JHONY Iskandar tak pernah lupa dengan peristiwa di sekitar tahun 1978, ketika dirinya mulai terjun ke dunia musik dangdut tanah air.
Kala itu, Jhony bersama grup musiknya yang beraliran parodi, diminta pihak gereja untuk mengaransemen tembang-tembang rohani dengan irama dangdut.
Pada prosesnya, kidung Gloria in Excelsis Deo---dalam misa jemaat gereja katolik Roma disebut Madah Kemuliaan atau Kidung Kemuliaan--diaransemen menjadi alunan qasidah, warna musik yang dianggap identik dengan kaum muslim.
Seketika, pihak gereja pun protes. Jhony dan kawan-kawan disidang untuk menjelaskan maksud dan tujuannya menyulap himne sakral umat nasrani menjadi qasidahan.
Arwah Setiawan, yang saat itu baru mendirikan dan memimpin Lembaga Humor Indonesia pun turun gelanggang. Pegiat dan pemerhati seluk-beluk dunia humor, termasuk lagu komedi ini hadir untuk menengahi kekisruhan antara Jhony Cs dan pihak gereja.
Hasilnya, tak ada yang keliru dengan gubahan tembang pujian yang dibuat pihak Jhony. Tak ada unsur pelecehan, terlebih penistaan. Alasannya sederhana, tak ada sebait lirik pun yang diubah. Artinya, kidung itu tetap pada marwahnya, memuji Tuhan dengan segala kemulian-Nya.
Tapi kenapa musiknya harus qasidah?
"Musik punya siapa? Ya, bukan milik siapa-siapa. Bukan milik orang Islam. Bukan milik orang Kristen atau milik siapa-siapa, bukan. Terus, salahnya di mana?" kenang Jhony, kepada jurnalis Humoria Fayruzza A. Kamal @fayrgichn. Kasus itu pun terselesaikan tanpa konflik berkepanjangan.
Di kediamannya, musikus komedi ini banyak bercerita tentang kiprahnya di ranah musik banyolan, termasuk pengalamannya dua kali mati suri, yang membuatnya bisa melihat yang orang tak bisa lihat.
Humorians, sehat selalu dan salam jenaka.
Website: www.humoria.id​
FB: / humoriaid
IG: / id.humoria
KZfaq: / humoriaindonesia
#jhoniiskandar #musikkomedi #ompmr #orkesmoral #pengantarminumracun #ompmr #ngakakkocak #jadiginiceritanya #musikkomedi #komedimusik #musikus #komedi #komedianlegendaris #musisilegendaris #dangdut