Kampung Naga di Jawa Barat, Tolak Listrik dan Teknologi Terkini Masuk ke Desanya

  Рет қаралды 3,348

LOCAL EXPERIENCE

LOCAL EXPERIENCE

5 ай бұрын

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru
===
TRIBUN-VIDEO.COM - Kali ini kami akan mengajak Anda menjelajahi salah satu kampung adat yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Kampung Naga.
Secara geografis Kampung Naga berada di lembah jurang, tepat di bawah jalan yang menghubungkan antara Garut dan Tasikmalaya.
Secara administratif Kampung Naga merupakan bagian dari Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Jaraknya kurang lebih 30 kilometer dari Kota Tasikmalaya.
Pada penjelajahan kami kali ini ditemani oleh Kang Ajat, salah satu penduduk asli Kampung Naga.
Untuk bisa sampai di pemukiman penduduk Kampung Naga, kami harus berjalan setidaknya 500 meter dari pintu masuk.
Karena lokasinya yang berada di bawah jurang, kami harus menuruni setidaknya 444 anak tangga.
Oh iya mungkin Anda bertanya-tanya apakah bisa menemukan seekor naga di kampung ini.
Jawabannya, tentu saja tidak.
Asal kata “Naga” sendiri diambil dari Bahasa Sunda, “Nagawir”, yang berarti di dalam jurang.
Setelah berhasil menuruni 444 anak tangga suara burung saling bersaut-sautan menyambut kedatangan kami.
Arus sungai Ciwulan yang cukup deras setelah hujan pun berpadu dengan suara angin yang berhembus menyentuh dedaunan di pohon.
Masyarakat Kampung Naga memegang prinsip hidup yang berdampingan dengan alam.
Mereka benar-benar memperhatikan betul segala sisi kehidupan mulai dari prinsip hidup hingga hal-hal yang lebih praktis haruslah berasal dari alam dan kembali ke alam.
Area Kampung Naga sendiri terbagi menjadi area luar dan area dalam.
Di area luar terdapat beberapa bangunan seperti saung dan jamban.
Sementara di area dalam adalah pemukiman penduduk.
Keduanya dipisahkan oleh pagar kayu yang dianyam menggunakan teknik menyilang.
Sebelum masuk ke daerah pemukiman, ada sebuah saung kayu yang didirikan di atas kolam.
Saung tersebut adalah saung lisung.
Tempat dimana biasanya perempuan-perempuan Kampung Naga menumbuk padi mereka.
Masih di area luar pemukiman terdapat beberapa jamban tempat para penduduk melakukan kegiatan sanitasi.
Mereka percaya bahwa kamar mandi tidak seharusnya berada di dalam rumah.
Setelah itu Kang Ajat membawa kami ke wilayah pusat pemukiman.
Tempat ini semacam “alun-alun” bagi penduduk Kampung Naga.
Saya berduduk santai bersama Kang Ajat di depan balai pertemuan atau “Bale Patemon” sembari Kang Ajat menceritakan tentang kampuya itu.
Kemudian kami masuk ke Bale Patemon. Bale Patemon ini merupakan tempat untuk mengadakan pertemuan. Di dalamnya terdapat beberapa instrumen musik tradisional hingga pajangan-pajangan lainnya.
Kang Ajad memperlihatkan kepada saya bahwa legenda trio Warkop DKI ternyata pernah mengunjungi kampung ini.
Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan berkeliling kompleks pemukiman.
Saya bertemu dengan beberapa anak-anak yang tinggal di Kampung Naga ini.
Oh iya, Kampung Naga sendiri tidak memiliki aliran listrik. Sehingga membuat saya penasaran bagaimana dengan pendidikan anak-anak Kampung Naga terutama ketika pandemi.
Terkait dengan tidak adanya aliran listrik, Kang Ajat menegaskan bahwa mereka sepakat untuk menolak adanya listrik di desa mereka.
Masyarakat Kampung Naga khawatir jika masuknya aliran listrik hanya akan menjadi beban tersendiri bagi mereka.
Masuk ke dalam pemukiman, saya bertemu dengan Abah (siapa), seorang pengrajin alat tajam.
Abah ini sudah berusia lebih dari 80 tahun.
Di usia senjanya ini Abah masih lihai dalam membuat pisau, golok, hingga gergaji.
Kang Ajat menjelaskan bahwa rata-rata usia hidup para masyarakat Kampung Naga memang tinggi.
Hal itu disebabkan karena makanan yang dikonsumsi oleh para masyarakat Kampung Naga terjaga dan hanya berasal dari alam.
Kemudian kami melanjutkan ke rumah gede.
Tempat ini menjadi tempat sakral yang tidak boleh direkam.
Di tempat ini pra tetua adat Kampung Naga biasa menggelar ritual keagamaan seperti ketika Maulid Nabi dal acara besar lainnya
Kemudian kami mengunjungi kediaman Kang Ajat untuk melihat lebih dekat seperti apa bangunan rumah masyarakat Kampung Naga.
Semua rumah saling berhadapan. Ada yang ke utara ada yang ke selatan. Hal itu agar para penghuni rumah bisa saling memperhatikan satu sama lain.
Setiap rumah memiliki kolong untuk menyimpan hewan ternak dan dipercaya bisa menahan gempa.
Atapnya terbuat dari injuk dan daun tepus yang bisa menjaga kestabilan suhu di dalam rumah. Sementara dindingnya terbentuk dari kayu yang dianyam dan di depan rumah terdapat parit kecil untuk mengalirkan air.
Setelah berkeliling kami pun kembali ke area luar pemukiman Kampung Naga.
Penjelajahan ini membuat saya begitu terkagum-kagum akan prinsip hidup yang dipegang teguh masyarakat Kampung Naga.
Hidup serasi dengan alam membuat relasinya begitu indah dengan setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
Menjadi pembelajaran penting dan membuka mata.
Bahwa sejatinya alam tidak akan marah pada siapa yang menjaganya.(*)

Пікірлер: 1
@Bilsyajosari
@Bilsyajosari 4 ай бұрын
Wow MashaAllah......
Can You Draw A PERFECTLY Dotted Line?
00:55
Stokes Twins
Рет қаралды 100 МЛН
Did you believe it was real? #tiktok
00:25
Анастасия Тарасова
Рет қаралды 49 МЛН
Penampakan desa tertinggi di pulau Jawa yang diselimuti kabut
27:43
pie'ie Mejink
Рет қаралды 3,7 МЛН
Cerita dari Badui Dalam
15:39
Gladys Suwandhi
Рет қаралды 405 М.
Mengunjungi Rumah Sepasang Lansia di Tengah Hutan Jawa Tengah
34:07
Kacong Explorer
Рет қаралды 1,5 МЛН
KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA || TANPA LISTRIK DAN GEDGET
21:52
hadewe channel
Рет қаралды 14 М.