkatannya, Pura Panarajon (Ida Bhatara Siwa Sakti), Pucak Panulisan (sejajar dengan pusat pemerintahan -- dulu sebagai keraton Raja Jaya Pangus), dan Pucak Wangun Hurip (simbol membangun kehidupan).
(2) Pura Bale Agung di Sukawana dengan Ida Bhatara Ratu Sakti Kentel Gumi, setara dengan Bhatara Brahma,
(3) Pura Pusering Jagat -- Pura Puseh Panjingan di Desa Les-Penuktukan, Tejakula, Buleleng, berstana Ida Ratu Sakti Pusering Jagat setara dengan Bhatara Wisnu, dan
(4) Pura Dalem Balingkang berstana Ida Dalem Kepogan (Dalem Balingkang) setara dengan Dewa Siwa.
Struktur Pura
Struktur PDB termasuk unik, karena dulu konon dijadikan istana raja yang menghindari serangan raja lainnya. Dalam struktur PDB, di awal adalah kompleks Pura Tanggun Titi -- ujung jembatan dan ada sumber air. Di sumber air ini kerbau disucikan sebelum mepepada. Di kompleks Pura Tangun Titi ada pemujaan Ratu Ngurah Sakti Tanggun Titi, Ratu Mas Melanting, Ratu Sakti Gede Penyarikan, dan Sang Hyang Haji Saraswati. Kompleks kedua setelah melewati tanah lapang yang dulu difungsikan membangun tempat penginapan, ada bangunan cangapit, yakni pintu masuk yang dilengkapi tempat duduk raja saat menyaksikan jro gede mepada mengelilingi pura.
Di jaba tengah, tak banyak bangunan, hanya ada paruman agung, stana Ida Bhatara Sami, serta palinggih Ratu Ayu Subandar. Palinggih ini sebagai pemujaan pada Kang Ci Wi dan ini amat diyakini oleh masyarakat Cina membawa berkah. Di kompleks utama atau jeroan, dibangun pemujaan Puri Agung Petak dengan meru 11 dan meru 9. Juga dibangun pemujaan Dalem Balingkang dengan gedong bata dan meru 7 -- ini mengingatkan pada Sapta Dewata. Ada pula bangunan balai panjang bertiang 24, bertiang 20, dan balai mundar-mundar bertiang 16 (dibagi empat sisi, masing-masing bertiang 4).
Maharaja Sri Haji Jayapangus dengan kedua permaisurinya disebutkan juga dalam prasasti Cempaga A Ib.1-2, yaitu:
Ing çaka 1103 çrawanamāsa i thi nāwami çuklapakā, ma, pa, wāraning wayangwayang, irikā diwaça ājnā pāduka çri mahārāja. Ja Hāji Jayapangus, Hārkajalañcana, sahā rājapātnidwaya pāduka Bhtāri Çri Parameswari Indujakotana, Pāduka Çri Mahādewi Çaçangkajacihnā.
Terjemahan :
Berangka tahun 1103 Çaka dan menyebut nama raja Paduka Sri Maharaja Haji Jayapangus Harkajalancana dan kedua orang permaisurinya masing-masing bernama Paduka Bhatari Sri Prameswari Indujaketana dan Paduka Sri Mahadewi Sasangkajacihna.
Dari bukti sejarah yang ada masa pemerintahan Sri Haji Jayapangus, sudah terjadi hubungan yang erat antara Śiwa dan Buddha. Bahkan kedua tokoh agama dimaksud sudah dijadikan penasihat kerajaan, yaitu Mpu Siwa Gandhu tokoh ajaran Śiwa dan Mpu Lim tokoh ajaran Buddha. Hubungan agama juga terlihat pada perkawinan Sri Haji Jayapangus dengan Kang Cing We. Pada akhirnya terbentuk dua unsur yang berbeda yaitu unsur purusa dan pradana atau Śiwa-Buddha.
Om Santih Santih Santih Om
Oleh: I Wayan Sudarma
Sumber: Purana Pura Dalem Balingkang
#Relis #DalemBalingkang #KemenagBangli