No video

"Kenapa kualitas penelitian Indonesia tertinggal?" - On Scientific Temper

  Рет қаралды 94,405

Frame & Sentences

Frame & Sentences

Күн бұрын

#ThinkingSlow #FrameSentences
Kenapa kualitas penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia belum sekelas dunia? Sejarawan Andrew Goss dalam bukunya "Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of Enlightenment in Indonesia" bahwa semua ini berakar pada kooptasi pemerintah kolonial dalam proses perkembangan ilmu botani dan sejarah alam pada saat itu.
Dalam episode ini, F&S mengunjungi kantor Pak Yanuar Nugroho (birokrat sekaligus akademisi) untuk membahas tata kelola penelitian di Indonesia hari ini. Apa saja resep supaya kita bisa mengejar ketertinggalan yang diargumenkan Achmad Zaky pada tweet-nya beberapa waktu lalu?
Baca lebih lanjut tentang problema penelitian di Indonesia:
theconversatio...
theconversatio...
theconversatio...
theconversatio...
theconversatio...
theconversatio...
theconversatio...
Note: gambar universitas dan perpustakaan di awal hanyalah ilustrasi, dan bukan University of Michigan yang sebenarnya.
***
For business inquiry email at framesentences@gmail.com!
***
Ikuti kami di media sosial:
/ frame_sentences
/ frame_sentences
Afu’s Twitter: / afutami
Wikan’s Twitter: / wikanananta
Afu’s Instagram: / afutami
Wikan’s Instagram: / anantabrata12

Пікірлер: 779
@yusniafterwave9903
@yusniafterwave9903 5 жыл бұрын
YANG PERNAH RISET PAKE DANA SENDIRI MANA SUARANYA?
@VejmR
@VejmR 5 жыл бұрын
:)
@anakagung7613
@anakagung7613 5 жыл бұрын
Rata2 yg nykripsi dan nhesis rogoh kocek sendiri
@yusniafterwave9903
@yusniafterwave9903 5 жыл бұрын
@@anakagung7613 cari sponsor Dari luar negri kadang juga lebih mudah daripada ribet daftar pendanaan di negri sendiri :')
@maulanwahyud
@maulanwahyud 5 жыл бұрын
@@yusniafterwave9903 ya seperti yang saya alami, lebih banyak yang didapat kalo sponsor dari luar daripada dalam negeri sendiri
@septianmaulidw1228
@septianmaulidw1228 5 жыл бұрын
Dana dari ortu kehitung ga?
@andikapranatajaya1446
@andikapranatajaya1446 5 жыл бұрын
Buat penikmat ilmu pengetahuan seperti aku, video ini seperti kue yang pas dimakan. Cita rasa enak, harga terjangkau, dan halal. Citarasa bisa dimaknai dengan apa yang ingin disampaikan sangat mudah dipahami, harga terjangkau dimaknai dengan gaya penyampaian bertutur yang tidak membosankan, halal dimaknai dengan basis informasi yang disampaikan sangat ilmiah dan berbasis argumentasi keilmuan. Meski ada opini yang dibangun, tetap menyajikan fakta atas opini. Menjura hormat deh buat kretifitasnya untuk Indonesia!
@hany.haniyya
@hany.haniyya 5 жыл бұрын
Halo, Kak, kebetulan saya berkecimpung di penelitian Bioteknologi. Saya pernah joint-research 6 bulan di lembaga riset pemerintah Thailand NSTDA (lupa kepanjangannya, mungkin bisa Google langsung hehe) dan sungguh ketika di sana membuat saya sadar kalau riset kita di bidang bioteknologi itu masih jauh dari maju bahkan dibandingkan dengan sesama negara ASEAN. Secara umum yg saya lihat dari organisasi dan kinerja mereka adalah: 1. Dana yg besar dari Raja Thailand dan pemerintah. Ngga tau sih jumlahnya berapa. Tapi yg jelas dana untuk sarana prasarana alat dan bahan bukan lagi jadi masalah mereka--yang kalau di negeri kita ini masih jadi masalah utama. 2. SDM yg mumpuni, mereka sudah ngga menerima sarjana untuk bekerja di lembaga riset. Minimal Master. Gaji untuk mereka juga cenderung tinggi bahkan untuk tenaga outsourcing/honorer nya. Kalau dibandingkan dengan Indonesia waktu saya masih jadi outsourcing di BPPT, perbandingannya 1:4 lebih besar di sana. Jadi di sana peneliti dan staff pembantu peneliti juga sejahtera. Well, peneliti Indonesia (yg PNS) juga punya tunjangan kinerja tinggi sih. 3. Sarana prasarana yg menunjang baik. Di sana sebagai contoh paling simpel, sistem LANnya sudah bagus to the point untuk ngambil data dari alat A di Gedung A, kita ngga perlu capek-capek mindahin via USB atau Internet Drive. Semua bisa akses lewat folder LANnya masing-masing. FYI, kalau di lembaga penelitian kita, rata-rata sih masih manual ya. Alat juga terbatas, ngga jarang rebutan loh sementara tuntutan capaian kerja banyak. Ini mungkin yg membuat kerja mereka lebih efisien. Di sini, ibarat kata disuruh mencapai goal A, tapi ngga disediakan fasilitas dan metode yg direct karena keterbatasan biaya. Ujung-ujungnya yg dipakai metode konvensional lagi 🙁 Oh ya, di sana R&D perusahaan besar juga udah gabung di satu area Techno Park NSTDA (macam PUSPIPTEK gitu lah). Ngga main-main loh, ada perusahaan daging gitu yg terkenal (semacam So Good di Indo). Ah ya, karena mereka di satu cluster dan letaknya berdekatan, kolaborasinya lebih gampang. Waktu itu saya pinjam alat dari direktorat lain, dan mekanisme pinjam-meminjam, juga energi yg saya gunakan untuk pergi ke tempatnya mudah hehe. 4. Organisasi lembaga mereka itu terdiri dari kalau ngga salah Governing Board, Executive (dimulai dari Direktur Kepala sampai Deputi), dan International Advisory Committee. Nah, yg menarik Governing Boardnya ini terdiri dari 3 unsur, disitu ada 1) menteri-menteri terkait semacam menteri pendidikan, menteri perindustrian, menteri riset dan teknologi, dll; 2) Rektor universitas; 3) Perwakilan dari pelaku industri. Governing Board ini yg menentukan arah kerja Executive. Jadi tiap periode mereka menentukan arah penelitian yg itu mengikat seluruh pihak. Contoh, untuk industri kertas, kalau Governing Board udah bilang industri kertas kita harus lebih hijau dengan teknologi enzim, maka NSTDA mengembangkan enzim yg aplikasinya didukung sama industri kertas besar di Thailand. Mitra mereka juga perusahaan perusahaan besar kayak PTT (seperti Pertamina) kalau di Indonesia kita disuruh cari mitra industri sendiri tanpa ada dukungan regulasi pemerintah, sementara industri juga punya R&D sendiri dan mereka cenderung tertutup, efeknya kita mengembangkan sesuatu yg jauh dari kebutuhan industri. Selain itu haluan penelitian universitas juga mendukung. NSTDA punya lab kerja sama di universitas yg mana mahasiswa melakukan penelitian di sana. Menurut saya sih untuk bidang ilmu alam, kuncinya ada di Governing Board. Negara berhak menentukan arah penelitian, tetapi juga harus bisa mendanai dan menjembatani. Tapi kalau untuk ilmu sosial, kayaknya lebih baik dibebaskan hehe soalnya kalau sosial kan lebih hmmm dinamis gitu ngga sih?
@Frenfootball
@Frenfootball 5 жыл бұрын
makasih kak utk penjelasan ny yg panjang.😊😊
@Frenfootball
@Frenfootball 5 жыл бұрын
Salam kenal kak.. saya mw jd peneliti juga.. skrg mahasiswa tingkat akhir.. penlitian di PPF lipi.
@ajiiibdetik1072
@ajiiibdetik1072 5 жыл бұрын
minat/arah/tema penelitian sebaiknya tidak ditentukan oleh orang lain... saya pikir ilmu adalah hak perorangan. Signifikansi penelitian dapat dilihat dari jurnal tempat publikasi tersebut.
@orthopraxic
@orthopraxic 5 жыл бұрын
No, ilmu sosial juga sangat penting yang bahkan sistem pendidikan itu sendiri harus ditentukan oleh tipe antropologi kita sebagai manusia Indonesia. Kalo tdk seperti skrg ini, kita tak tahu model sistem pendidikan apa yg sedang kita gunakan. Pendekatan / metode pendidikan yg kita gunakan skrg kurang sesuai untuk orang Indonesia yang konon ber-stereotype "Layback Generalist". Berbeda kasus dg Botanical Scientist. Sy hanya menjabarkan betapa pentingnya Ilmu Sosial yang mana risetnya didanai dg sangat minim jg.
@tiowii
@tiowii 5 жыл бұрын
It feels like you have visited heaven, too cool to be true here :(
@ntznbgzt
@ntznbgzt 5 жыл бұрын
Jurnal aja di keep sama kampus, thesis dlsb tidak mudah diakses. Jd gimana mau saling sustain sebuah riset. Dan juga literasi kita belum tinggi, belum yang plagiat. Kan susah. Persis sesuai dengan kultur dan mental kita. Rumit.
@ivakanoffsnyder4501
@ivakanoffsnyder4501 5 жыл бұрын
Dibuka juga ujung2nya dicopas. Hasilnya makin ancur dah negara isinya sarjana abal
@tamaiantama
@tamaiantama 5 жыл бұрын
Harusnya dipublish tapi tidak bisa didownload atau kalaupun bisa didownload harusnya PDF tidak dapat dicopy
@nurulirfan25
@nurulirfan25 5 жыл бұрын
@@ivakanoffsnyder4501 sekarang kampus-kampus kan sudah pakai mesin verifikasi keaslian tulisan, Pak. Misalnya di kampus saya pakai turnitin. setiap skripsi yang diajukan harus lolos dari turnitin dengan tingkat kesamaan dengan tulisan yang sudah dipublikasi maksimal 25%. kalau copas sudah pasti ketahuan. Atau belum semua kampus yang pakai seperti itu ya? Hmmm..
@ivakanoffsnyder4501
@ivakanoffsnyder4501 5 жыл бұрын
Atau mungkin kampusnya sendiri yang takut kalau penelitian/TA mahasiswa yg dipublish isinya kurang mutu.
@CharDhue
@CharDhue 5 жыл бұрын
Emang rada susah dapet akses hasil thesis atau TA mahiswa kampus lain apalagi hasil riset dosen
@channelgerry3575
@channelgerry3575 5 жыл бұрын
sarjana harusnya jadi magister, magister harusnya jadi doktor, doktor harusnya jadi profesor...tugas mereka cuma melakukan pendidikan, pengajaran, penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat (nelayan, petani, buruh, dan lain-lain)...skripsi, tesis dan disertasi cuma tersimpan rapi di perpustakaan tanpa ada implementasi di masyarakat...orang2 cuma fokus sama gelar akademiknya bukan hasil risetnya...
@lifeisneverthesame910
@lifeisneverthesame910 5 жыл бұрын
Masyarakat yg masih face value.
@EVIRETNOCDEWI
@EVIRETNOCDEWI 5 жыл бұрын
Yaaa, betul juga
@pikufi
@pikufi 5 жыл бұрын
Could not agree more
@kaptenlemper
@kaptenlemper 5 жыл бұрын
@@lifeisneverthesame910 sungguh sedih tapi nyata
@Meonium
@Meonium 5 жыл бұрын
Coba lihat universitas pertanian di Belanda. Sumpah keren banget penelitian mereka dan banyak yg dipakai secara langsung oleh masyarakat.
@jo70seventy
@jo70seventy 5 жыл бұрын
Kalo gue lebih setuju lembaga riset di Indonesia independen dan lepas dari pengaruh pemerintah. Lembaga riset ini bs didanai oleh perusahaan2 swasta dengan mekanisme keringanan pajak dari pemerintah. Jadi pemerintah tidak perlu mengelola dana riset sendiri. It would be effective for it is based on business needs and research diversity would not be questioned as the business fields are naturally diverse . Untuk topik riset yang underdeveloped dan tidak business oriented pemerintah bisa mengalokasikan dana yg tadinya untuk lembaga riset pemerintah ke universitas2 negeri. Universitas swasta bisa diberi bebas pajak sesuai dengan kualitas dan kuantitas risetnya. Just my opinion. Cmiiw
@garudapenjunjungkebenaran5871
@garudapenjunjungkebenaran5871 5 жыл бұрын
Nah ini bener nih. Tapi rakyat Indonesia masih banyak yang belum bisa "mandiri" dari pemerintah. Pasti kalau dilepas gitu, saya yakin pasti ada orang yang bilang "pemerintah harusnya mendukung riset seperti ini, bukannya malah dilepas ke swasta".
@nuvonovalyrics6179
@nuvonovalyrics6179 5 жыл бұрын
Kalo menurut saya, setidaknya hrs ada keterlibatan pemerintah sbg regulator agar riset2 yg dikelola adl riset yg bertanggung jawab. Tp memg sebaiknya keterlibatan pemerintah hrs dibatasi, krn cmpur tangan yg trlalu byk akan mghambat kemajuan riset itu sndri.
@vitomuhammad2820
@vitomuhammad2820 5 жыл бұрын
Nuvo Nova saya setuju, harus ada regulasi pemerintah yang mengatur riset-riset yang dilakukan swasta agar mendapat penelitian yang bertanggung jawab namun harus dibatasi juga regulasi tersebut.
@kalila_sydney2010
@kalila_sydney2010 5 жыл бұрын
setuju bgt mas...miris makanya lihat skr LIPI kisruh..beberapa badan litbang dilemahkan dan dijadikan BLU, jika pemerintah sdh tidak bisa mendanai, seharusnya dicari solusi terbaik, contohnya ide mas-mas ini...
@aryabimaputra8021
@aryabimaputra8021 5 жыл бұрын
@@garudapenjunjungkebenaran5871 nah itu, dikit2 yang disalahin pemerintah..... typically orang indonesia, mungkin bawaan pemerintahan model kerajaan jaman dulu kali ya
@ilham7345
@ilham7345 5 жыл бұрын
BECAUSE WE ARE TOO FOCUSED ON POLITICAL SH*T INSTEAD OF SCIENCE
@fakuri913
@fakuri913 5 жыл бұрын
*Religious Shit
@sepaksemprul
@sepaksemprul 5 жыл бұрын
Yg penting jago bluffing dan menyakinkan. Kenyataan data yang valid mah diurutan sejuta
@Meonium
@Meonium 5 жыл бұрын
@@sepaksemprul What can I say, communication skills are really useful.
@newton1000
@newton1000 5 жыл бұрын
@@fakuri913 apa
@Rythmguitarable
@Rythmguitarable 5 жыл бұрын
@@fakuri913 lu kira agama itu shit? emang lu lahir kagak pake agama? elu hidup kagak pake pedoman beragama ya?
@rerezpect
@rerezpect 5 жыл бұрын
Kalo bahas penelitian gini, gw selalu inget omelan dosen gw. :))) Beliau merasa riset di Indo terlalu kaku. Gak bisa fluid menghadapi perkembangan zaman. Dosen gw ini punya fokus keilmuan tentang komputasi kimia. Hasil dari risetnya hanya "sekadar" angka energi. :))) Dan gak ada yg mau mendanai penelitian yg kaya gini karena "gak membangun". :))) Hanya "sekadar" angka. :))) Padahal dari sudut pandang sains, harusnya bisa diartikan lebih jauh. Dan yg lebih penting lagi, hemat biaya, karena gak perlu beli bahan kimia. :))) Jangan heran penelitian kita gagap banget. Lagi ngetren nano teknologi, semua ngikut.. :))) Lagi ngetren TiO2, semua ngikut.. :))) Kocak banget dah dunia penelitian Indo. :)))
@DaffaFirdausm
@DaffaFirdausm 5 жыл бұрын
:)))
@Frenfootball
@Frenfootball 5 жыл бұрын
Hahaha.. iia bener tuh bang setuju. salam ank kimia murni
@dvendddo7454
@dvendddo7454 5 жыл бұрын
Bang saya juga sedang melakukan skripsi di bidang kimia komputasi dan bagi saya sangat miris karena cuma ada 2 orang (termasuk saya) yang ngambil bidang ini dari ratusan mahasiswa Saya rasa kimia komputasi adalah alat modern yang sangat membantu dalam pengembangan dan penemuan obat tapi banyak yang belum sadar sih atau terjebak dalam prekonsepsi bahwa 'kimia komputasi itu susah'
@rerezpect
@rerezpect 5 жыл бұрын
@@dvendddo7454 Gw setuju banget. Keliatan banget kimia komputasi ini bisa jadi alat untuk menemukan material baru atau aktivitas dari suatu senyawa di tingkat molekul di bidang apa pun. Wajar klo ada pendapat begitu. Sahabat gw yg skripsi di bidang itu pun mengakui sulitnya bidang kimia komputasi. Padahal dia bisa dibilang paling ahli dibandingkan senior & juniornya yg meneliti tentang itu. Dan gw juga ampe ngulang materi tentang kuantum ampe 5x.. :))) Jangan khawatir. Perkembangan informasi & teknologi di Indo lagi cepet kok. Gw yakin suatu saat nanti ada peneliti yg mau membuka jalan ke kimia komputasi. Siapa tau kamu yg membuka jalan itu. Semangat buat skripsinya!
@ghulambintang8414
@ghulambintang8414 5 жыл бұрын
Anda aja FMIPA dianggep kaya gitu sm dunia penelitian Indonesia. Apalagi saya yang backgroundnya social humaniora, yg emang ga mengeluarkan produk penelitian apapun. Makin terpojok kwkwkw
@icangicung20
@icangicung20 5 жыл бұрын
Keren banget videonyaa!! Menurut gue sih riset di indonesia nggk maju soalnya cita cita itu mati ketika mereka di kampus, tanya maba itb, gue yakin 90% mau jadi ilmuwan, terus tanya mereka yang tingkat akhir, gue yakin 99% bilang mau kerja aja. Yang salah dmana?
@liaforubeb
@liaforubeb 5 жыл бұрын
betul, iklim universitas ga memprovide diri untuk jadi scientific dan critical. skripsi pun hanya sekedar. yang penting "sesuai aturan" bukan konteks penelitiannya. sedih sih kak afu, gue yang ga punya banyak priviledge harus kerja keras lebih untuk mengakumulasi pengetahuan dan cara berpikir sistematis dan berlogika yang benar. karena miris banget kenyataannya lingkungan pendidikan ga mensupport itu. gue berusaha sangat keras untuk keluar dari cara sistem pendidikan yang kayak gini. semua dicetak cuma jadi budak kapitalis bukan sebagai manusia yang otentik
@karual-rashid5328
@karual-rashid5328 5 жыл бұрын
iya.. saat aku mau idealis sama skripsiku.. tp terhalau beban akademik dan yg pling penting jurnal2 pendukung lbh banyak dr luar
@pustakarileks7404
@pustakarileks7404 5 жыл бұрын
Benar, sewaktu saya mengerjakan skripsi tentang riset bahan komposit, kampus tidak bisa menerima judul skripsi seperti ini, mereka (dosen) bilang tidak ada manfaatnya dan tak ada hasil berupa produk! Maka dari itu saya mengerjakan skripsi serasa double, meneliti dan memproduksi, hingga 1 tahun saya mengerjakannya.
@lilikpenimaharani4382
@lilikpenimaharani4382 5 жыл бұрын
Iya, krn skripsi yang benar atau jujur suka dihalang-halangi oleh pihak kampus dengan alasan tertentu, bahkan terancam kena drop out, jadi meneliti pun terbatas alhasil gelar pun hanya sebatas memperpanjang nama saja
@mrsjingkrak7326
@mrsjingkrak7326 5 жыл бұрын
Iya bener impian jadi peneliti mati gara gara TA.. Gue sih gitu :v
@kingkongcha
@kingkongcha 5 жыл бұрын
Sudah mental kita yg jelek mmg. Gini, dari kecil saja kita terbiasa melihat anak" yg rajin belajar justru dibully. nah tanpa disadari hal kecil ini terbawa sampe tua.
@bimahandikaa
@bimahandikaa 3 жыл бұрын
sad but true, ketika ada yang niat banget belajar dikatain ambis. Nyontek masih merupakan hal lumrah bahkan cenderung dibanggakan. sudah terlalu tersistem untuk selalu cari jalan pintas
@arikramadhan4389
@arikramadhan4389 3 жыл бұрын
Benar. Hari minggu sebelumnya disaat masih dalam suasana idul fitri. karena saya memang ngk ada kerjaan waktu itu, saya memilih untuk belajar. Nah kebetulan teman kakak saya main kerumah dan pas mereka melihat saya belajar, salah satu dari mereka langsung menertawakan saya :) dia bilang ''hari raya kok belajar''. Sekitar 1 jam-an kemudian saya langsung berhenti belajar.
@wildanbramantyo3495
@wildanbramantyo3495 5 жыл бұрын
Up up up! Never seen such thing like this, kemajuan intelektual rata2 masyarakat Indonesia masih di rumpun ilmu sosial, rata2 kita sudah mengerti manajemen keuangan birokrasi dsb, tetapi masih sangat buram mengenai riset dan teknologi, bahkan ilmu fisika kimia dan biologi sangat dipandang sebelah mata di masyarakat. Senang bisa menemukan komunitas seperti ini yang juga menyadari common sense about the importance of R&D, science, and all that geek stuff they tought
@danielrgoldman341
@danielrgoldman341 5 жыл бұрын
tunggu saya di atas bung !!!
@rayhanasyari513
@rayhanasyari513 5 жыл бұрын
Ilmu sosial juga rada kurang sih bedain komunis ama atheis aja susah awkw
@tamaiantama
@tamaiantama 5 жыл бұрын
Bukannya kebalik ya? Justru yang dihargai di masyarakat malah Kedokteran, Teknik, dan Ilmu Sains lainnya. Sedangkan yang mempelajari dan mengembangkan ilmu Sastra atau Sejarah tidak dihargai. Di masyarakat kita aja, yang murid SMA milih masuk IPA dipandang lebih "pintar" daripada yang milih masuk jurusan IPS. Memang masyarakat awam lebih ngerti soal politik, namun politiknya bukan ilmu politik yang dalem-dalem banget yang sampe filosofi atau ideologi dll, cuman soal pilihan politiknya/jagoannya aja, macem orang nonton bola. Soal ekonomi juga, lha buktinya masih ada miskonsepsi terkait utang negara, soal investasi, ataupun masih adanya masyarakat yang tidak mau bayar pajak. CMIIW.
@SISILISM
@SISILISM 5 жыл бұрын
Oh my... this video is amazing! Bener-bener sebuah nafas segar buat dunia KZfaq Indonesia. Good job Afu & Wikan! Terus berkembang!
@aulianovianti4672
@aulianovianti4672 5 жыл бұрын
Ada kak sisil disini wahh 😉😉😉
@kurniawidyastuti8833
@kurniawidyastuti8833 5 жыл бұрын
Hai kak Afu.. Perlu banget memang ada ruang fasilitasi dari dukungan pemerintah. Setau saya sektor privat pun juga telah berperan, baik dengan mengadakan kegiatan berkaitan dengan kompetisi riset ataupun bentuk pemberian grant research pada lembaga riset atau institusi pendidikan. Tentunya hal-hal ini perlu terus dilakukan agar generasi muda terbiasa untuk berpikir kritis dan mampu memberi kontribusi bagi perbaikan Indonesia. Satu hal membuat Saya penasaran adalah bagaimana cara jitu mengkomunikasikan riset kita yg hasilnya cenderung kontra terhadap sistem kebijakan yg saat ini sedang berlangsung. Tentunya para policy maker harus memutuskan sebuah kebijakan dengan dasar evidence based bukan, dan adanya reorientasi kebijakan dg alih2 perbaikan tentu memungkinkan bukan (?) Mungkin hal ini bisa menjadi salah satu topik lanjutan yang bisa diulas di vlog selanjutnya. Terimakasih yaa, terus berkarya 💪
@adisetiawan6277
@adisetiawan6277 5 жыл бұрын
Kanal dengan konten seperti ini yang mestinya diperbanyak, dan harusnya populer, sekurang2nya dalam ranah akademik. Berlaku bagi dosen/peneliti dan mahasiswanya. Saya kembali sadar akan pentingnya budaya keilmuan, yang barangkali sekarang telah banyak terlupa. Tentang pertanyaan di akhir video, saya pikir dua2nya bisa beriringan. Tinggal bagaimana pemerintah sebagai otoritas yang sifatnya dominan dalam mendukung jalannya riset, tidak menyepelekan peran sektor privat yang memang berjalan atas inisiatif mandiri. Tentang dana, saya setuju dengan salah satu komentar (di bawah?), yakni pendanaan yang berstatus reward, tanpa harus ribet dengan urusan2 LPJ yang sebenarnya menambah beban kerja para peneliti. Ditunggi lagi karya seperti ini, Mba Afu. Kanalmu saya subscribe
@abdur1300
@abdur1300 5 жыл бұрын
beda pemikiran orang indo sama pemikiran orang kulit putih yg tinggal di barat, orang indonesia bodoh didunia tidak masalah, yg penting di akhirat masuk surga,, sains didunia tdk penting dan tdk diutamakan, yg penting ilmu agama Jelas beda mental negara berkembang dan negara maju
@murniridha7726
@murniridha7726 5 жыл бұрын
Tadinya mau komentar soal bagian depan, tentang para ahli yang biasa diwawancara di media sepertiinya tidak kompeten. Saya tadinya mau berargumen, itu adalah ketidakmampuan medianya untuk mencari orang yang kompeten. Tapi dalam gambaran besarnya, media pun belum punya mental riset yang baik, masuk suka ngumbar hoax dan manas-manasin isu tanpa riset (bahkan gosip pun perlu riset, seperti E! Channel). Jadi komennya ga penting (meskipun tetapi diomongin), tapi suka banget video ini. Simplifikasi masalah yang ribet dan narasumbernya jos! Kalau sektor privat diajak riset, sebenarnya asalkan ada profit di situ, mungkin riset akan menjadi sesuatu yang menarik buat mereka. Jadi iming-imingnya duit. Mungkin dorongan konsumen juga kali ya, yang mau sesuatu lebih lokal sehingga riset dilakukan dalam negeri dengan sumber daya yang tersedia. Mungkin. Kalau pemerintah... hmmmm *mikir
@tyoistyo
@tyoistyo 5 жыл бұрын
Asli. Media sekarang lebih ke penggiringan opini daripada membangun sikap kritis.
@murniridha7726
@murniridha7726 5 жыл бұрын
@@tyoistyo demi sponsor sih ya. Lingkaran setan.
@martinbesaliel423
@martinbesaliel423 5 жыл бұрын
saya setuju banget sama pendapat anda... tp ini juga kembali lagi dari kita sebagai konsumen, justru yang sering saya jumpai (sebagian besar media online) artikel-artikel yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang bagus malah jarang dilirik karena terkesan "membosankan" bagi pembaca. Hal ini juga diperparah kemampuan literasi bangsa kita juga masih rendah (sekali lagi nih, menurut aku sendiri hahaha). Sering banget kan kita ngeliat orang yang termakan judul artikel sendiri tanpa baca isi artikelnya. Dari sisi medianya sendiri juga seakan serba salah ketika ada artikel bagus tapi panjang g ada yang lirik, di sisi lain artikel dari isu-isu gorengan yang ga ada isinya malah rame2 dibaca. Menurut aku nih seharusnya kita sebagai konsumen juga mulai bisa memerangi hal ini dengan menjadi pembaca yang cerdas.
@riyannurrahman1126
@riyannurrahman1126 5 жыл бұрын
bener banget, hal - hal yang jauh dari bentuk pendidikan ideal kayak gosip aja harus ada risetnya dulu. mungkin di indonesia tv cuma sebagai sarana hiburan (drama, dangdut, rumah*ya, sinetron, etc) bukan sarana pembelajaran. tapi salut sih sama TVRI kalo bikin acara kuis juga masih yang berisi bukan asal ketawa doang
@jetserofficial
@jetserofficial 5 жыл бұрын
Media mah nyari narasumber yg bisa bikin viral, entah itu kompetensinya memadai atau tidak, dont care.
@bowooks
@bowooks 5 жыл бұрын
Video seperti ini sangat layak untuk viral, jangan cuma sexy killer aja yang bisa seperti itu.
@ariefbudiatma5938
@ariefbudiatma5938 5 жыл бұрын
Cebi
@ryanfaza6830
@ryanfaza6830 5 жыл бұрын
buka akses jurnal seluas luasnya,semudah mudahnya, semurah murahnya, and let milennials do the rest..
@ajiiibdetik1072
@ajiiibdetik1072 5 жыл бұрын
caranya?
@sawutra
@sawutra 5 жыл бұрын
Kalau anda daftar perpus nasional indonesia, anda bisa akses jurnal dari elsevier salah satunya
@anaani708
@anaani708 5 жыл бұрын
@@yggdrasil4187 nice
@annisdwitrisnawati4148
@annisdwitrisnawati4148 5 жыл бұрын
Sudah banyak jurnal sekelas S1 dan Sinta2 yang bisa diakses gratiis cek google list jurnal sinta 1 atu sinta 2 masuk ke webnya.. Dan sudah banyak diantaranya yg q1 atau q2
@tyasnastiti14
@tyasnastiti14 5 жыл бұрын
Fuuu, thanks a lot for making this video. Sungguh, aku pun bru merasa bahwa meneliti is one of something important since i am being a lecturer. Cuma klo boleh menggarisbawahi, kenapa pra scholar cenderung meriset asal2an, karna itu tadi being on the rule is important. Sungguh fu, mengelola dana riset peneliti pemula nya DIKTI yg hany 20jt aja aturan penyerapannya ribet bgt. Kadang para periset jadi merasa takut sama beban LPJ yg hrus dibebankan ke peneliti. And its not easy, trust me. Bahkan pembuktian pengeluaran harus 3-4 copy. Is that really necessary? Meanwhile, beberapa kali share dgn pengajar dr luar negeri yg dpet hibah penelitian as a reward, jadi beda bgt outputnya. Yah, smoga menjadi salah satu indokator yg diadjust ya.. aturan sih psti ada, tp bsa disesuaikan agar tdk menyulitkan peneliti kali ya.. maap fu, jadi curhat hihihi Suksess slalu untuk F&S yaa
@mcwarouwsvideos987
@mcwarouwsvideos987 5 жыл бұрын
yah benar papa-ku juga punya masalah seperti ini
@putrailhamprofile
@putrailhamprofile 5 жыл бұрын
I feel you Bu Tyas. Demand masalah administratif malah bikin hambatan jalannya riset dan menulis. Malam-malam dihabiskan untuk revisi proposal atau LPJ hibah dari pada revisi dari peer-reviewer jurnal.
@zakyfarid
@zakyfarid 5 жыл бұрын
Betul sih, kadang udah 4 copy eh luarannya ga dipermasalahkan. Ada yg dapat dana 300 juta tp yg penting memenuhi standar pelaporan diloloskan. Padahal dana segitu minimal bisa melahirkan jurnal internasional bereputasi lah.. Atau produk siap guna
@akhdanbaghaskara9565
@akhdanbaghaskara9565 5 жыл бұрын
Minta do'a semoga impian saya jadi researcher stem cell kelas dunia terwujud.. Syukur2 menang Nobel prize 😁🙏
@riyannurrahman1126
@riyannurrahman1126 5 жыл бұрын
amin
@ajiiibdetik1072
@ajiiibdetik1072 5 жыл бұрын
mulai dari sekarang cari passion, melatih dedikasi dan selanjutnya konsistensi....
@fadhlilmuhammad8784
@fadhlilmuhammad8784 5 жыл бұрын
aamiin selamat berjuang ya dek 😁
@deswicinta
@deswicinta 4 жыл бұрын
Aminn semangat !!! 💯
@Yudha000
@Yudha000 4 жыл бұрын
Kuasai buku Mary El Boas, sy jamin..
@linesdots6695
@linesdots6695 5 жыл бұрын
Halo kak Afu! Makasih banyak buat kontennya yang super galvanizing. Kebetulan aku adalah salah satu pelaku riset di bidang biologi, yg bekerja di perusahaan swasta. Sejujurnya, sebagai milenial yg berkutit dengan science, ada beberapa hal yg sangat aku concern saat ini. 1. Prosperity seorang scientist. Jujur, ini salah satu alasan yg membuat aku sempat berfikir "the only passion i know is passion fruit". Aku udah dua tahun kerja di bidang riset dan sekarang berada di titik dimana aku ingin keluar dan masuk ke bidang bisnis aja. Dengan effort kerja yg sama, temenku bisa dapat salary yang besar. Ini bukan berarti bahwa passion ku bisa dibeli uang. Bukan, tapi aku sebagai seorang warga negara pun punya hidup yg perlu secure dan urgency the sense of belonging yg seringkali dikaitkan dengan jumlah gaji. Sering banget discouraged karena salary scientist bisa separuh dari temen aku yg kerja di dunia bisnis. Apakah emang ini fate seorang scientist, atau memang bisa diubah? Karena brain drain bukan hanya fenomena ttg keluarnya scientist indonesia ke luar negeri, tapi juga bekerja ke bidang business as usual. Tolong dengan sangat diperhatikan prosperity kita. Kita bukannya tdak nasionalisme, tapi kita punya kehidupan yg perlu dijalani juga. 2. Personal development scientist. Dengan hingar bingarnya industrial revolution dan big data, seringkali aku sebagai biologist feel excluded. Setiap seminar atau public discussion ttg IR4.0 itu, selalu bahasannya bisnis. Tapi ga ada aplikasinya di dunia riset biologi. alhasil, aku merasa jadi manusia paling ga punya kesempatan tumbuh seperti teman2 yg lain. 3. Sense of belonging yg kurang. Banyak bgt komunitas IT atau startup kece di bidang bisnis. Tapi ga ada sama sekali untuk scientist. Milenial yg bergerak di bidang sains sepertinya perlu bersqtu menyemangati satu sama lain dan bekerja sama membuat kolaborasi yg kece
@fauzykamal232
@fauzykamal232 5 жыл бұрын
Saya pun sedang mengalami fase "ah meningan bisnis/dagang lah duitnya lbh banyak" "Masa bodoh dgn passion riset,gw pgn foya2 kayak tmn2 gw" wkwkw.
@lifeisneverthesame910
@lifeisneverthesame910 5 жыл бұрын
Anak Indonesia dididik dan dibiasakan untuk takut berpikir kritis dan independen. Itu sebab mendasar.
@Yudha000
@Yudha000 4 жыл бұрын
Setuju, salah satu nya itu diantara banyak hal...
@user-lr6hw4dq4t
@user-lr6hw4dq4t 3 жыл бұрын
hah? itu banyak aktivis2 begitu? mereka bukan termasuk golongan kritis? justru permasalahanya di dana riset, bukan kritisnya. Kritisnya mah udah kebangetan, apalagi org2 ilmu sosialnya
@lifeisneverthesame910
@lifeisneverthesame910 3 жыл бұрын
@@user-lr6hw4dq4t aktivisnme bukan pertanda kuatnya daya nalar.
@user-lr6hw4dq4t
@user-lr6hw4dq4t 3 жыл бұрын
@@lifeisneverthesame910 kan kamu komen nya "kritis". Nalar itu beda lagi. Kreativ itu beda lagi. Ada genose aja dikritik abis2 an. Bukannya pd support crowdfunding buat ngembangin itu penemuan. Org kritis di indonesia udah banyak, tp yg berfikir komprehensif di tingkat multidisiplin masih dikit.
@lifeisneverthesame910
@lifeisneverthesame910 3 жыл бұрын
@@user-lr6hw4dq4t dalam konteks sistem pendidikan jelas sekali bagaimana sains diajarkan.. sains diajarkan layaknya pelajaran agama. bersifat dogmatis. ada faktor kultural juga. guru dianggap otoritas kebenaran. proses pembelajaran dilakukan dg konsep transfer pengetahuan. seolah2 seperti flashdisk yg dicolokkan ke komputer.
@rahmadyannurwidhi226
@rahmadyannurwidhi226 5 жыл бұрын
milenial kita kebanyakan nongkrong, ngopi, dan mabar. jarang memanfaatkan media untuk menambah wawasan / belajar hal yang baru
@kaptenhiu5623
@kaptenhiu5623 5 жыл бұрын
Masalah: Kenapa kualitas penelitian Indonesia tertinggal? Hipotesis menurut video ini: 1. Gara2 Belanda 2. Gara2 orde baru 3. Gara2 pemerintah Hipotesis Menurut Yanuar Nugroho - pemerintah: 1. Karena peneliti Indonesia malu-malu melakukan publikasi 2. Kurang tata kelola Kalau hipotesis gue: 1. Memang budaya Indonesia bukan budaya yang rasional dan suka berpikir kritis. 2. Pendidikan di Indonesia semakin memperparah budaya tersebut. Pendidikan hanya fokus pada hafalan dan hasil, bukan pada dasar ilmunya secara real
@mr.mocakus827
@mr.mocakus827 5 жыл бұрын
Maksud dari budaya "malas" berpikir rasional itu apa?
@kaptenhiu5623
@kaptenhiu5623 5 жыл бұрын
@@mr.mocakus827 Seperti kasus dukun Ponari danTukang ganda uang kanjeng Dimas, meski tidak melibatkan semua orang indonesia, tapi dapat dianggap mewakili orang Indonesia secara umum karena begitu banyak nya orang yang terlibat. Jelas dari sana kalau orang Indonesia sulit untuk diajak berpikir secara rasional. Mereka semua ingin cepat sembuh dan cepat kaya tanpa mengerti proses biologis maupun ekonomi yang terlibat. Pokoknya instant.
@andrewnainggolan635
@andrewnainggolan635 5 жыл бұрын
+1, up komen ini, can't agree more
@rizkyagungwindiarto3228
@rizkyagungwindiarto3228 5 жыл бұрын
2015 saya diberi mandat oleh kantor tempat saya magang untuk dapat mendokumentasikan sebuah acara International Conference Pure and Applied Research (ICOPAR), sejujurnya saya kurang antusias, tapi beberapa professor yang menjadi pembicara membuat saya terenyuh setelah memberikan data tentang penelitian. Ternyata kita memang ketinggalan jauh dari negara-negara maju. Bahkan jumlah peneliti kita jauh lebih sedikit dari pada Singapore dan Israel. Padahal hasil dari penelitian tadi dapat memajukan bangsa, gak cuman disektor ekonomi tapi juga SDM. Seandainya oh seandainya negara kita memiliki banyak peneliti, sepertinya SDM dan ekonomi kita lebih maju dan stabil. Karena kita memiliki SDA mentah yang asing inginkan untuk memproduksi sebuah alat yang nantinya dijual lagi ke kita. Sadar? IYA.
@naufalfajran6468
@naufalfajran6468 5 жыл бұрын
iya kayaknya sih cita2 kita kurang,jadi para pemuda juga jarang ada yang mau mendalami suatu bidang ilmu,maunya kerja aja langsung. Ditambah lagi suasana belajar di kampus juga menurut saya emang bukan buat peneliti,tapi buat pekerja. Kita gak pernah didorong oleh dosen untuk benar2 memahami bidang ilmu dan untuk mengembangkanya,kita hanya disuruh untuk mengerti saja....semoga kedepanya saintis indonesia bisa maju,karena negara kita ini luas,sayang jika tidak dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu..
@bragastraat2288
@bragastraat2288 5 жыл бұрын
Budaya-budaya di sepanjang garis katulistiwa tidak ada yg bersifat eksploratif. Semua dimanja dan bergantung pada alam yg ramah. Seperti kata koes plus, bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu....ikan dan udang mrnghampiri dirimu...Makanya nelayan gk ada yg kapalnya besar untuk melintas samudera...karena gk perlu. Iklimnya statis, pikiranpun jadi statis. Budaya yg memiliki 4 musim lebih dinamis dan menantang. Masyarakatnyapun jadi bersifat dinamis dan inovatif. Mengarungi samudera nyari sumber daya alam...jiwanya eksploratif. Semua bangsa yg maju sekarang adalah bangsa2 yg demikian. Kata kuncinya adalah "eksplorasi". Tanpa itu tdk akan pernah ada penelitian yg bermakna.
@devflite8782
@devflite8782 5 жыл бұрын
Kenapa penelitian Indonesia tertinggal? Kalau "Menurut Saya" : Di masa2 sebelumnya atau di negara2 lain. Masyarakat, ataupun pelajar yang masuk ke dalam Universitas adalah teman2 pelajar yang ingin melanjutkan studinya secara professional di tingkat lebih tinggi. Dimana mereka benar-benar serius meneliti dan mempelajari subjek2 yang ingin mereka pecahkan misalnya vulkanologi, mereka meneliti dan mempelajari vulkanologi yang memang merupakan keinginan dan tujuan mereka. Teman2 yang belajar di Fakultas Bisnis. Adalah mereka2 yang mencari pendekatan2 baru untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi ataupun mencari teori2 baru ekonomi. Baik itu dengan memperbaharui dan mengupdate teori2 yang sudah tidak update lagi ataupun dengan tegas mengganti nya dengan teori ekonomi baru. Namun saat ini di indonesia sudah tidak seperti itu lagi. Sekarang alasan utama mahasiswa masuk ke sebuah universitas adalah untuk mendapatkan "Ijazah" agar dapat "Bekerja". Karena dimana2 baik pemerintah maupun perusahaan swasta memiliki setidak nya minimal D3/S1/S2 sebagai syarat mencalonkan diri di perusahaan tersebut. Syarat kelulusan berupa Skripsi yang mana "mungkin" 70% dari skripsi yang ada sekarang hanyalah skripsi yang dibasiskan dari skripsi yang sudah ada. Hanya mengganti wilayah kajian ataupun yang lain. "Tapi kan kalau bikin baru susah, lama. Target ku kan 3,5 tahun!". Kalau "Menurut Saya", ya memang begitulah universitas dimana studi yang dihasilkan seharusnya merupakan hasil dari penelitian yang bisa saja memakan waktu. Jadi saya rasa jika masa studi di universitas tidak memiliki batasan waktu. Mahasiswa yang benar2 berniat untuk menghasilkan karya akan lebih terakomodir dengan tidak terikatnya mahasiswa dengan lama masa studinya. "Haha. Ntar banyak mahasiswa abadi dong?" Kalau "Menurut Saya", mahasiswa yang lama masa studinya. Selama beliau memberikan kontribusi nyata bagi ilmu pengetahuan. Kenapa tidak? Mungkin maksud nya yang main2 yah? Kalau itu ya tanggung jawab masing2 pribadi juga. Kan disini "Kalau" seandainya universitas memang benar2 diisi oleh peneliti2. Bukan diisi mayoritas para "calon" pencari kerja yang ingin segera wisuda. Mungkin untuk syarat pekerjaan bisa setidaknya STIE, STIKOM dll yang memang benar2 mempersiapkan pribadi2 unggul di bidang pekerjaan professional ketimbang universitas. Sehingga teman2 di universitas adalah teman2 yang aktif dalam kegiatan penelitian. Mungkin pihak fakultas bisa memberikan event2 atau assignment misalnya. Setiap semester mahasiswa diminta untuk membuat setidaknya 1 penelitian kecil mengenai subjek yang mereka inginkan. Boleh mungkin sekedar hasil pengamatan, pengumpulan data dll. Jadi setidaknya mahasiswa menjadi lebih terbiasa dengan proses2 penelitian. Jangan sampai kegiatan penelitian adalah kegiatan dari sebuah organisasi kemahasiswaan saja misalnya. Itu sih menurut saya. NB: Mohon maaf sebelumnya jika ada salah kata ataupun kata2 yang dirasa menyakiti. Hanya sekedar mengutarakan pendapat. :)
@harrishartman2
@harrishartman2 5 жыл бұрын
Saran kami, dana LPDP yang begitu besar lebih baik diganti ke dana riset dalam negeri. Oke lah kalo kolaborasi riset bareng institusi LN. Lalu, buang make up Class International atau World Class University dengan mengurangi kesenjangan kampus di kota dan kampus di desa. Itu jauh lebih esensial.
@pujisiswanti2006
@pujisiswanti2006 5 жыл бұрын
Sepaham saya lpdp jg ada dana riset. Rispro kalo nggk salah.
@polisisop1713
@polisisop1713 Жыл бұрын
Betul, gaji peneliti kecil padahal jasa besar. Tapi emang kalo dari segi bisnis sih namanya peneliti kan g pasti kadang ketemu kadang ga.
@leethungsen5362
@leethungsen5362 5 жыл бұрын
Kalau riset dibidang biologi atau kesehatan banyak sekali tantangannya, mulai dari equipment dan tools yang tidak memadai, mahal atau bahkan tidak ada (tidak dapat diimport) hingga berbagai kesulitan intrainstitusional. Hasil riset kita sulit diterima di jurnal atau publikasi internasional terkemuka karena memang kualitasnya yang tidak memadai, research question yang kurang novel atau struktur riset yang tidak memadai; semuanyai sangat dipengaruhi pendanaan. Tentunya pendanaan itu penting, tetapi memang butuh waktu hingga orang-orang dalam lingkungan akademisi dan ilmuwan memiliki mindset yang terbuka, karena masih banyak yang takut untuk memupuk dan membantu yang muda untuk berkembang lebih. Berbicara dari pengalaman, nuansa riset di Indonesia dan di luar berbeda bahkan dari sisi psikologis dan emosional yang kurang suportif dan positif; maka ada sesuatu yang perlu dibangun dari sisi orang-orangnya. Tentunya kita sedang berprogres dan perkembangan dapat dilihat walau perlahan, semoga saja kita dapat mempercepat progres ke arah yang tepat.
@agninoormuhammad5560
@agninoormuhammad5560 5 жыл бұрын
Openingnyaa Netflix-esque documentary!
@ekisukmars3427
@ekisukmars3427 5 жыл бұрын
Masalahnya ada di akomodasi & ekonomi, jujur saya tertarik di beberapa bidang, Science, IT & Desain grafis. Tapi buat kuliah pun gak ada dana, Pinter ? Gak pinter amat. Tapi ada kemauan. Karena kendala dana akomodasi mencari ilmupun jadi terbatas. Alhasil saya kerja di restoran sambil belajar hal yang ingin saya kuasai. Dan waktu untuk menjemput ilmu untuk di share-pun menjadi terbatas. Niatan saya sederhana membawa lingkungan kecil saya jadi lebih bermanfaat. hfft mentok. Tapi yaudalah seengganya alhamdulillah masih punya keinginan dan effort lebih. Buat anak kuliah. Kalian beruntung. Apalagi di ITB. Perhaps sisa uang jajan kalian masih bisa dipake untuk merubah lingkungan sederhana.
@ninohehe4877
@ninohehe4877 5 жыл бұрын
Senasib bro, tapi Alhamdulillah sekarang saya bisa kuliah setelah menunda 3 tahun sejak lulus sma.
@onisuryaman408
@onisuryaman408 5 жыл бұрын
Saya mau lihat dari sisi berbeda, yaitu pemberangusan ilmiah. Ada beberapa stage pemberangusan "orang pintar" di Indonesia. 1. Tahap pertama ada pengusiran orang2 pintar pro Belanda, termasuk ilmuwan2 Belanda sendiri pasca kemerdekaan karena nasionalisme sempit yg anti semua yg Belanda. Selain melorotnya keilmuan, hal ini juga berdampak pada menurunnya kinerja banyak perusahaan2 eks Hindia Belanda, karena manajer2nya dipulangkan. Buy that's another story. 2. Pemberangusan ide2 liberal pro PRRI. Rezim Soekarno sangat anti pada ide2 liberal barat, sehingga ilmuwan2 pro Barat tidak mendapat tempat. Ilmu menjadi hamba politik, harus sesuai dengan gerakan Revolusi Nasional, kalau tidak diberangus. 3. Ini yg paling dahsyat, pemberangusan kelompok kiri dan progresif pasca G30S. Entah berapa ilmuwan kita yg entah mati, dipenjara, atau gak bisa pulang karena politik. Lagi2 ilmu dijadikan tumbal ideologi berkuasa. 4. Saat ini, saat ilmu mulai dikooptasi ajaran agama tertentu. Mengerikan melihat LPDP dikangkangi kelompok fundamentalis dan banyak dosen peneliti yg berhaluan fundamentalis. Bukan hanya kualitas keilmuannya yg diragukan karena mereka lebih menghamba pada agama, tetapi kesetiaannya pada NKRI pun diragukan. Sebenarnya ada stage lagi yg juga menarik untuk diteliti sebagai penyebab degradasi ilmu pengetahuan di Indonesia, yaitu degradasi kurikulum pendidikan. Paling tidak ada 5 pembabakan: masa Hindia Belanda, masa Orde Lama, masa awal Orba (Daoed Joesoef), masa Link and Match, dan masa kini (sertifikasi)
@afrizal9141
@afrizal9141 5 жыл бұрын
Iya, saya juga berpikir Orba turut andil dalam pemberangusan cendekiawan-cendekiawati di Indonesia. Kalau tidak salah VICE sudah membuat artikel serupa, tentang generasi yang sudah disiapkan oleh Soekarno untuk membangun bangsa, tapi karena beberapa hal mereka tidak boleh kembali ke Indonesia dan status kewarganegaraannya dicabut. Sebagai tambahan, novel "Pulang" dari Leila S. Chudori bisa memberi sedikit gambaran.
@wargabumi9749
@wargabumi9749 5 жыл бұрын
utk poin nomor 4 apakah yg anda maksud mereka yg para fundamentalis agamis justru memperkeruh keadaan tanpa ada kontribusi sama sekali?
@onisuryaman408
@onisuryaman408 5 жыл бұрын
@@wargabumi9749 Mengerikan melihat di jurusan biologi misalnya, ada dosen yg menentang teori evolusi. Di jurusan psikologi ada dosen yg melawan definisi manual diagnostik gangguan mental tentang LGBT. Di jurusan sosiologi masih ada yg pakai ilmu agama ketimbang ilmu sosiologinya.
@afifassihab7953
@afifassihab7953 5 жыл бұрын
doktrin agama dan doktrikn nasionalis sudah mendarah daging. itulah yang menyebabkan di indonesia kekurangan riset & inovasi. kalo di indonesia disebut orang pinter itu pemuka agama bukan ilmuan or innovator. kalo ada fenomena alam aneh conclusinya pasti mistis or keajaiban tuhan. bukan reasoning to understand why it's happen.
@reykuadrat
@reykuadrat 5 жыл бұрын
@@afifassihab7953 Setelah saya nonton "SEXY KILLERS", saya jadi bisa bilang "no wonder Donggala, Palu bisa kena musibah sedahsyat itu." Itu karena saya jadi tau tentang PLTU Batu Bara yang ada dimana-mana, termasuk Palu dan Donggala. So, it's not "ya iya lah banyak tempat maksiat, dst. terus kena azab" but because "humans exploit nature, and nature fights back to teach humans a lesson." It's all science.
@imamagungbaskoro5079
@imamagungbaskoro5079 5 жыл бұрын
beberapa hal yg saya ingin diskusikan bahwasanya munculnya univ2/kampus2 di indonesia *terutama harusnya diinisiasikan memunculkan ilmuwan2 dan cedikiawan2 baru yang mampu mengembangkan keilmuannya dan memberikan konstribusi negara agar bidang keilmuan di negara kita tidak tertianggal jauh dengan negara lain. Saya sadar, seluruh akademisi sudah berupaya untuk menerapkan tujuan dan nilai2 demikian, tetapi saya sadar selalu pelajar dan akademis bahwasanya, tidak semua dari kita yang menimba ilmu di jenjang universitas/akademisi bertujuan untuk menjadi peneliti, ilmuwan dan cendekiawan. Kebanyakan dari kita inginnya belajar supaya lulus, dapat kerja, dapat jabatan, hidup sejahtera..bukan begitu?. Semua kembali ke ego masing2 lagi. Contoh kecil dari pengalaman pribadi saya, dulu ketika saya masih duduk dibangku SD, saya sering mendengar di film/tv istilah ilmuwan/peneliti. Saya tidak tahu bagaimana mendapatkan gelar sebagai ilmuwan tersebut. Ternyta setlh saya beranjak dewasa saya baru sadar bahwa di indonesia istilah lain ilmuwan itu adalah dosen, pendidik, dan semacamnya. Yang disyangkan lagi istilah penggunaan peneliti/ilmuwan jarang kita sematkan, orang awam lebih mengenal dosen dan ilmuwan tersendiri, padahal keduanya berjalan bersama2. Seorang dosen harus selalu mengupgrade keilmuwannya dengan memunculkan penelitian2 baru dan aktif menulis jurnal keilmuwan agar tetap menjaga ke eksistensinya sebagai dosen/peneliti, konstribusi lainnya adalah mengajarkan keilmuawannya kepada anak didiknya. Yang disangkan lagi...yg saya lihat, memang peneliti di Indonesia kurang di eksplore secara luas, kebanyakn masih di beberapa web/media tertentu. Selain itu, terkadang penelitian para peneliti hanya berhenti sampai tulisan saja, tindak lanjutnya berhenti begitu saja, entah karena dana yang tidak ada atau memang karena support dari pemerintah dan swasta di Indonesia yang kurang.
@penghujungpenghujan9945
@penghujungpenghujan9945 5 жыл бұрын
Mindset dr awal sih, tidak dibesarkan untuk menemukan hal baru. Menguasai apa yg sudah ada saja dianggap sudah lebih dr cukup.
@ajiiibdetik1072
@ajiiibdetik1072 5 жыл бұрын
dan seharusnya mampu menggunakannya/menyebarkannya
@ran_chan-ec3zq
@ran_chan-ec3zq 5 жыл бұрын
Dri umur 14rthn gw tertarik penelitian dibidang sosiologi/antropologi/psikologi, masuk SMA gw harap bakat gw keasah dengan tenaga yg gw anggap "profesional" dgn lugunya.. eh malah ditelantarin kaya penelitian gw hal gk guna dan gk butuh di kasih sorotan ok mungkin berlebihan.. seenggaknya kasih gw bimbingan dgn baik god damn!!
@sadgirl-nd1jn
@sadgirl-nd1jn 5 жыл бұрын
Dunia perfilman juga menyuguhkan anak yang berkacamata dan kutu buku itu pasti dibully, terus mreka cenderung diabaikan . justru anak2 keren itu yg pnya geng, cantik, tampan, modis itu lebih diakui. Jadi jgn heran bnyk generasi skg berlomba2 jdi keren. Mereka lbh suka main tik tok daripada membaca dan kepo2 melihat gejala alam dan sosial 😂😅
@abdulfatah3359
@abdulfatah3359 5 жыл бұрын
Kenapa Gagal ,Jawabannya sederhana, sistem politik meritokrasi di Indonesia Hancur total. Pejabat diisi oleh orang2 brengsek yg tdk memahami konteks pembangunan berkelanjutan dan berwawasan. They run in a public service ONLY TO MAKE A LIVING out of Senator position etc, not for serve the rakyat. Jadi saat ini lupakan saja Indonesia bisa maju fibidang riset jika masih pemerintahan model sprti sblmnya smp sekarang dipertahankan!!!!
@pacarnyazee
@pacarnyazee 5 жыл бұрын
DR. Rizal Ramli udah dari dulu mengemukakan ide ini. Tahun 70'an, usia anak SD sekitar 8 juta yg tidak sekolah. Kalah jauh dari Jepang yg rata" sudah bisa calistung. Akhirnya beliau ngusulin supaya ada wajib belajar 6 tahun akhirnya buta huruf turun drastis. Memang gak mudah, dia mesti di penjara dulu. Tapi kenapa ya, sekarang pemuda/pemudi/mahasiswa gak bisa lobby pemerintah buat kebijakan yg bagus? Beda zaman kah?
@afebrian2037
@afebrian2037 5 жыл бұрын
Kalo pendapat pribadi saya sih ini seperti efek bola salju.. Makin menggulung makin besar..dengan adanya pemerintahan yg makin lama makin korup, dan perekonomian yg terombang ambing.. Anak2 Indonesia tidak lagi memikirkan tentang riset..tp bagaimana untuk memajukkan ekonomi keluarga.. Yg lama kelamaan ilmu pengetahuan dan riset tidak lg menjadi hal yg utama.. Sedikit menyinggung masalah politik.. 5 tahun terakhir pemerintah jokowi-kalla.. Lebih mendahulukan pembangunan infrastruktur yg sangat ugal2 an.. Melupakan keseimbangan aspek2 yang menjadi cita2 bangsa lain salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa.. Anggaran kesehatan dan pendidikan dipotong untuk infrastruktur.. Dengan menambahkan beban hutang yg sudah mencapai 2500an triliun.. Hasilnya potensi2 anak bangsa semakin redup karena sibuk mengejar perekonomian yg semakin menjerat
@SangalikurRomeo01
@SangalikurRomeo01 5 жыл бұрын
Mental mahasiswanya juga bobrok, yg dilakukan ke pemerintah hanya isu ekonomi dan politik. Mereka justru melupakan yg seharusnya mereka perlukan. Kemudian mereka mengajak mahasiswa lain utk berpikiran sm, yg tidak ikut mereka dikatakan apatis padahal yg dikatakan apatis sedang berjuang mencari ilmu bukan mengkritisi pemerintah trus
@saifi1793
@saifi1793 5 жыл бұрын
Jarang di dengar sih kalo ga ada untung untuk kepentingan "mereka" masing-masing. Ecek eceknya ada proposal program bagus nih dari mahasiswa untuk sistem parkir suatu kota, diusulin, diajak ketemu pemkotnya, nah disini nih, mulaindari dana gono gini dannsebagai macamnya dibahas and in the end Untungnya untuk saya apa? Bisa di "cubit" ga nih?
@riyannurrahman1126
@riyannurrahman1126 5 жыл бұрын
langsung subs abis kelar nonton. bagus banget videonya. terimakasih f&c. mungkin langkah kecilnya perpustakaan nasional bisa punya server sendiri buat nampung jurnal, skripsi, thesis, dan disertasi yang bagus sumbangan dari seluruh universitas di Indonesia. menurut gue hal itu bisa bisa bikin data based keilmuan indonesia terangkum dan lebih mudah diakses. jadi buat yang mau akses info ilmiah terbaru ga harus ribet masuk satu2 perpus kampus seantero jawa / indonesia lagi.
@prawidayumia1566
@prawidayumia1566 5 жыл бұрын
Pemerintah gamau ngasih dana riset terlalu besar karena dipikiran mereka hasil dari riset itu bakal membuahkan hasil yang lama, makanya mereka lebih condong mengalokasikan dana buat sesuatu yang langsung keliatan hasilnya, infrastruktur misalnya
@kajib1
@kajib1 5 жыл бұрын
Bini gw kerja jadi PNS di lembaga penelitian pemerintah, kata dia. Sebenernya kita udah ngehasilin produk hasil riset dan penelitian sendiri.. masalahnya pemerintah kalo ada proyek pasti g pakek produk hasil riset dalam negeri tapi lebih milih tender perusahaan swasta
@windyhapsarisahida6327
@windyhapsarisahida6327 5 жыл бұрын
Indonesia aslinya mempunyai banyak peneliti muda, tetapi ketika sudah membuat penelitian dan meminta dana untuk publikasi jurnal ilmiah, seringkali pemerintah pusat tidak memberikan dana untuk publikasi ilmiah terlebih yang mengajukan itu tidak mempunyai gelar / hanya sebatas mahasiswa. Menurut saya mungkin karena peneliti bukan dari kalangan dosen atau guru besar. Maka dari itu, tidak punya akses untuk dana publikasi ilmiah. Karena untuk meminta Dikti dana publikasi ilmiah harus menggunakan NIP/NIK, dosen lebih mempunyai peluang besar daripada mahasiswa untuk mendapatkan dana publikasi ilmiah. Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Jadi menurut saya percuma saja membuat penelitian tetapi dana untuk publikasi saja nyendat.
@stevendustinimmanuel3810
@stevendustinimmanuel3810 5 жыл бұрын
iyep benar sekali
@stevendustinimmanuel3810
@stevendustinimmanuel3810 5 жыл бұрын
kek nasib pencipta mobil listrik, rumus tambang minyak dan 4g yang dimana sekarang mereka merasakan nasib sial sebagai ilmuwan yang teori/ilmunya tidak dipakai dan tidak dikembangkan oleh WNI sendiri
@stevendustinimmanuel3810
@stevendustinimmanuel3810 5 жыл бұрын
Pls Give him a medal
@reykuadrat
@reykuadrat 5 жыл бұрын
Jujur, ini video pertama dari Frame & Sentences yang saya tonton, and I'm in love. Saya terkesima (subcsribed & notified!:)) Keep doing what you're doing, especially the competent speaker(s)/interviewees (bcs it's THAT IMPORTANT). So, thank you and great job! :)
@sweetscene2178
@sweetscene2178 Ай бұрын
Jarang sekali riset dan penelitian dari universitas kita memberikan manfaat konkret bagi kehidupan masyarakat, syukur² bisa bermanfaat sebagai sitasi Bahkan lebih miris nya sangat banyak yg hanya menjadi "sampah akademik"
@rapemap
@rapemap Ай бұрын
Ngga juga. banyak yang bermanfaat kok, tetapi pemerintah (nasional dan lokal) ngga percaya, juga kalangan industri. Mereka engga memberi dana untuk pengembangan hasil sampai level aplikatif di industri. Mendingan beli hasil dari luar drpd berinvestasi untuk mengembangkan hasil penelitian sendiri. Dr sisi akademisi, mereka merasa terlalu diatur2 oleh pemberi dana (ada agenda2 lain yg terbaca). In short: no trust between the two sides.
@agungbudikurniawan1291
@agungbudikurniawan1291 5 жыл бұрын
Peran akademisi di masyarakat selalu menjadi objek yang diperdebatkan. Banyak yang mengkritik Universitas sebagai menara gading dengan ilmu pengetahuan yang bergerak lamban dalam pusaran intelektual namun tidak relevan dengan dunia “nyata”. Jika jumlah dosen perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 260.333 orang, dengan setiap dosen minimal memiliki satu riset wajib berkelompok sebanyak tiga orang, maka akan ada sekitar 86.800 hasil penelitian setiap tahunnya. Belum lagi jika angka tersebut digabung dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Maka, kita akan memiliki sekitar 170,000 metode penyelesaian masalah sosial yang baru setiap tahunnya. Angka tersebut baru didapat langsung dari kedua jenis Tridharma: penelitian dan pengabdian. Sementara dampak lainnya dari pengajaran ke lebih dari 4 juta mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi saat ini. Bukankah sebuah jumlah yang luar biasa? Namun, bagaimana dampak dari output-output perguruan tinggi ini di masyarakat? Dapatkah menjadi driver bagi transformasi sosial di masyarakat atau tetap tersimpan dalam rak-rak usang dan menunggu waktu untuk disingkirkan?. Refleksi tersebut membawa saya pada paradigma scholar-activist atau akademisi-aktivis. Paradigma ini akan mengajak kita, para akademisi, untuk tidak hanya menangkap fenomena dan menteorikan praktek, tetapi juga mempraktekkan teori. Kita akan mulai dengan membahas satu per satu dari definisinya. Definisi “scholar” menurut Merriam Webster (2004), Collins (2005), dan Tilley and Taylor (2014) adalah “orang terpelajar”, “bagian dari institusi pembelajaran, sangat terpelajar namun minim penguasaan praktek”, “ahli pada laboratorium atau tempat-tempat terisolasi lainnya”, dan “mengumpulkan ilmu pengetahuan yang esoterik” . Esoterik artinya “hanya dipahami oleh kalangan sejenisnya”. Scholar sering dilambangkan dengan lambang burung hantu (owl). Dalam mitologi Yunani, burung hantu melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun burung hantu juga selalu keluar di malam hari, mengintai dunia dalam senyap, mengobservasi dari ketinggian, tidak berinteraksi langsung dan berjarak. Begitulah bagaimana akademisi digambarkan di luar sana. Sementara definisi aktivis menurut Merriam Webster (2004) dan Conway (2004) adalah mereka yang terlibat dalam pergerakan sosial yang “berharap untuk mengubah dunia dan percaya bahwa manusia merupakan sentral dari perubahan tersebut”. Selama ini, terdapat distrust antara aktivis ke akademisi dan begitu pula sebaliknya. Aktivis beranggapan bahwa akademisi adalah orang-orang yang tercerabut dari akar sosial (socially detached), memiliki kemewahan intelektual dengan akses-akses ke sumberdaya yang lebih baik, gaji penuh dan keamanan pekerjaan yang terjamin. Sementara akademisi beranggapan bahwa kerja-kerja aktivis adalah pekerjaan yang tidak terstruktur, tidak terukur outputnya, rawan kepentingan politik dan menguras energi dan menghabiskan banyak waktu. Sederhananya, terdapat gap besar antara akademisi dan aktivis. Akademisi tempatnya di atas (menara gading), sementara aktivis adalah mereka yang membumi. Paradigma scholar-activist mencoba menjembatani akademisi yang ada di menara gadingnya, dengan aktivis yang lebih “real”. Akademisi diajak untuk menyelami persoalan-persoalan nyata yang ada di masyarakat. Menjadi scholar-activist berarti menghibahkan diri untuk selalu berbagi waktu dan pengetahuan ke orang banyak, terlibat dalam pertemuan-pertemuan tak berujung dengan komunitas, dan berkontribusi untuk pencapaian tujuan sosial yang lebih besar. Scholar-activist tidak hanya menangkap fenomena di masyarakat, namun juga melakukan intervensi terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, dan memastikan bahwa perubahan terjadi lewat intervensinya. Scholar-activist bukanlah akademisi bermental penumpang gelap (free rider) yang fokus pada tujuan-tujuan jangka pendek, namun mereka yang bervisi besar dan melakukan banyak hal untuk membuat perubahan di masyarakat. Muhammad Yunus adalah salah satu contoh scholar-activist. Muhammad Yunus awalnya adalah professor ekonomi di Chittagong University. Objek observasinya adalah para pengusaha mikro di Bangladesh yang memiliki akses modal terbatas dan tidak bankable. Alih-alih hanya melaporkan fenomena tersebut pada jurnal ilmiah, Yunus mendirikan Grameen Bank yang memberikan kredit lunak bagi para pengusaha mikro. Di tahun 2006, Yunus mendapatkan Nobel Perdamaian dengan Grameen Bank nya. Di masa di saat kita, para akademisi, dijejali oleh berbagai tugas administratif yang melelahkan. Dimana kita dilihat sebagai deretan angka, diukur dari jumlah kehadiran dan publikasi jurnal yang kita hasilkan. Alih-alih bertanya, “seberapa Scopus” kah kita?, bagaimana jika kita bertanya “seberapa berdampak kah kita?”. Bukankah mencengangkan melihat bagaimana perubahan sosial akan terjadi jika kita, akademisi, membuat impact (dampak), dan bukan hanya impact factor seperti pada jurnal-jurnal Scopus. Make an Impact, not only an Impact Factor. Artikel yang ada di jurnal-jurnal Scopus ini adalah pengetahuan esoterik, yang hanya akan dibaca dan didiseminasikan ke rekan-rekan sejawat. Untuk sampai ke masyarakat, mungkin perlu jutaan tahun cahaya. Kita bisa mempercepatnya dengan menjadi scholar-activist. Satu kaki menjejak di kampus, satu kaki lagi menjejak di luar sana. Kiranya, sepenggal puisi “Sajak Sebatang Lisong” dari WS. Rendra masih relevan dengan kondisi saat ini: “Diktat-diktat hanya boleh memberi metode , Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, Keluar ke desa-desa, Mencatat sendiri semua gejala, Dan menghayati persoalan yang nyata, ………………………………………………………………………………… Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan Apalah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan” (WS. Rendra) Para akademisi, turunlah dari menara gading!. Keluarlah dari sarang emas untuk berkontribusi lebih banyak lagi bagi negeri. Cukuplah jadi penonton, jadilah scholar-activist, mulailah perubahan.
@NonoNono-mu4jq
@NonoNono-mu4jq 5 жыл бұрын
Kalau lihat akademisi dan peneliti skrg ini miriss bgt. Mereka pintar tapi tidak punya passion terhadap apa yg mereka teliti, tidak punya jiwa nasionalisme, tidak punya keinginan untuk meningkatkan martabat rakyat jelata. mau penelitiannya mangkrak dan tidak selesai yaa pasrah. Mau penelitiannya cuman jadi tumpukan buku tak berguna yaa tidak peduli. Yg penting mereka masi terima gaji bulanan dan tunjangan, wkwk
@emiliaalou
@emiliaalou 5 жыл бұрын
i mean why would you take care of someone else's pride lmao. that's your own fkin business, stop acting like other people is responsible for you. "yang penting terima gaji" yes, that's what capitalism is.
@gunawanlee5182
@gunawanlee5182 5 жыл бұрын
Dana riset ditanggung oleh pemerintah memang ada baiknya karena negara memiliki dana yang besar. Tetapi lebih baik lagi kalau riset tersebut berhubungan langsung dengan dunia usaha dan industri. Kenapa? Karena pemerintah harus fokus dengan hal-hal yang berhubungan dengan kestabilan dan keamanan negara. Lalu apakah negara atau pemerintah telah salah dan mengabaikan masalah RnD? Tidak... karena kebutuhan RnD itu baru bisa disadari bila negara aman dan stabil. Lalu, siapa yang seharusnya mengurus masalah RnD ini, jawabannya sebenarnya adalah pengusaha, terutama pengusaha-pengusaha yang memiliki visi long term ke depan. Contoh paling mudah, Pak Dahlan Iskan dengan visi mobil listriknya di tahun-tahun sebelumnya. Pengusaha atau Entrepreneur yang mengikuti perkembangan seluruh dunia dan melihat peluang tentang RnD apa yang harus difokuskan lah seharusnya mengurus dana riset ini. Jangan sampai dana tersebut habis untuk riset yang tidak berguna dan sia-sia... misalnya riset untuk mengejar teknologi handphone 5G misalnya... pada saat riset berlangsung... bisa2 6G udah selesai diriset ilmuwan luar negeri. Gak usah juga target-target dapat hadiah nobel dan mendunia deh... yang penting berguna aja bagi masyarakat.
@AhmadAhmad-qx6fp
@AhmadAhmad-qx6fp 5 жыл бұрын
Cm butuh 1: mental periset bukan saudagar riset apalagi makelar riset. Mental meriset harus dibangun dari pendidikan dasar; bukannya bangga pd pujian pdhl hasil "adaptasi" penelitian sejenis dgn menukangi parameter2 dlm penelitian. Bahkan yg udh established sbg researchers piawai pun, mentalitas nya tetap INLANDER! Knp? Ya krn lebih asyik mempublikasi di jurnal intl krn return yg jauh lebih wah : mulai dari skor kredit ybs sbg JAFA sampai kolektor paspor konferensi internasional. Secuil prestise. Segala produksi saliva ttg independensi lembaga riset, pendanaan tp mentalitas inlander yg ga sudi publikasi di jurnal dlm negeri mk selamanya kualitas jurnal dlm negeri akan perifer. Pengkultusan pd metrik hipotetis mcm: impact factor seolah menjustifikasi simplifikasi atas harga diri peneliti yg berujung pd penjualan diri pd pasar. Kalau Alonzo Church yg berteori ttg computability dan finite state automata mesti memastikan dulu eksistensi PASAR bg risetnya, sebelum mempublikasi paper2nya atau research grant nya cair, entah apa yg terjadi dgn laptop kini, yg bs diproduksi massal dgn harga relatif terjangkau! Konyolnya, org cm melakukan kapitalisasi atas problematika dan bukan fokus pd upaya pencarian solusi. Krn org kita lebih suka ngomong ngalur-ngidul tanpa metodologi jelas dan kelebih-sukaan ini bs dimonetisasi dengan nikmat! Pd akhirnya, tetaplah sang peneliti dgn mslhnya dan para komentator yg beranjak menjadi orangtua menasehati anaknya, "liat tuh si peneliti, mau kamu kayak gt jg nanti!" Kemunafikan!
@dinasofiana9695
@dinasofiana9695 5 жыл бұрын
I almost cried watching the opening :') and 50T by 2024?? I see a hope :")) get well soon, Indonesian's research ecosystem!
@blue12498
@blue12498 5 жыл бұрын
Karena kuliah hanya untuk kerja, masa bodoh lah sama penelitian. Yg penting lulus. Dan saat kerja pun yg penting kerja. Ketika mau cari referensi mau gak mau langsung ke referensi luar negri. Referensi yg di indo adanya kebanyakan kedapatan langsung yang blog copas pula, belum di edit. Dan yg paling penting tidak semua orang seperti itu 😁.
@PhysicswithMrDana
@PhysicswithMrDana 5 жыл бұрын
Semakin banyak dosen kita dikirim kuliah ke luar negeri mungkin akan semakin bagus kualitas riset dan cara mengajarnya karena mereka terinspirasi dg dosen2 mereka di luar negeri.
@memerdommie
@memerdommie 5 жыл бұрын
Tapi kalau tidak diikuti dengan penggunaan alat2 yang diperlukan dalam melakukan riset seperti di luar negeri kan sama aja boong jadinya
@lifeofapotato4595
@lifeofapotato4595 5 жыл бұрын
Begini, pas orang indo terutama anak" muda berkaya dan menemukan sebuah inovasi terhadap sesuatu yg "mungkin" akan membuat Indonesia lebih maju dan mungkin saja dunia juga malah disepelekan oleh pemerintah dan masyarakatnya yg dimana akhirnya mereka lebih memilih melanjutkan karir dan inovasinya diluar. Anak muda indonesia itu kebanyakan yg terseret oleh hasutan" global dan hasutan agamis padahal masih belum kritis kalupun kritis biasanya malah tersesat nalarnya.
@gilangharipratomo7193
@gilangharipratomo7193 5 жыл бұрын
Dulu pada waktu Kuliah dosen punya dana yang dialokasikan untuk projek pengabdian masyarakat, bagus programnya karena keilmuannya bermanfaat untuk orang banyak. Ada kritik juga, beberapa akedemisi untuk menyelesaikan jenjangnya ada syarat buat paper yang dipublish di journal asing namun kurang memperhatikan dampak ke real world. Namun bisa dipahami untuk collect data misal ke BUMN/ industri terkait, untuk keperluan penelitian susahnya bukan main. Oleh karena itu mungkin akademisi kesulitan untuk menyelesaikan gagasannya karena kesulitan data. Perlu adanya link and match antara industri dan akademisi yang dimotori oleh pemerintah. Keep share good content kak Afu..
@ginsan8198
@ginsan8198 5 жыл бұрын
Karena penelitian di Indonesia itu sebagian besar didasarkan pada "salah satu penuntasan tugas kuliah", bukan pada "dorongan rasa ingin tahu dan mengkaji pengetahuan". Sebagian besar.
@DiditNovianto
@DiditNovianto 5 жыл бұрын
Menurut saya perlu ada koneksi yang konkrit, dan kejelasan tanggung jawab antara Pemerintah, Industri, dan Universitas dalam satu lingkaran. Yang terjadi sekarang ini di Indonesia, Univ. melakukan riset sendiri, pemerintah sendiri, industri juga sendiri. Contoh kecil riset dan teknologi di bidang pertanian, lulusan pertanian? buanyak! Tapi yg menggeluti pertanian? sangat sedikit sekali. Padahal jika 3 elemen di atas tadi berkolaborasi, keuntungan juga didapat semua pihak, Pemerintah untung di ekspor pertanian, Industri untung di sektor teknologi dan penjualan, Universitas untung di publikasi, SDM dan tentunya kemakmuran masyarakat pun meningkat.
@anichan13
@anichan13 5 жыл бұрын
Kak Afu, aku kerja di BPPT. Aku setuju sama the whole point in this video, tapi ada beberapa hal yang mungkin belum diketahui banyak orang. Memang betul riset Indonesia belum mendunia, tapi dari BPPT sendiri, sudah banyak inovasi teknologi yang dihasilkan dalam 5 tahun terakhir. Banyak produk-produk dalam negeri yang telah berhasil diciptakan untuk meningkatkan TKDN dan mengurangi impor. Mungkin temen-temen yang lain bisa cek di website BPPT.
@angelikafortuna6012
@angelikafortuna6012 5 жыл бұрын
Saat ini kita peneliti ingin sesuatu yang poinnya adalah untuk memajukan riset di seluruh tingkat akademisi dan peneliti di Indonesia dengan berbagai background riset. Kondisinya sekarang ini masih sulit diimplementasikan. Mungkin hal ini bisa jadi masukan bagi BPPT dan lembaga lainnya untuk dikoreksi. Terima kasih ya mbak atas concernnya 🙏
@hany.haniyya
@hany.haniyya 5 жыл бұрын
Sayangnya kalau di bidang bioteknologi dan agrikultur kayak di TAB, riset BPPT kita berprogress sih tapi cenderung lambat dan masih biasa aja kualitasnya kalau dibanding negara lain 😞 Banyak proyek/penelitian yg tumpang-tindih sama K/L lain dan ngga efisien--yg juga ada karena ego sektoral. Inovasinya juga gitu-gitu aja, sebenarnya karena perekayasa kita diributkan sama banyak hal, seperti rebutan dana insentif, RB, administrasi, dll. Ini ngga cuma dialami perekayasa, tapi juga dosen dan peneliti seluruh Indonesia apapun afiliasi organisasinya 😥
@oceanflyer7078
@oceanflyer7078 5 жыл бұрын
Semua dimulai dengan dana riset raksasa dari pemerintah. Harus berstandar internasional dan mengejar publikasi ternama kelas dunia. Secara perlahan swasta pun ikut terlibat dan bahkan ikut mengeluarkan uang karena mereka bisa gunakan fasilitas riset pemerintah. Itu yang terjadi dalam kolaborasi pemerintah-swasta di luar negeri, termasuk di Inggris.
@karawethan
@karawethan 5 жыл бұрын
Ini tidak hanya tentang "mindset" orang Indonesia atau pendanaan dari pemerintah. Ya itu penting, tapi begini...akademia dan science adalah komunitas global. Dan selama pemerintah RI mempersulit atau menolak peneliti, pengajar, ilmuwan, dan organisasi akademis dari luar, tidak mungkin akademia dan science di Indonesia akan maju. Tidak mungkin. Kira2...berapa dosen WNA kerja di universitas besar di Indonesia? Dan berapa dosen WNI kerja di universitas mancanegara? Jelas, sedikit sekali kedua-duanya. Nah, membandingkan situasi ini dengan yang di Malaysia, Singapore, Cina, Jepang, dst. Pasti berbeda.
@yoshuaselan
@yoshuaselan Жыл бұрын
Sepintar apapun anak bangsa dan sehebat apapun hasil penelitiannya, elid gloval yang ketuk palu penerapannya dialam nyata
@ayanoitami7163
@ayanoitami7163 5 жыл бұрын
Gw nih penelitian pake metode konvensional. Susah dah cari jurnal yg zaman skrng yg pake metode konvesional. Soalnya kata dosen gw kalo lu penelitian pake metode modern trus kalo lu scale up dan bawa penelitian lu ke daerah yg listrik aja susah, gimana noh mau dimanfaatkan penelitian lu. Gitu sih kata dosen gw. Dosen gw udah Professor dan doi juga punya perusahaan, jadi gak teori doang tapi juga dipraktekin. Makanya gw pikir ini bukan kemunduran tapi mundur sebelum nyerang (apa ya istilahnya gw lupa). Tapi emang sih alat2 di univ. gw bapuk bgt. Fakultas gw miskin cuy. Semoga pemerintah ngasih kucuran dana ke pendidikan terutama fakultas gw. Aamiin.
@candrafis43
@candrafis43 5 жыл бұрын
Jelas permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia mengenai ketimpangan SDM, fasilitas, dan dukungan industri tidak akan pernah terselesaikan selama regulasi Pemerintah tidak berpihak sama sekali mengenai peningkatan harga diri dan daya saing SDM Nasional !! Selama ini, dukungan pemerintah sangat setengah hati dalam penentuan anggaran riset, penentuan tema yang kaku, dan sumber funding yang sangat terbatas. Belum lagi ketimpangan anggaran yang ada antara LPNK dan Universitas yang terlalu mencolok ! Sedangkan di Universitas sendiri juga muncul disparitas anggaran riset antara Kampus BHMN, Non-BHMN, dan Swasta. Jelas kacau balau ! Sangat rindu dengan Pimpinan negeri yang sangat berpihak pada Riset dan Pengetahuan Indonesia....
@candrafis43
@candrafis43 5 жыл бұрын
Kenyataannya RIRN justru semacam jadi pembatas untuk tema-tema riset masa depan yang "mungkin" lebih advance dan sedang "hot" dalam kontes scientific global. Terbukti pada penunjukkan penerima dana riset Insinas yang dari tahun ke tahun cuma pengulangan dan riset jodoh-jodohan tanpa dasar scientific yang baik dan studi literature yang lengkap, bahkan perisetnya sendiri tidak kompeten (tanpa track record dan dasar keilmuwan) di bidang tersebut.
@miftahputratl
@miftahputratl 5 жыл бұрын
Penelitian berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan: hasil riset puluhan tahun, saran untuk kebijakan >< politik dan birokrasi.
@asteriawidihastuti7823
@asteriawidihastuti7823 5 жыл бұрын
Idealnya, kesempatan riset terbuka untuk masyarakat umum, bukan hanya akademisi kelompok tertentu. Idealnya pula, alokasi dana riset dapat diakses bukan hanya individu dalam institusi tertentu, namun dapat diakses oleh individu yang tidak ada dalam naungan institusi apapun asalkan individu tsb berkompeten. Idealnya lagi, perlu memperhatikan perimbangan kesempatan riset antara institusi pemerintah dan institusi swasta.
@yunitasoemarno.Y503
@yunitasoemarno.Y503 5 жыл бұрын
Pengarsipan yang baik untuk referensi data riset, akses data, aspek politik, institusi/komisi ethic yang melindungi peneliti dan mengatur masalah ethic dalam riset...itu masih jadi masalah. Perlu diingat, jurnal-jurnal yang ada 1800-awal 1900 itu milik Pemerintah Hindia Benlanda. Penyelenggaranya adalah mereka.
@the20226pm
@the20226pm 5 жыл бұрын
Juga menjadi momok istilah 'Basic Research' tatkala dihadapkan pada peneliti pemula yang masih pada tahap telaah pustaka dan observasi realita ia sendiri, maka peneliti pemula akan dihadapkan pada pendapat-pendapat para profesor di mana ia berpegangan pada bahan literaturnya sendiri. Memang benar adanya, tetapi setidaknya dia akan mengalami variabelnya di kampungnya sendiri. Bukan di kampung sang professor penulis buku. Sehingga meski jawabannya tidak kuat dan hampir tak mungkin digunakan, hal ini akan memicu budaya riset. Seharusnya, disediakan ruang seperti ini, ruang kalau diistilahkan sand box. Sehingga terbangun komunitas seperti prof di atas katakan.
@AbdMananMaliki
@AbdMananMaliki 5 жыл бұрын
Kurangnya sumber daya manusia di negara kita itu soalnya kultur pendidikan kita yg tidak mendukung pelajar untuk melakukan riset. Kalaupun ikut perlombaan kebanyakan malah dikerjain sama gurunya
@anis.rosella
@anis.rosella 5 жыл бұрын
Terutama di lingkungan kampus, dana penelitian dr pemerintah seringnya telat datang. Sementara itu, para dosen yg mendapat hibah diharuskan untuk membuat laporan keuangan penelitian. Bayangkan, kita diminta untuk membuat laporan pengeluaran di saat dana belum cair. Tapi, para dosen ini tetap diminta laporan keuangan. Jika tidak, maka mereka akan dikenai sanksi. Bisa ditebak apa yg terjadi selanjutnya? :) Saya setuju jika alasan utama mengapa penelitian di Indonesia tidak berkembang adalah karena sistem dan regulasi di negara ini yg masih kaku. Penelitian itu tidak bisa dikekang dengan regulasi. Saya sendiri merasa miris terhadap penelitian di Indonesia, terutama di kalangan para dosen. Saya mengetahui bahwa betapa banyak tuntutan pemerintah terhadap dosen yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas penelitian yang mereka buat. Rasanya miris melihat penelitian hanya dijadikan sebagai objek untuk menghabiskan anggaran negara dan sebagai prasyarat untuk memenuhi kewajiban. Alhasil? Sedikit dari Penelitian di Indonesia yg menghasilkan Outcome.
@db511
@db511 5 жыл бұрын
Banyak penelitian dibuat untuk kepentingan tertentu bukan melihat manfaatnya
@dwiwanggahadi2349
@dwiwanggahadi2349 5 жыл бұрын
Ketika saya mendaftar SNMPTN, saya mencantumkan tiga sertifikat penelitian yang sudah diakui di tingkat nasional. Tapi hasilnya saya tidak lolos :" sedangkan teman saya yang nilainya 11 12 sama saya malah justru diterima. Kenapa bisa riset saya yang sudah diterima di tingkat nasional dan saya niatkan untuk dikembangkan di perguruan tinggi malah justru ditolak mentah" di SNMPTN yang notabene adalah jalur prestasi. Mungkin nilai lebih penting ya? :"
@ird4489
@ird4489 5 жыл бұрын
Snmptn itu pake ilmu ghaib. Kayaknya merem waktu pilih mana yg lulus. Asal pencet tombol mungkin. Kasus biasa aja yg mana ada yg selalu mendpt nilai tinggi dan memang kompeten kalah snmptn dgn yg nilai pas2an dan notabene sering remidi. Pakai ilmu apa coba cara milih ini peseeta lulus snmptn? Yg kasus kecil saja begini bagaimana dgn anda yg melampirkan ini itu?
@dwiwanggahadi2349
@dwiwanggahadi2349 5 жыл бұрын
@@ird4489 ya berarti sistem penerimaan mahasiswa di Indonesia masih belum baik. Padahal riset sangat diperlukan untuk dikembangkan daripada nilai. Teman" saya banyak yang nilainya bagus, tetapi ketika disuruh mengerjakan sebuah riset atau berpikir out of the box mereka kurang cakap. Sebenarnya sistem Penelusuran Minat Bakat lebih tepat daripada seleksi berbasis nilai atau rapor.
@CahyoWidokoLaksono
@CahyoWidokoLaksono 5 жыл бұрын
kosakata yang akan saya gunakan bertambah. perangai dan alih alih
@datukmudomoh.iqbalkarneldi2168
@datukmudomoh.iqbalkarneldi2168 5 жыл бұрын
Indonesia sebelum penjajah dtg sudah maju banyak sastra dan ilmu agama juga ilmu ketatanegaraan memang berkembang
@mrsjingkrak7326
@mrsjingkrak7326 5 жыл бұрын
Boleh tau mas infonya dari mana? Soalnya menarique,jadi saya pengen baca.. :)
@datukmudomoh.iqbalkarneldi2168
@datukmudomoh.iqbalkarneldi2168 5 жыл бұрын
Liat aja hasil ilmu pengetahuan di Indonesia misalnya candi Borobudur di jawa mesjid mesjid di Sumatera timur kertagama dll itu contoh dari ilmu arsitektur dan bangunan kalu buta ilmu mana mungkin ada itu peninggalan
@vionagetricahyo1268
@vionagetricahyo1268 5 жыл бұрын
Mikirnya sekarang pokok kerja, gaji gede dan gak terlalu mikir.... meskipun gak linier dibidang pendidika yang dipilih sekalipun... #miris 😥
@anggawiradana4507
@anggawiradana4507 5 жыл бұрын
Semoga ke depan antara pemerintah, universitas, institut dan lembaga terkait keilmuan sapat saling bersinergi dalam hal peningkatan kualitas penelitian. Selain penelitian yang susah berkembang, jika sudut pandang yang saya lihat masih saja ada ada sistem pe'rangking'an dlm tiap universitas. Seharusnya tiap universitas bukannya malah bersaing untuk ajang gengsi, tapi harus bersama sama melakukan kolaborasi. Contohnya seperti Universitas di Jepang.
@alifalawi
@alifalawi 5 жыл бұрын
Kemunduran ilmiah kurasa memang bukan karena dana deh. Semangat ilmiah dan keahlian ilmiahlah (perangai ilmiah, atau skill ilmiah) yg kurang. Benar bahwa pesilat lidahlah yg banyak, bukan ahli ilmiah yg banyak. Dan, jujur saja, saya banyak menyaksikan niat baik penelitian ilmiah ditunggangi oleh ego mendapatkan duitnya, atau, lbh umum, ditunggangi oleh intrik2 kepentingan.
@jinscupofcoffee7075
@jinscupofcoffee7075 5 жыл бұрын
love this video. extremely educational and well-researched. as a teenager, I would be lying if i said i never feel frustrated with my own country because as a child; i wonder why our country isn't well developed. then again, there's always a light at the end of the tunnel (if we're willing to work hard, stay resilient, and move towards it).
@Frenfootball
@Frenfootball 5 жыл бұрын
you english is good. 😊😊
@ariefrahadian4390
@ariefrahadian4390 5 жыл бұрын
Menurut saya kita “lost in the culture of research and science” karena terperangkap di program memperbanyak SDM yang punya “gelar”. Sementara kita tidak memahami secara kultur apa arti gelar yang bakal kita dapat. Program ini akhirnya memproduksi guru dan dosen juga tidak memahami apa dasar dari science yg membuat orang tertarik dan mendalami science tersebut. Guru dan dosen kebanyakan hanya bekerja untuk kerja dan dapat duit saja. Tapi tidak memahami bagaimana materi mereka merangsang murid untuk kreatif berimajinasi sehingga ilmu itu akan bermanfaat di kemudian harinya bagi mereka. Saya yakin indonesia masih punya waktu untuk beradaptasi, LPDP harus digenjot lebih besar lagi. Kirim lebih banyak orang indonesia ke dunia internasional agar kualitas kita dan mindset kita acuannya bisa minimal hampir sama dgn kampus yg ada di luar negeri, klo untuk kuliah di indonesia saja kita bakal sulit meningkatkan standart kita karena standart lokal kita benar benar jauh dari negara negara maju
@knightof1990
@knightof1990 5 жыл бұрын
Penelitian pernah ditolak mentah2 gara2 gak ada implikasinya buat pemerintah dan cuma punya implikasi di sektor privat, terjadi hanya gara2 ini dibiayai negara. Pemerintah boleh sih ikut terjun di dunia riset tp jangan sekali2 intervensi hanya karena negara ikut mengeluarkan rupiah di riset tsb. Sedikit pesimis dengan ide keterlibatan pemerintah karena kondisi sekarang pemerintahan sangat sensitif terkait ide apalagi di bidang sosial. Jangan sampe muncul isu dicap marxis, sosialis ato bahkan komunis hanya gara2 riset kita gak sepemikiran dengan pemerintah.
@alvianifebruanawaluyaniput9795
@alvianifebruanawaluyaniput9795 5 жыл бұрын
Walaupun riset sebagai penemuan2 baru dalam ilmu pengetahuan diperlukan, tapi menurut saya riset yang dapat menunjang kegiatan bernegara kita juga masih sangat perlu dioptimalkan lagi. Pemecahan masalah yang tidak sepenuhnya berdasarkan evidence based bukan hanya dikarenakan pemimpin yang bukan akademisi, tetapi juga dikarenakan riset di negeri sendiri belum dimasukkan dalam satu wadah yang dapat di akses seluruh lini masyarakat, sehingga dapat menjadi acuan dalam pencarian solusi berbagai permasalahan. Kita bisa mencari referensi riset daerah atau negara lain, namun tentu saja hasil bjsa berbeda karena perbedaan lingkungan, dan faktor2 lain. Dan lembaga yang memiliki kewenangan besar dan dapat menggerakkan adalah pemerintahan. Sehingga peran pemerintah sangat penting dalam mendukung dan mewadahi kegiatan ilmiah ini. Juga tentu saja untuk memecahkan masalah2 di pemerintahan dari pusat hingga tingkat kelurahan sekalipun.
@imampesuwaryantoro1811
@imampesuwaryantoro1811 5 жыл бұрын
Saya setuju banget nih, sebagai Ilmuwan yang turut belajar waktu di kampus terkait Filtrasi Jerami Nanokomposit harus mentok di perpustakaan. HAKI sudah dibuat, tapi market dan industri masih belum ada Business Matching antara hasil penelitian ke arah komersialisasi industri.
@pujisiswanti2006
@pujisiswanti2006 5 жыл бұрын
Ehh ada mas pesu.
@imampesuwaryantoro1811
@imampesuwaryantoro1811 5 жыл бұрын
@@pujisiswanti2006 halooo salam kenal 😀
@dhanikurniawan7111
@dhanikurniawan7111 5 жыл бұрын
Dukungan harus entah itu dana, kebijakan, iklim politik dan lain sebagainya. Selain itu yang paling penting jangan berambisi mengontrol riset. Bukankah tadi secara historis sudah dijelaskan. Riset Indonesia sulit berkembang karena pemerintah kolonial melakukan kontrol ketat dan mengarahkan riset semata untuk kepentingan ekonomi kolonial. Hasilnya ilmu pengetahuan khas Indonesia tidak berkembang. Yang ada hanya riset untuk penguasa dan para penilitnya pun jadi peneliti birokrat yang hidup dari proyek pemerintah. Video ini bagus karena dimulai dari ulasan historis. Sayang di akhir karena yang berbicara dari staf kepresidenan ya jatuhnya blue print riset Indonesia tujuan utamanya adalah menterjemahkan visi presiden walaupun juga dijelaskan tidak menutup kemungkinan penelitian di luar itu.
@elshadaw
@elshadaw 5 жыл бұрын
"saintific temper"nya gbisa mapan ketika negara terlalu terlibat dalam mendesain kurikulum. Biarkan kurikulum dikembangkan oleh satuan pendidikan di lapangan sesuai dengan kebutuhan lokalnya masing-masing
@calonpencurycontent8605
@calonpencurycontent8605 5 жыл бұрын
Ini juga karena kurang ingin tau nya orang Indonesia . diluar sana mereka ingin tau kenapa bisa seperti ini dan begitu . Nah klo di Indonesia orang kritis nya dikit , orang yang menerima apa adanya seperti "Kuasa Tuhan" itu masih banyak . Bayangin aja perpus Kota aja buku nya tidak up to date cari jurnal di Perpus Kota aja susahnya bukan main , jadi harus cari di perpus kampus . itupun harus butuh akses lebih .... Dan juga ini dimulai dari tingkatan dasar juga sih SD SMP SMA sih .
@wildawn
@wildawn 5 жыл бұрын
Are we gonna ignore that the background music is so good?
@nowhere.to_go7335
@nowhere.to_go7335 5 жыл бұрын
i won't
@asadarsya8082
@asadarsya8082 5 жыл бұрын
Fruitful content kak, riset yg baik memang yg paling bermanfaat, buat masyarakat dan juga buat perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri
@hoseoklove3475
@hoseoklove3475 2 жыл бұрын
Ayolahh ini videonya bagus banget kenapa orang-orang jarang nonton video kayak gini :(
@jenderalfeb
@jenderalfeb 5 жыл бұрын
Saya udah diundang ngomong di New York, Singapore tentang Artificial Intelligence, tp ga pernah diundang negara sendiri utk berbagi ilmu. Malahan Indonesia lebih seneng ngundang orang bule. Huft...
@sumjana9866
@sumjana9866 4 жыл бұрын
Indonedia memang butuh manusia yang cerdas dalam arti bisa menatap mada depan yang lebih baik dan maju melakukan lompatan riset riset dari segala hal dari barang sekecil apapun sampai yang tercanggih, seperti alat tahanan listrik yang kecil sampai manufaktur yang bisa menguasai angkasa luar. Kumpulin para ahli anak bangsa ini betbuatlah untuk negara, itu berjuang di zaman sekarang da jangan cuma adu mulut tapi kerjanya nol. Srmangat anak negeri jangan mudah kena profokasi yang cuma hayalan semata. maju indonesia.
@24michaelpurnomo8
@24michaelpurnomo8 3 жыл бұрын
cara termudahnya adalah menjadikan research menjadi kurikulum pendidikan indonesia sejak dini. Hal ini saya rasa perlu karena jujur saya sekarang siswa sma di dalah satu sma swasta di medan dan banyak anggapan bahwa kemampuan research siswa sma itu belum cukup untuk meneliti, dan saya rasa mindset ini yang bakal buat Indonesia ga akan bisa jadi negara pencipta.
@TeranGGG
@TeranGGG 5 жыл бұрын
Konten berkualitas, runut penjabarannya, logis. Indonesia belum mencapai perangai ilmiah. Sejarah menunjukkan peneliti di indonesia tidak bebas, di administrasi pemerintah, berbasis proyek, tidak organik, berdampak kualitas penelitian menurun. Hipotesisnya adalah untuk mencapai perangai ilmiah (baik produksinya dan distribusinya), dilakukan dengan penelitian yang bebas dan distribusi yang tepat. Dari segi produksi. Pihak privat sebetulnya akan semangat jika bagi mereka adalah keuntungan. Pemerintah bisa membeli jasa/data dari pihak privat yang menggunakan teknik yang sophisticated, meng-encourage privat untuk mengembangkan produknya melalui risetnya. Banyak cara. Tapi menurut saya, kalau mau organik, ya kembali ke akademisi, mau ga mau institusi pendidikan harus dibenahi. Encourage anak muda biar tetap idealis. Dari segi distribusi keilmuannya. Tantangnya adalah kontrol dan salah satu caranya menangkal sesat ilmu adalah yg punya ilmu harus bunyi lebih kuat. Aktif juga menyampaikan wawasan yang logis.
@oktalatifa635
@oktalatifa635 5 жыл бұрын
Halo, saya masih sangat awal jika membahas tentang penelitian karena saya seorang mahasiswa baru. Saya sangat setuju dengan video tersebut, terbukti saat mencari jurnal-jurnal penelitian dengan akses terbatas untuk beberapa region, nama negara Indonesia tidak ada dalam kolom negara yang dapat mengakses jurnal-jurnal tersebut. Padahal, negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia sering muncul dalam daftar. Menurut saya, ini menunjukkan bagaimana negara kita 'sedikit' tertinggal dari negara ASEAN dan secara garis besar kurang mendapatkan dukungan untuk dapat mengembangkan riset. Dukungan antara lain dari segi sumber dana dari pemerintah, dari swasta yang tertarik dalam lingkup tersebut serta dari sumber daya manusianya yang saat ini cenderung mengejar gelar daripada mengembangkan hasil riset untuk pengkajian di masa depan. Sekian pendapat saya, jika ada yang kurang berkenan mohon maaf karena saya masih baru belajar, terimakasih.
@Felevr
@Felevr 5 жыл бұрын
thesisnya indo mainnya banyak banyakan halaman kayak 300 - 600 an, beda sama eropa, maximum 15 halaman harus bisa menjelaskan hasil penelitian dan hipotesa hipotesa. kita harus belajar lebih menghargai quality dari pada quantity. dan pemerintahnya harus bisa kasih subsidi buat semua pihak yang bisa menghasilkan terobosan ilmiah.
@wenandj.934
@wenandj.934 5 жыл бұрын
Keren videonya...👍 Kalau dari dulu pemerintah sangat peduli dengan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, pasti Indonesia sekarang udah maju ya...
@AryaRumpi
@AryaRumpi 5 жыл бұрын
Dalam filsafat ada yg disebut pragmatisme, aliran filsafat yang mengganggap sesuatu itu adalah pengetahuan (kebenaran) bila sesuatu itu bermanfaat bagi masyarakat, nyata, dan konkrit. Diluar itu, bukanlah kebenaran/disangsikan. Artinya bila riset2 itu tatarannya pada pemikiran, namun tak memiliki manfaat praktis entah keuntungan berupa profit, jabatan, rating, maka ia akan disangsikan sebagai pengetahuan terutama bagi ilmuwan yg beraliran pragmatisme. Jadi, cara berpikir semacam inilah kebanyakan yg terjadi di masyarakat, termasuk dalam birokrasi. Atau desakan lingkungan (bahkan dari keluarga atau kawan2 dekat) yg pragmatis membuat muara cara berpikir sedikit banyak akan terdorong ke arah tersebut, termasuk semangat melakukan riset..
@mukarramrifai3696
@mukarramrifai3696 5 жыл бұрын
Bersilat lidah ada cara dan ilmu nya, ilmu pengetahuan tidak hanya hitung2an hewan2an dan zat kimia2an
@adiarto8327
@adiarto8327 3 жыл бұрын
Salah satu konten yg ilmiah yg bermanfaat bagi bangsa dan negara terima kasih banyak atas informasinya 🙏 🙏
@yyume_
@yyume_ 5 жыл бұрын
ini yang jadi pikiran aku dari kemarin: sebelum riset, perlu memahami kerangka berpikir, membaca tanda2 alam dan manusia, dan menuliskannya dengan terstruktur dan kritis. aku tidak bisa melihat pengasahan ini bisa ditempa di lembaga pendidikan saat ini. intensitasnya kurang. banget. dosenku bilang, ketika dia mahasiswa, dosen adalah orangtua kedua dia dan dia dapat banyak pelajaran dr ngobrol2 diluar kelas. sekarang apa ada yg seperti itu? tapi aku masih merasa dana pemerintah perlu. tapi penelitian yg seperti apa topiknya, harusnya dibebaskan. juga penelitian aku rasa tidak harus berpusat dr dana pemerintah. semua harus memberikan andil. dengan channel dan media alternatif, dengan indonesia mengajar, atau pergerakan perpustakaan keliling. ada porsi top down dan buttom up
@ES-nv2cl
@ES-nv2cl 5 жыл бұрын
Kenapa keilmuan di Indonesia kurang bisa bersaing, mungkin salah satunya karena budaya keilmuannya sudah tercampur dengan budaya cari profit sudah bukan based curiousity or mass needed. Dan konsumsi masyarakat dr media yang mampu menjungkirbalikkan logika yg notabene tools terpenting dalam bidang keilmuan.. semoga Indonesia lekas sembuh dan kedepan semakin baik. Btw thank you for your adorable content. Thumbs up! 💕
@andihermawan9250
@andihermawan9250 5 жыл бұрын
Terlepas dari perdebatan tema yg ada disini, video ini sangat edukatif dan memberi perspektif baru buat saya. Keren👍
@sekarsariindahcahyani1954
@sekarsariindahcahyani1954 5 жыл бұрын
Terima kasih. Ilmu lagi dan gratis.
@ickyali514
@ickyali514 5 жыл бұрын
tenaga pengajar metlit, statistik, TOW perlu diperbaiki kualitasnya. pengalaman saya sharing dengan mahasiswa2 di hampir semua kampus di daerah saya, rata2 jawabannya sama. Miris.. Seolah meneliti tidak perlu diseriusi padahal skripsi jadi kewajiban. kasusnya kalau bukan dosen hanya menjelaskan sistematika penulisan proposal, datang bagiin software spss kemudian ngilang, atau cuma sharing pengalaman penelitian sendiri. Belum lagi dosen pembimbing yang kaku dan tidak memiliki "toolkit" yang cukup untuk membimbing sehingga repetisi judul, metode, isi, kesimpulan sering sekali ditemui. yang lebih miris, dosen2 seperti ini bahkan banyak berkeliaran di pasca sarjana. saya setuju dengan pernyataan kalo banyak social research yang didanai pemerintah hasilnya sering berat ke rezim, lembaga penelitian dan pengembangan juga sering hanya jadi ajang cari proyek.
@ntznbgzt
@ntznbgzt 5 жыл бұрын
Menjadi budaya kita itu, bukan urgensi atau pentingnya penelitian tetapi lebih kpd menjadi tuntutan dan tekanan. Sy rasa kembali kepada mental ya. Karena pendidikan dr kecil kita bukan budaya belajar meriset, meneliti mengkaji. Mental dan moral ini yang bertolak belakang dari sistem, dana apalagi tata kelola. Jadilah kualitas yang seperti kita ketahui sekarang.
@ickyali514
@ickyali514 5 жыл бұрын
@@ntznbgzt Semoga kedepannya ada perubahan yang signifikan dalam peningkatan kualitas riset di Indonesia. Memang bukan hal yang mudah karena banyaknya pihak yang mesti dilibatkan.
GJ 79 | NGERI! SEGINI TERNYATA JUMLAH PROFESOR SE INDONESIA
10:57
guru gembul
Рет қаралды 118 М.
Joker can't swim!#joker #shorts
00:46
Untitled Joker
Рет қаралды 36 МЛН
Kind Waiter's Gesture to Homeless Boy #shorts
00:32
I migliori trucchetti di Fabiosa
Рет қаралды 5 МЛН
Running With Bigger And Bigger Feastables
00:17
MrBeast
Рет қаралды 25 МЛН
"Kenapa UU penting bisa ditunda?" - On Patriarchy
28:15
Frame & Sentences
Рет қаралды 16 М.
"Bisakah ekonomi dan lingkungan berjalan beriringan?" - ON CLEAN ENERGY
16:33
Gusar Para Peneliti kepada BRIN | LIPSUS
10:16
kumparan
Рет қаралды 17 М.
"Ada apa dengan pidato Anies?" - On Discourse Building
9:15
Frame & Sentences
Рет қаралды 39 М.
"Kenapa kita gampang dibohongin politisi?" - On Firehose of Falsehood
12:02
Joker can't swim!#joker #shorts
00:46
Untitled Joker
Рет қаралды 36 МЛН