Рет қаралды 7,370
Budaya Kaos Nono atau Menurunkan Marga Keluarga Mempelai Wanita dan Menaikan Marga Mempelai Pria wajib dilakukan dalam perkawinan suku Timor Kupang dengan suku Rote atau suka manapun jika dalam suatu perkawinan mempelai Pria berasal dari suku Timor Kupang. Sebelum dilakukan Kaos Nono, para Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat bersama keluarga Wanita dan Keluarga Pria melakukan Natoni Adat di depan rumah orang tua Mempelai Wanita. Orang tua keluarga Mempelai Wanita berdiri di teras rumah sedangkan Mempelai Wanita duduk di kursi yang diletakan di tangga teras rumah sedangkan keluarga Pria berdiri di depan Mempelai Wanita. Dalam Natoni Adat, kedua Jubir dari Keluarga Wanita dan Jubir Pria akan berkata dalam Bahasa Tutor Adat masing-masing suku. Jubir Adat Mempelai Wanita akan menyampaikan Tutor Bahasa Rote, dimana menyatakan bahwa semua keluarga wanita bersama para leluhur rela melepaskan Mempelai Wanita untuk pergi meninggalkan Bapak, Mama, Kakak Adik, To'o, Te'o dan semua sanak saudaranya untuk mengikuti kemana saja Mempelai Pria membawanya pergi. Keluarga Wanita tidak keberatan untuk menurunkan Marga kepada keluarga Pria. Keluarga Wanita mendoakan agar dalam perjalanan mereka berdua bersama keluarga Pria, para leluhur akan melindungi dan menjaga mereka sehingga kelak kedua Mempelai hidup bahagia bersama keluarga Pria. Setelah Jubir Wanita berkata maka akan menurunkan tangan dari pundak Mempelai Wanita bertanda bahwa telah Menurunkan Marga Keluarga Mempelai Wanita.
Setelah itu Jubir Adat Mempelai Pria akan melakukan Natoni Adat Timor yang maknanya sangat dalam karena dalam Litoni Bahasa Adat, akan menyebut nama-nama Leluhur daripada keluarga Mempelai Perempuan dan menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga Mempelai Wanita yang telah merestuai, menerima dan Mempelai Laki-laki menikahi Mempelai Wanita dan menerima Mempelai Pria sebagai anak Laki-laki dalam Keluarga Wanita serta mengijinkan Mempelai Pria membawa pergi Mempelai Wanita ke kediaman Keluarga Pria. Mempelai Pria berjanji bahwa anak memelihara, merawat, menjaga dan melindungi Mempelai Wanita bukan hanya sebagai seorang Isteri terapi menjadikan sebagai seorang Adik, seorang pendamping dan penolong hidupnya. Mempelai Pria percaya bahwa para leluhurnya dan keluarganya akan melindungi, memelihara, menyambut dan menerima Mempelai Perempuan sebagai anaknya sendiri dalam keluarga laki-laki. Setelah Jubir melakukan Natoni Adat, maka seorang yang tertua dalam keluarga Mempelai Pria akan menarik kain Adat yang diletekan di atas bahu Mempelai Wanita, menaruh di atas pundaknya lalu melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang mendahului semua keluarga Pria, membawa kain Adat ke rumah Adat keluarga Pria. Setelah itu Mempelai Wanita akan bangun dari kursinya, salah satu kakinya akan menginjak kembali anak tangga teras rumah kediaman orangtuanya, pertanda bahwa Mempelai Wanita akan pergi tapi kembali bertemu dengan orang tua beserta sanak saudaranya dalam segala urusan suka dan duka maupun urusan apapun di lingkungan keluarga Mempelai Wanita bersama Mempelai Pria.
Setelah itu maka para dayang-dayang akan membawa kain Adat Suku Timor Kupang menaruhnya di atas Mempelai Wanita, lalu Mempelai Wanita melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke belakang, ia pergi bersama Mempelai Pria bersama keluarga yang disertai dengan tarian adat, rebana dan lain yang membuat suasana bahagia dan senang. Setibanya di depan rumah Mempelai Pria, Mempelai Wanita akan disambut dengan Natoni Adat yang intinya selamat datang di rumah keluarga Mempelai Pria, setelah itu Mempelai Wanita akan diiringi dengan tarian Timor dan di depan teras rumah Mempelai Pria, berdiri dua orang Saudari Perempuan dari Mempelai Pria, untuk menggendong masuk Mempelai Wanita ke dalam rumah, yang diikuti oleh rombongan Keluarga Wanita dan Keluarga Pria, setelah itu akan berdoa bersama yang akan di Pimpin oleh Tokoh Agama. Selesai berdoa, keluarga Mempelai Wanita bersama rombongan akan dipersilahkan duduk dikursi yang telah disediakan untuk duduk bersama semua kelurga Mempelai Pria dalam satu kebersamaan kekeluargaan. setelah itu Kedua Mempelai keluar dari dalam rumah dan membawa tempat Sirih Pinang dan berjabat tangan dan mencium semua keluarga besar yang duduk, lalu meletakan tempat sirih di depan kedua rumpun keluarga lalu mempersilahkan semua keluarga makan sirih bersama dan m
kedua Mempelai menyampaikan bahwa sebelum berpisah dengan kedua keluarga besar, mereka telah menyiapkan jamuan kasih bersama dan memohon Tokoh Agama untuk mendoakan sebelum menikmati hidangan yang telah disediakan.