Terima kasih sudah ikut berkomentar 🙏🙏🙏 salam

Salam Bosku Dari Bone 🙏🙏🙏... Kita ini saudara tak perlu ada pertikaian dan huru hara lagi .... Kita ini sudah jadi satu bingkai Negara NKRI tugas kita menjaga dan memajukan .. Jika saat ini ada yg mau coba Gangguki atau kacaukanggi Makassar Pasti Bone takkan Tinggal diam untuk setiap berkorbang untuk menjaga Saudara kami ❤️❤️❤️❤️❤️

sungguh sulit mengalahkan gowa dan bone jika sdh bersatu,,, apalagi jika Sulawesi sdh bersatu...

Sultan Hasanuddin dan arung palakka pahlawanku 2 Ksatria tgguh didikan Karaeng patingalloang yg di didik dari kecil hingga besar.masing2 mmpunyai kelebihan..

Redaksi yg sangat bijak dan cerdas cemerlang

Itulah masalalu para pendahulu kita,, kita generasi milenial ini berupaya bagai mana kita menghdapi pirus ini,,, salam gowa

Sdh saatnya sulsel bersatu

👍👍👍

🙏🙏🏿

🙏🏿🙏🏿

Kerajaan gowa dan kerajaan bima Satu keluarga boss krn adik sultan hasanuddin menikah dgn raja kerajaan bima

Satu keluarga tp sifat dan pemikiran beda bos

​@@muhammadibrahimchannel9327😅😅😅😅😊😊😊

@@daengfish9317 bedanya org bima sifatnya santum sdg kalian pa'bambangan na Tolo🤣😜

Pahlawan untuk Belanda dan org Bone sendiri

Pahlawan pembebasan masyarakat Bone dan semisalnya dari kezaliman, perhambaan, pembunuhan sewenang wenang karaeng karaeng goa Kerajaan Goa Sultan Hasanuddin. Adapun persekutuan Bone dgn VOC intinya simple dan kebijaksaan Arung Palakka .." An Enemy to My Enemy is my Alliance"..

@@hakimbadongga6522 intinya main keroyokan, kau tau ngga yg nyerang Aceh?

Ingat bosku yg mendatang kan pekerja2 dari Bugis itu sendiri adalah petinggi2 kerajaan bone

Memang Indonesia sudah ada ya di zaman itu?? Masih zaman kerajaan ya?? Wajarlah kalau seorang pemimpin ingin membebaskan warganya darin perbudakan. Bangga punya pahlawan Bugis yg sampai ke Aceh serta pulau Jawa di segani karna kesaktiannya... Arung Palakka adalah pahlawan Bugis terutama bone..

Terima kasih sudah memberi data pembanding Karaeng, Apa yang saya sampaikan di channel ini adalah hasil kajian yang telah saya sampaikam sumbernya, Sebelum saya menyampaikannnya dalam channel ini terlebih dahulu saya mencari tahu sumber referensi yang didampaikan penulis dari mana, dan setelah saya membaca sendiri Lontara Attoriolong Bone maka saya tdk ragu lagi menyampaikan karena punya sumber dan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Pun demikian, saya pribadi selalu terbuka untuk menerima data data pembanding yang lain... Saya yakin yang Karaeng sampaikan diatas itu masih panjang, Karena saya juga biasa mendengar cerita cerita yang seperti disampaikan diatas, Namun pada akhirnya jika dikaji, Dikomparasi dengan data data lain akan tumpang tindih... Sebagaimana kita ketahui bahwa.beberapa kerajaan kerajaan Di Sulsel, mereka juga punya catatan catatan Attoriolong seperti halnya Wajo, Luwu, Sidenreng, Sangat sulit suatu kerajaan menulis cerita versinya sendiri, Karena nantinya akan dotemukan ketidak sinkronan dengan kerajaan Lain, Sejauh ini jika Naskah Attoriolong Bone diangkat, Belum ditemukan ketidak sinkronan dengan catatan catatan attorilong kerajaan lain, Bahkan termasuk Tdk ditemukan ketidak sinkronan dengan Lontara Bilang Gowa dan Pattoriolong Gowa,

Berarti rayat Bone di prank sama arupalakka

@@anwarsaleh1830 Saya lebih memilih mempercayai sumber referensi tertulis seperti naskah Attoriolong dan Pattoriolongang, Karena referensi yang diwariskan secara tutur sangat rawan ditambah dan dikurangi. Dan seperti yang saya katakan pada komentar, Tidak mudah mengarang naskah tulis Karena masing-masing kerajaan di di zamannya mempunyai catatan harian, Sehingga jika catatan suatu kerajaan tidak sinkron dengan catatan kerajaan lainnya maka tentu akan menjadi masalah,

@@anwarsaleh1830 Arung Palakka menjadi raja di Bone Krn mengkudeta raja Bone saat mendarat di Bone bersama VOC Belanda.

Ini sejarah yang benar , yang lain perlu di luruskan

SETELAH JATUHNYA BENTENG SOMBA OPU PERDAGANGAN BUDAK MERAJA LELA By= Abbas daming "PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN ABAD 17 HINGGA ABAD 19 " Cuplikan dari buku : SlRTJO KOOLHOF & ROBERT ROSS Upas, September and the Bugis at the Cape of Good Hope. The Context of a Slave's Letter PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN Gambaran mengerikan tentang perdagangan manusia pada abad ke-17 hingga ke abad-19 Orang Bugis sebagai budak Dari catatan awal orang luar, Bugis yang mendiami barat daya semenanjung pulau Sulawesi, muncul sebagai pedagang penting, meskipun itu tampaknya mereka baru benar-benar mulai memainkan peran penting dalam perdagangan antar pulau sejak abad ketujuh belas dan seterusnya, mengambil alih peran itu. dari Melayu dan Jawa. Selain rempah-rempah, tekstil dan barang lainnya, budak merupakan komoditas penting bagi para pedagang Bugis. Tapi, yang cukup menarik orang Bugis sendiri juga merupakan komoditas penting: mereka kelompok etnis terbesar budak di abad kedelapan belas. Hindia Belanda (Reid 1983: 29-30; Sutherland 1983). Pada tahun 1816 di Batavia, ibu kota koloni Belanda, 25,8% budaknya adalah orang keturunan Bugis, sedangkan sebanyak 42,99% dari populasi budak berasal pulau Sulawesi (Abeyasekere 1983: 291). Pada tahun 1548 Manuel Pinto yang pernah tinggal di Sulawesi Selatan selama tiga tahun, menulis bahwa 'tanahnya sangat bagus dan memiliki banyak emas dan kayu cendana dan aguilawood dan pernis dan banyak budak dan banyak makanan, baik nasi dan daging ' (Schurhammer 1980: 629). Cornelis Speelman, laksamana Belanda bersama sekutu lokalnya pangeran Bugis Arung Palakka, menaklukkan kerajaan Makassar pada tahun 1660-an melaporkan bahwa budak-budak diimpor dari berbagai tempat wilayah di Filipina dan Kepulauan bagian timur (Maluku, Pulau Sunda Kecil) dan diekspor ke Batavia, Banten, Palembang, Jambi, Johor, Malaka, Aceh dan Banjarmasin (Noorduyn 1983). Nicolas Gervaise, menulis tentang Makassar pada tahun 1688, mengamati bahwa ada 'sangat sedikit budak di negeri ini': para tawanan perang yang mereka tangkap diangkut ke bagian lain dari kepulauan karena takut mereka akan 'mengganggu ketenangan publik' (Gervaise 1701: 81). Laporan tentang perdagangan budak di abad kedelapan belas sangatlah langka, tetapi kenyataannya memang demikian jelas jumlah budak yang berasal dari Sulawesi meningkat secara signifikan. Selama dekade terakhir abad ketujuh belas, setelah masa pergolakan setelah Perang Makassar, sekitar 200 budak diekspor dari Makassar ke Batavia setiap tahun. Sepanjang abad kedelapan belas itu jumlah budak yang diangkut mencapai sekitar 3.000 orang per tahun. Dari tahun 1660-an hingga awal abad kesembilan belas Sulawesi Selatan mungkin kehilangan lebih dari 100.000 penduduknya (Sutherland 1983: 270; Reid 1993: 69). Pedagang Bugis abad kedelapan belas yang tinggal di pesisir Kalimantan melakukan perdagangan intensif dengan pulau-pulau Sulu, di mana mereka kebanyakan mendapatkan budak berasal dari Filipina, dan diangkut ke berbagai kota di nusantara (Warren 1981: 13). Laporan pemerintah yang ditulis di Makassar pada tahun 1799 memberikan penjelasan lebih lanjut tentang wabah perdagangan budak di daerah itu. Disebutkan dari keluhan penguasa Bone pada tahun 1743 tentang pembelian oleh 'pedagang rendahan' dari 'orang yang dicuri' di teluk Bone (Blok 1817: 3). Laporan juga menyebutkan fakta bahwa budak tidak hanya berasal dari luar daerah kota tapi geng yang disebut 'bond-men' menjelajahi kota untuk mencari orang-orang yang kemudian ditangkap dan dijual sebagai budak: 'Spesies mengerikan itu perampokan sangat sering dilakukan di dekat rumah rakyat kita sendiri, di rumah kita kamp, ​​atau desa, di dalam kota kita sendiri. [...] Tergantung di semua desa yang mereka kunjungi dengan pasukan di malam hari, dan di luar musim berjam-jam, untuk merebut mangsanya, yang, jika berhasil, mereka segera membawanya ke majikan mereka, atau ke pedagang budak mana pun '(Blok 1817: 12). Tidak puas dengan gambaran mengerikan dari para penulis Belanda, Inggris. Penerjemah laporan menambahkan pengalamannya sendiri ke laporan. Contohnya, : Dia menggambarkan pertemuannya saat berjalan-jalan sore di kampung Bugis dengan dua pria menyeret sepertiga. Yang ketiga tampaknya seorang pria Bugis yang akan dibunuh oleh para penculiknya, karena mereka tidak melakukannya berhasil menjualnya sebagai budak. Untuk menyelamatkannya. Von Stubenvoll, Penerjemah, membelinya dari kedua orang itu, dan kemudian membebaskannya (Blok 1817: 21-2). Selama abad kesembilan belas jumlah laporan oleh Penjelajah Independen di Sulawesi Selatan meningkat, begitu pula deskripsi contoh perbudakan. James Brooke, 'raja putih Sarawak', dalam deskripsi kunjungannya ke Kerajaan Bugis di Wajo, menyebutkan kisah seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang, diperintahkan untuk membawa tas pengunjung, kemudian dijual sebagai budak. Kerajaan Sidenreng oleh pengunjung yang sama (Brooke 1848: 111-2). Di Tahun 1879 Carl Bock, seorang penjelajah Norwegia, menjadi ciri kota pelabuhan Bugis Paré-Paré sebagai 'sarang budak di mana gadis-gadis muda yang Cantik/jelita/ tampan dijual masing-masing untuk dua puluh hingga lima puluh gulden (Bock 1985: 21). Salah satu deskripsi paling pedih tentang budak dan budak Bugis di Singapura diberikan oleh penulis Melayu terkenal ABDULLAH BIN ABFUL KADIR MUNSYI (1796-1854) dalam otobiografinya : Hikayat Abdullah __ Suatu hari pada musim ketika orang Bugis datang ke Singapura saya melihat lima puluh atau enam puluh budak laki-laki dan perempuan dipimpin oleh laki-laki Bugis di sekitar kota; di antara mereka sudah tua dan muda, beberapa menggendong bayi, beberapa sakit. Mereka digiring bersama oleh seorang pengemudi Bugis, memegang tongkat yang digunakannya untuk memukul mereka di sini, di sana, dan di mana-mana. Saya naik kepada pria itu dan berkata 'Dari ras apa orang-orang ini?' dan dia menunjukkannya padaku mengatakan 'Ini adalah keluarga Mangarai. Ini pria dari Mandar '. [...] Keesokan paginya saya pergi ke pelabuhan untuk melihat-lihat. Ketika saya sampai di perahu, saya menemukannya penuh dengan budak, sekitar tiga ratus pria, wanita dan anak-anak. Beberapa wanita berat dengan anak, artinya jam mereka hampir tiba, dan melihat mereka milikku hati tergerak dengan kasih sayang. [...] Mereka sedang diserahi beras di batok kelapa dan air dalam sendok bambu sama seperti seseorang memberi makan anjing. [...] Pria yang memiliki ini budak berperilaku seperti binatang, tidak tahu malu dan tanpa takut kepada Allah. Gadis-gadis yang lebih muda digantung mengelilinginya sementara dia berperilaku dengan cara yang tidak pantas untuk saya gambarkan di buku ini. Bagi siapa pun yang ingin membeli budak perempuan ini, dia akan membuka pakaian mereka dengan segala macam gerak tubuh yang membuat saya malu untuk menulis. Pedagang budak berperilaku baik cara yang paling biadab, tanpa percikan perasaan, karena aku memperhatikannya ketika kecil anak-anak para budak berteriak mereka menendang mereka sampai kepala sampai tumit dan memukul ibu mereka dengan tongkat, menimbulkan kelemahan buruk di tubuh mereka. [...] Mayoritas Budak wanita adalah orang Bali dan Bugis. Mereka dibeli oleh laki-laki dari semua ras, Cina, India, Melayu, yang membawa mereka menjadi istri dan yang banyak jumlahnya keturunan ada di sini sampai hari ini. {Hikajat Abdullah 1953: 232-4; terjemahan Hill 1955: 161-2).

Suupeer sekali..ambil hikmahnya tak perlu saling menghina dan menjatuhkan. Sesama Orang Sulawesi satu Siri na pacce

Arung Palakka itu bukan orang Bone, dan bukan pewaris tahta Bone. Arung Palakka jadi raja Bone Krn mengkudeta raja Bone yg Syah dan dibantu oleh VOC Belanda.😂😂😂

mantap salut dengan kata 2x mari kita pitik sejarah masa lampau sejarah tidak boleh di abaikan tp rasa benci dan dendam tdk boleh di tanam dalam diri kita krn adalah satu NKRI masa lampau masa yg kelam kami bangga dengan arung Palakka putra Bugis Bone Soppeng telah mengembalikan tahtah kerajaan x dan siri napacce sebagai orang bugis.apapun suku mu Kita bersaudara.salam Sulawesi kami Bugis Bone Kalimantan kami menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah masa lampau.

@@Oppo-le1zc berbicara sejarah pasti membahas masa lalu, dan membahas sejarah bukan mencari permusuhan, tetapi kita harus pelajari sejarah utk mengambil hikmah di dalamnya, agar kesalahan masa lalu tdk terulang kembali. Arung Palakka bukan orang Bone ataupun Soppeng. Beliau adalah bangsawan Makassar yg memiliki gelar Daeng. Nama asli Arung Palakka adalah Sa'aduddin I Mappatunru Daeng Serang, berdasarkan data primer lontara bilang peninggalan kerajaan Gowa-Tallo. Seandainya Arung Palakka adalah Bangsawan Bone atau Soppeng, maka sdh barang tentu VOC Belanda sebagai teman dekatnya akan membawa pulang mayatnya ke Bone atau Soppeng utk dimakamkan di sana. Tetapi faktanya makam Arung Palakka berada di kompleks makam raja-raja Gowa-Tallo, dan semua yg dimakamkan di kompleks makam raja-raja Gowa-Tallo hanya raja-raja Gowa-Tallo sendiri dan keluarganya.

Kita belajar dari sejarah vietnam, Rusia dan Amerika tdk bisa betah karena semangat tempur dan persatuan mereka

Kesultanan Gowa kerajaan yg terkuat di indonesia timur saat ini pada zamannya, memiliki kurang lebih15 benteng dgn pasukan armada laut kerajaan yg terkuat pada zamannya, maja pahit saja kalah armada lautnya daerah kekuasaannya makassar sampai ternate sebagian kalimantan, ambon sampai perbatasan filipina dan sebelum arung palakka gabung ke VOC, Belanda tdk berani menyerang kesultanan gowa krn kerajaan2 bawahan masih bersatu dan mendukung kesultanan gowa, setelah arung palakka bergabung ke VOC baru kerajaan2 bawahan kesultanan gowa terpecah dengan politik adudomba, buton, ternate, mandar, bone, soppeng dan terakhir tanete di rebut dgn politik adudomba.

@@muhammadibrahimchannel9327 Tabe saya sampaikan catatan harian dari salah seorang petinggi Belanda, Yang ditakuti belanda itu Bukan Kerajaan Gowa, Bukan Juga Bone, Bukan Juga Luwu atau yg lainnya, Tp yang Belanda takuti adalah Bersatunya Gowa dan Bone atas nama Makasar dan Bugis di Zaman itu, Berpihaknya Arung Palakka Ke VOC Adalah kisah sejarah yang semoga tdk terulang, Dengan memperlajari Latar Kejadiannya, Coba cerna dengan kepala dingin, Kira kira apa tujuan Arung Palakka bersekutu dengan VOC ? Apakah setelahnya beliau kemudian menaklukkan semua kerajaan di Sulawesi dan menguasainya ? Tidak Yang ada setelahnya beliau mempersatukan dengan politik perkawinan di Era Lapatau, Dan terbukti setelah itu tdk ada lagi konflik besar antara kerajaan, VOC ke Nusantara diuntungkan oleh perseturuan kerajaan kerajaan Lokal, Apapun Latar Bekakangnya, 400 tahun lebih nama A.P tetao diagungkan oleh Rakyat Bone soppeng, Tentu ada alasannya... Dan disuni sudah melibatkan kehendak Allah yang Maha Kuasa 🙏

@@MrTenriewa tujuannya untuk membebaskan bone N soppeng dari gowa

Setangguh tangguhx armada Laut VOC di zamanx tdak prnh berani melawan kerajaan Gowa..dengan politik adu domba mencari sekutu mnyerang gowa.itupun hx bisa merebut benteng somba Opu..dllm sjarah di abad 14 Portugis sdah mengakui armada laut terbesar yg pernah mereka temui di nusantara.

Gowa sodaranya mandar.....

Rewako Suku Makassar.. salam dari Selayar

@@m.hasbih.3383 Luar biasa pasti faham Ki sedikit so sejarah to yg bukan Hoax beda itu sanae sehingga Memdukung ucapan Q yg sesuai sejarah bukan kaleng2

​@@elfire113polman9 selain Mandar, jg Luwu, Bima, Sumbawa dan Wajo.

Rewako Gowa🔥🔥🔥✊✊

salam sodaraku.. yg membantu pangeran trunojoyo menaklukkan mataram yaitu karaeng galesong anak sulung sombayya sultan hasanuddin

Salam saudaraku dari Madura..kami orang Makassar..di diri orang Madura ada darah Makassar..Karaeng galesong yg mempersunting anak trunojoya..Madura yg merantau ke Makassar hidup damai dan rukun..Madura bxk mrantau ke daerah galesong Makassar.

Narekko acara mappa bottikki aga, tanrana apolengetta tau malebbikki pole assaletta pole tomanurung nge ?

Coba dijawab engkatu adetta narekko mappabbottikki pannessai apolengetta pole to manurung

sertakan sumber akedemiknya klo senapan portugis dari malaka dikirim ke gowa

Baca sejarah boss, Portugis & VOC beda, Portugis datang untuk berdagang serta penyebaran agama kristen, sedangkan VOC datang semata2 untuk Monopoli dagang karna iya serikat dagang kerajaan belanda, Perang antar kerajaan2 melayu itu biasa pada zaman itu, tapi bukan untuk menguasai hasil bumi sepenuhnya tapi VOC datang untuk menguasai hasil bumi nusantara maka dari itu disebut penjajah.

@@muhammadibrahimchannel9327 ya ada bagusnya portugis tidak mengakar di sulsel... klo sempat mengakar maka sy yakin akan seperti di filipina dan ntt...

@@opubarakka8416 iyya krn raja gowa sultan alauddin pada waktu itu lebih memilih agama yg dibawa 3 datuk keturunan arab dari aceh atas masukan dari kerajaan luwu serta memperluas sampai ke kerajaan bima dan ternate

@@muhammadibrahimchannel9327 betul sekali daeng, pottugis pada masa itu gk jajah di kerajaan gowa cuman datang berdagang beda sama VOC mau menguasai.

Terima kasih hadirnya.. Terima kasih komentarnya Salam Daeng 🙏🏻

Nha betul krn pemenang lah yg membuat sejarah

rajamu tidak pantas jd pahlawan dia itu penhhianat dan munafik, aru palakka dan pasukannya menghancurkan pejuang pejuang jihad aceh dan pejuang pejuang lainnya dinusantara dan ketika gowa bekerja sama dgn voc menyersng bone tpi tidk menjd antek voc beda aru palakka dia antek voc... kerajaan gowa menghasilkan pahlawan pahlawan sejati,,seyh yusuf, sultan hasanuddin, karaeng galesong sangat berjasa dinusantara karna membantu kerajaan nusantara melawan voc,,

munafik atau penghianat

Bagus logika berfikir nya .. maka suda seharus nya para petinggi2 VOC di beri gelar PN karna berkat kerja keras mereka, wilayah jajahan mereka dinusantara itulah yg dijadikan negara Indonesia .. merekalah yg membentuk Indonesia .. aduhh gimana sihhh ..

@@adelia6190 ya betul...semua bekas jajahan Belanda terbentuk dalam negara Indonesia...adapun timur leste tdk mau menjadi begian Indonesia karena mereka bekas jajahan Portugal.

Saya orangnya realistis dengan data Daeng, Dengan senang hati akan saya terima jika ada yang mau share versi lontara Gowa, Ditunggu Daeng yang versi Lontara Gowa, 🙏🙏

@@MrTenriewa silahkan anda berkunjung ke museum kerajaan Gowa-Tallo, atau ke museum benteng fort Roterdam. Bahkan di Belanda jg ada salinannya.

@@MrTenriewa SETELAH JATUHNYA BENTENG SOMBA OPU PERDAGANGAN BUDAK MERAJA LELA By= Abbas daming "PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN ABAD 17 HINGGA ABAD 19 " Cuplikan dari buku : SlRTJO KOOLHOF & ROBERT ROSS Upas, September and the Bugis at the Cape of Good Hope. The Context of a Slave's Letter PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN Gambaran mengerikan tentang perdagangan manusia pada abad ke-17 hingga ke abad-19 Orang Bugis sebagai budak Dari catatan awal orang luar, Bugis yang mendiami barat daya semenanjung pulau Sulawesi, muncul sebagai pedagang penting, meskipun itu tampaknya mereka baru benar-benar mulai memainkan peran penting dalam perdagangan antar pulau sejak abad ketujuh belas dan seterusnya, mengambil alih peran itu. dari Melayu dan Jawa. Selain rempah-rempah, tekstil dan barang lainnya, budak merupakan komoditas penting bagi para pedagang Bugis. Tapi, yang cukup menarik orang Bugis sendiri juga merupakan komoditas penting: mereka kelompok etnis terbesar budak di abad kedelapan belas. Hindia Belanda (Reid 1983: 29-30; Sutherland 1983). Pada tahun 1816 di Batavia, ibu kota koloni Belanda, 25,8% budaknya adalah orang keturunan Bugis, sedangkan sebanyak 42,99% dari populasi budak berasal pulau Sulawesi (Abeyasekere 1983: 291). Pada tahun 1548 Manuel Pinto yang pernah tinggal di Sulawesi Selatan selama tiga tahun, menulis bahwa 'tanahnya sangat bagus dan memiliki banyak emas dan kayu cendana dan aguilawood dan pernis dan banyak budak dan banyak makanan, baik nasi dan daging ' (Schurhammer 1980: 629). Cornelis Speelman, laksamana Belanda bersama sekutu lokalnya pangeran Bugis Arung Palakka, menaklukkan kerajaan Makassar pada tahun 1660-an melaporkan bahwa budak-budak diimpor dari berbagai tempat wilayah di Filipina dan Kepulauan bagian timur (Maluku, Pulau Sunda Kecil) dan diekspor ke Batavia, Banten, Palembang, Jambi, Johor, Malaka, Aceh dan Banjarmasin (Noorduyn 1983). Nicolas Gervaise, menulis tentang Makassar pada tahun 1688, mengamati bahwa ada 'sangat sedikit budak di negeri ini': para tawanan perang yang mereka tangkap diangkut ke bagian lain dari kepulauan karena takut mereka akan 'mengganggu ketenangan publik' (Gervaise 1701: 81). Laporan tentang perdagangan budak di abad kedelapan belas sangatlah langka, tetapi kenyataannya memang demikian jelas jumlah budak yang berasal dari Sulawesi meningkat secara signifikan. Selama dekade terakhir abad ketujuh belas, setelah masa pergolakan setelah Perang Makassar, sekitar 200 budak diekspor dari Makassar ke Batavia setiap tahun. Sepanjang abad kedelapan belas itu jumlah budak yang diangkut mencapai sekitar 3.000 orang per tahun. Dari tahun 1660-an hingga awal abad kesembilan belas Sulawesi Selatan mungkin kehilangan lebih dari 100.000 penduduknya (Sutherland 1983: 270; Reid 1993: 69). Pedagang Bugis abad kedelapan belas yang tinggal di pesisir Kalimantan melakukan perdagangan intensif dengan pulau-pulau Sulu, di mana mereka kebanyakan mendapatkan budak berasal dari Filipina, dan diangkut ke berbagai kota di nusantara (Warren 1981: 13). Laporan pemerintah yang ditulis di Makassar pada tahun 1799 memberikan penjelasan lebih lanjut tentang wabah perdagangan budak di daerah itu. Disebutkan dari keluhan penguasa Bone pada tahun 1743 tentang pembelian oleh 'pedagang rendahan' dari 'orang yang dicuri' di teluk Bone (Blok 1817: 3). Laporan juga menyebutkan fakta bahwa budak tidak hanya berasal dari luar daerah kota tapi geng yang disebut 'bond-men' menjelajahi kota untuk mencari orang-orang yang kemudian ditangkap dan dijual sebagai budak: 'Spesies mengerikan itu perampokan sangat sering dilakukan di dekat rumah rakyat kita sendiri, di rumah kita kamp, ​​atau desa, di dalam kota kita sendiri. [...] Tergantung di semua desa yang mereka kunjungi dengan pasukan di malam hari, dan di luar musim berjam-jam, untuk merebut mangsanya, yang, jika berhasil, mereka segera membawanya ke majikan mereka, atau ke pedagang budak mana pun '(Blok 1817: 12). Tidak puas dengan gambaran mengerikan dari para penulis Belanda, Inggris. Penerjemah laporan menambahkan pengalamannya sendiri ke laporan. Contohnya, : Dia menggambarkan pertemuannya saat berjalan-jalan sore di kampung Bugis dengan dua pria menyeret sepertiga. Yang ketiga tampaknya seorang pria Bugis yang akan dibunuh oleh para penculiknya, karena mereka tidak melakukannya berhasil menjualnya sebagai budak. Untuk menyelamatkannya. Von Stubenvoll, Penerjemah, membelinya dari kedua orang itu, dan kemudian membebaskannya (Blok 1817: 21-2). Selama abad kesembilan belas jumlah laporan oleh Penjelajah Independen di Sulawesi Selatan meningkat, begitu pula deskripsi contoh perbudakan. James Brooke, 'raja putih Sarawak', dalam deskripsi kunjungannya ke Kerajaan Bugis di Wajo, menyebutkan kisah seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang, diperintahkan untuk membawa tas pengunjung, kemudian dijual sebagai budak. Kerajaan Sidenreng oleh pengunjung yang sama (Brooke 1848: 111-2). Di Tahun 1879 Carl Bock, seorang penjelajah Norwegia, menjadi ciri kota pelabuhan Bugis Paré-Paré sebagai 'sarang budak di mana gadis-gadis muda yang Cantik/jelita/ tampan dijual masing-masing untuk dua puluh hingga lima puluh gulden (Bock 1985: 21). Salah satu deskripsi paling pedih tentang budak dan budak Bugis di Singapura diberikan oleh penulis Melayu terkenal ABDULLAH BIN ABFUL KADIR MUNSYI (1796-1854) dalam otobiografinya : Hikayat Abdullah __ Suatu hari pada musim ketika orang Bugis datang ke Singapura saya melihat lima puluh atau enam puluh budak laki-laki dan perempuan dipimpin oleh laki-laki Bugis di sekitar kota; di antara mereka sudah tua dan muda, beberapa menggendong bayi, beberapa sakit. Mereka digiring bersama oleh seorang pengemudi Bugis, memegang tongkat yang digunakannya untuk memukul mereka di sini, di sana, dan di mana-mana. Saya naik kepada pria itu dan berkata 'Dari ras apa orang-orang ini?' dan dia menunjukkannya padaku mengatakan 'Ini adalah keluarga Mangarai. Ini pria dari Mandar '. [...] Keesokan paginya saya pergi ke pelabuhan untuk melihat-lihat. Ketika saya sampai di perahu, saya menemukannya penuh dengan budak, sekitar tiga ratus pria, wanita dan anak-anak. Beberapa wanita berat dengan anak, artinya jam mereka hampir tiba, dan melihat mereka milikku hati tergerak dengan kasih sayang. [...] Mereka sedang diserahi beras di batok kelapa dan air dalam sendok bambu sama seperti seseorang memberi makan anjing. [...] Pria yang memiliki ini budak berperilaku seperti binatang, tidak tahu malu dan tanpa takut kepada Allah. Gadis-gadis yang lebih muda digantung mengelilinginya sementara dia berperilaku dengan cara yang tidak pantas untuk saya gambarkan di buku ini. Bagi siapa pun yang ingin membeli budak perempuan ini, dia akan membuka pakaian mereka dengan segala macam gerak tubuh yang membuat saya malu untuk menulis. Pedagang budak berperilaku baik cara yang paling biadab, tanpa percikan perasaan, karena aku memperhatikannya ketika kecil anak-anak para budak berteriak mereka menendang mereka sampai kepala sampai tumit dan memukul ibu mereka dengan tongkat, menimbulkan kelemahan buruk di tubuh mereka. [...] Mayoritas Budak wanita adalah orang Bali dan Bugis. Mereka dibeli oleh laki-laki dari semua ras, Cina, India, Melayu, yang membawa mereka menjadi istri dan yang banyak jumlahnya keturunan ada di sini sampai hari ini. {Hikajat Abdullah 1953: 232-4; terjemahan Hill 1955: 161-2).

@@user-gm7di1jn2k Saya tunggu ada yang share Daeng 🙏🙏 Semakin banyak referensi sejarah yang dibagikan itu semakin bagus.. 🙏🙏

Sultan Sa'aduddin i mappatunru daeng serang karaeng labbasongko, bertahta dibontoala, dan dimakamamkan di pekuburan bangsawan Raja raja gowa tallo, dikampung labbasongko, mangasa batas gowa- makassar, klu bukan dr bangsawan gowa tallo, tdk bisa dimakamkan disini...

Terima kasih sudah Berkomrntar sahabat 🙏 Apa yang saya sampaikan berdasarkan Naskah Attotilong, Dan saya undang dengan Hormar Ke Tempat saya untuk baca sendiri 🙏🙏 Adapun pendapat masing masing itu bebas, Karena sangat wajar jika Rakyat Gowa tdk menyukai beliau, Dan ada sebab kenapa Rakyat Bone soppeng Mencintai Beliau juga 🙏

namanya juga beda suku

@@m.hasbih.3383 Apa hubungannya dengan suku, Gowa waktu itu bersekutu dengan Orang Bugis Juga, Wajo dan Sidenreng, Itu persoalan politis kerajaan daja Daeng di masanya, Hubungan Bone Gowa memang pasang Surut,

@@MrTenriewa berarti kalau hanya dr 1 sumber saja berarti chanel propaganda namanya...

@@ruslansyah5898 Silahkan paparkan sumber lain dan dikomparasi 🙏🏻 Dengan senang hati 🙏🏻

klw sa LBN (lahir besar nabire)

@@Celebesdalamkeemasan mantap saudara👍 salam kenal🙏

@@lbmlahirbesarmerauke2716 iyye' salam kenal dri Nabire d siriwini saudara 🙏🏼😊

Terima kasih sdh mampir dan komentar, Bisa disampaikan Referensi cerita Aslinya darimana Daeng, Lebih Bagus sebagai perbandingan 🙏🏻

Saat masuk islam ke bone dan berperang dgn gowa tapi gowa kalah lalu gowa, lalu gowa menyerang soppeng dan gowa kembali kalah setelah kekalahan demi kekalahan dialami gowa barulah gowa membangun sekutu dgn luwu untuk menyerang wajo dan hampir kalah namun datang bantuan dari bone yg menyebabkan gowa berserta luwu kembali kalah perang. Beberapa tahun kemudia terjadi kesalah pahaman antara bone dan wajo, kemudian gowa dan luwu memanfaatkan kesempatan itu dan kembali menyerang wajo dan wajo kalah krena tdk dibantu oleh bone. Setelah wajo kalah maka gowa bersekutu dgn wajo dan luwu untuk menyerang soppeng dan soppeng kalah. setelah soppeng berhasil ditaklukkan, gowa melakukan negosiasi ke bone dan membawakan emas dan mengatakan bahwa wajo dan soppeng sudah masuk islam, mengetahui wajo dan soppeng telah masuk islam lalu bone dgn suka rela masuk islam krena menghindari perang saudara antara bone dgn wajo dan soppeng. Jd kamu klo tidak tau sejarah dan goblok jgn mengarang cerita, yg sampaikan memiliki data jd jgn mengarang klo kerajaanmu itu tdk sekuat dgn kerajaan2 bugis terima aja jgn mengarang cerita sudala

kalau tdk tau mending diam...arung palakka bukan mengembara tetapi diberi amanah jadi pejabat tinggi di gowa dan dididik oleh istana gowa tapi menyalahgunakan amanah

Jabatan apa ?? Menurut lontara bilang raja Gowa AP tinggal di gowa hanya dijadikan budak oleh karaeng patinggaloang, apa itu kau anggap jabatan tinggi....jadi menurut kamu budak itu jabatan tinggi yah...kenapa kamu tdk jadi budak juga ??

@@ruslansyah5898 kamu yg TDK paham bro dgr baik2 baru komen jenis org2 seperti ini lah yg selalu memecah belahkan umat

Yg mengatakan aru itu pengecut hanya sebagian saudara dari makassar yg mempunya ego yg tak terkontrol.tak mengakui kekalahan. Padahl sebenernya saudara dari bone hanya menginginkan kebabasan raknyatny... Sadar diri lah saudaraku yg selalu mengatakan bone pengecut,dari jaman dulu sampai skg jika suatu kaum menginjak saudaranya sy yakin kamu akan dimakannya,itu yg tak kamu ketahui... Paham??

AP spesial krn dibesarkan dan didik langsung oleh Karaeng Pattingalloang (KP) dan menjadi pelayan pribadi KP, sedangkan bangsawan bone yg lain serta rakyatnya memang dijadikan budak krn tawanan perang. setelah besar AP melarikan diri dari istana ballalompoa ke batavia dan meminta bantuan VOC utk menyerang Kesultanan GowaTallo dgn dali ingin membebaskan rakyat bone tp setelah masuk bersama VOC dia menggantikan raja sah bone sebagai pemimpin dan ingin berkuasa di sulsel

klo komentar harus tau betul sejarah kawan dia itu putra Bugis Bone Soppeng yang pemberani krn dia lh satu 2 raja melawan keganasan sultan Hasanuddin krn tahtah siri napacce

Yang saya sampaikan itu berdasarkan yang tertulis pada Naskah Attoriollong Bone, Sumber sejarah Valid, Kenapa ini di munculkan karena banyaknya cerita bereda di forum forum media sosial yang tdk memiliki referensi jelas, Ini bukan masalah benar salah, Tp kaidah yang disepakati dalam dunia akademik, Menyampaikan sesuatu apalagi sejarah itu sumbernya harus jelas dan valid Terima kasih sdh berkomentar 🙏

Pejuang membebaskan bone dan soppeng

arung palakka adalah pejuang orang bugis

​@@alwiuni682 bone aja kli...

@@hajarfaisal461 asal muasal Bugis dari mana kalu bukan dari bone

@@alwiuni682 kerajaan tertua di sulsel dimana

Lebih tepatnya ada Eranya Karaeng 🙏 Hampir semua kerajaan di dunia mencatat sejarah kerajaannya mulai dari masa berdiri, puncak kejayaan dan masa runtuhnya...🙏

@@MrTenriewa iye' betul, dan semua kerajaan yg bernaung di bawah kerajaan Gowa-Tallo, seperti kerajaan yg ada di sulsel, Bima, Sumbawa, Mandar dll, masih punya hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dgn kerajaan Gowa-Tallo, Krn sistem perkawinan silang yg dilakukan oleh bangsawan Makassar dan bangsawan di kerajaan lain yg bernaung dlm kekuasaan kerajaan Gowa-Tallo. Tujuannya adalah untuk mempererat hubungan kekerabatan. Terbukti raja Bima mempersunting saudaranya Sultan Alauddin (raja Gowa-Tallo), Karaeng Maroanging mempersunting putri raja Sumbawa, raja Mandar mempersunting adik dari Sultan Alauddin, raja Luwu memepersunting putri Karaeng Takalara, Sultan Malikussaid mempersunting putri Mangkau Bone, Arung Matoa Wajo mempersunting putri Sultan Hasanuddin dll. Jadi semua kerajaan yg bernaung di bawah Kesultanan Makassar, bangsawan nya masih erat hubungan kekerabatan dan kekeluargaan nya. Namun Allah mentakdirkan kesultanan Makassar runtuh dgn sebab politik adu domba VOC Belanda.

seandainya masa lampau itu seluruh kerajaan 2bugis lain x bersatu tidak bisa Bugis di taklukkan oleh makasar karena ada yg komentar katanya seluruh jazirah Sulawesi kekuasaan goa tallo gowa tdk pernah di taklukkan Buton.dan Bugis Bone Soppeng alias arung Palakka tdk pernah mengaku kalah melawan gowa

@@Oppo-le1zc he..he.. sejarah membuktikan bahwa kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) mampu menguasai wilayah Nusantara bagian timur. Wilayah kekuasaan kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) itu meliputi pulau Sulawesi, NTB, NTT, Kalimantan timur, dan Maluku.

@@Oppo-le1zc kalau kita mau berandai andai, maka itu sama halnya kita berdongeng.😂

Keturunan sultan hasanuddin karaeng galesong dan karaeng mangalle adalah ayam jantan dari timur yg sesungguh nya, mungkin ji kalau arug palakka tdk bersekutu mungkin anak2 nya ikut jejak keturunan sultan hasanuddin

Terima kasih sdh berkomentar sahanat 🙏🏻 1. Jika kembali ke Agama maka semua yg terjadi itu sdh ketetapan dan kita Muslim wajib berprasangka baik, Semasa Junjungan kita Rasulullah masih Hidup, Saat Kedua cucunya Hasan dan Husein masih anak anak, Ada momen dimana Husein bermain masin diperut Rasulullah, Dan saat ini dalam kondisi berbahagia, Rasulullah seketika menangis, Karena Ternyata beliau menerima kabar dari Malaikat bahwa kelak cucu kesayangannya itu akan mari terbunuh di Karbala. ------ Pelajarannya : Kenapa Rasulullah tdk meminta mencegah ? Jawabannya : Berlandaskan Prasangka Baik, beliau memahami bahwa ada ketetapan Allah yg tdk bisa diubah. Dan banyak momen yg sama dalam hidup beliau, dimana terjadi kepahitan namun beliau selalu berprasangka baik atas segala Takdir Allah

2. Sekalipun saat itu Tellumpoccoe pecah kongsi, Namun Bone sendiri bisa Takhluk saat terjadi konflik internal didalamnya.

@@MrTenriewa och bgtu ka bg,karena yang saya bca jg beda,Karena penyerangan Gowa di mulai di Wajo,lanjut k Soppeng,yang terakhir penyerangan di lakukan di Bone,karena hancurnya kerajaan Wajo dan Soppeng,sehingga mereka TDK bisa membantu Bone untuk mlawan gowa?

@@superwin964 mmg sperti itu bro ...hanya saja waktu d taklukannya Wajo dri situ lah Wajo berkhianat mengingkari perjanjian tellumpoccoe ...dan pada akhirnya Wajo dan Gowa Luwu mandar memerangi Bone pada saat itu juga lah Bone d kalahkan...tetapi dalam sejarah tertulis Gowa vs Bone jika 1 lawan 1 juga ketar ketir menghadapi kerajaan Bone...

Terima kasih sudah berkomentar Daeng, Dalam beberapa diskusi sy selalu sampaikan bahwa, Adalah hal yang sangat wajar jika dari Pihak Gowa ada yang tdk senang dengan Beliau, Namun Bagi Rakyat Bone Soppeng dia Tetap Orang yang sangat berjasa, Apa yang saya sampaikan berdasarkan yang tertulis dalam Naskaj Attoriolong, Dan saya Undangki dengan Hormat ke Tempat saya untik Membaca sendiri jika Mau, Dan berdasarkan yang tertulis itulah sehingga Rakyat Bone Soppeng Mencintai Beliau 🙏🙏🙏🙏 Arung Palakka itu dikejar Oleh Pihak Gowa setelah membebaskan Rakyat yang diperbudak selama 17 Tahun Saat Ingi. Ke Ternate dan Mampir di Buton Disitulah bertemu Speelman, Dan saat itu ada kepentingan yang sama diantara Mereka,🙏

harga diri it diatas segala²nya dendam mngkin itu alasan yg menjadikan AP memberontak apabila dan ketika org tua dan keluarga serta rakyat di intimidasi oleh penguasa dan apapun alasanx tdk ada aturan yg menjadi dasar untuk dijadikan pembenaran. - menyakiti pasti akan balik disakiti itulah hukum alam yg pasti berlaku -

tidak ada yang salah, yang salah kenapa voc yang arung palakka pilih sebagai pendanmpinya. untuk memerangi kerajaan gowa???

@@sriwahyuni-nn4qc trus z tanya anda jg mnrt anda siapa yg pantas tuk d gandeng tuk melawan powernya Gowa?di mna yg anda anggap terhebat cba paparkan?

Iyye mungkin Iyya mungkin tdk bosku bersenang.senang diatas penderitaan rakyat Bone dan Soppeng bukanlah pilihan yang tepat

Klo tidak tau sejarah bone dan sulsel jgn bnyak cerita, zaman itu gowa telah menduduki/menjajah kerajaan bone makax sebagai raja arung palakka membela tanah air nya nha disini voc memanfaatkan pelung mendukung raja bone arung palakka, kita harus mengerti dan memahami sejarah

Aduhh salah lagii, saat itu blm ada perjanjian setelah peperangan baru ada perjanjian trs raja Gowa yg ke 10 sakit parah dalam keadaan berperang lalu dipulangkan,setelah 40 hari baru raja Gowa ke 10 meninggal karena sakit dan digantikan oleh adiknya raja Gowa ke 11 untuk melanjutkan peperangan dan mendesak bone sampai ke jantung pertahanannya,setelah sampai di jantung pertahanannya tbtb pasukan kerjaaan bone muncul dgn jumlah dgn banyak dan memukul mundur pasukan Gowa dan membuat raja Gowa yg ke 11 meninggal.isi dri perjanjian itu melepaskan kembali tanah bone karena mmang daerah kekuasaan bone sebelumnya yg dimenangkan perang melawan kerajaan luwu

@@Kamilah916 sebelumnya perang ini gowa adalah sekutu bone dalam konfik bone dan luwu....

@@Kamilah916 raja gowa ke 10 menderita luka parah dlm perang dan meninggal, raja gowa ke 11 tertangkap dan di penggal... begitu kan bro?

opu barakka kalau sepengetahuan saya bro raja Gowa yg ke 10 yaitu karaeng tunipallangga itu meninggal karena sakit parah waktu ingin menyerang kerajaan bone trs dipulangkan ke Gowa setelah sekitar 20 hari dipulangkan raja Gowa ke 10 meninggal lalu di gantikan oleh adiknya raja Gowa ke 11 karaeng tunibatta yg menjabat hanya 40 hari,raja Gowa ini meninggal karena perang,penyerangan yg dilakukan oleh kerajaan Gowa ini membuat kehilangan nyawanya

@@Kamilah916 perjanjian ini yg saya maksud, perjanjian yg dikhiananti oleh gowa....... Kunjungan Raja Gowa secara formal, dan berhasil mem-bentuk hubungan persahabatan bilateral antara Gowa dengan Bone. Dengan upacara khidmat, memperhadapkan sen-jata kebesaran Kerajaan Bone dan senjata kebesaran Kerajaan Gowa di Laccokkong, Watampone, ibu kota Kerajaan Bone (1538 M).Setahun kemudian, Raja Bone VI La-Uliyo Bote’E melakukan kunjungan balasan ke Kerajaan Gowa dan berhasil membentuk dualallianceantara Bone den-gan Gowa yang disebut “Ulu Ada’e ri Ta-malate” (Perjanjian Tamalate).

Siapa bilang?? Jangan salah, silahkan anda mengamati sejarah raja Bone krna masuknya Islam pertama kali di Bone ada pada salah satu kerajaan Bone yg memerintah pada waktu klu tdk salah dia seorang perempuan

Arung Palakka lebis fasih bahasa Makassar dripd Bugis..

Bone,Soppeng VOC belanda vs Gowa,Wajo dan luwu

@@daeng4774 kau lupa mandar dan bima

@@zakha6971 betul maaf z lupa 😁

@@daeng4774 belum lagi kerajaan bugis lainya

Wajo masih sekutu tebaik GowaTallo, dan jasa masih teringat sampai sekarang, krn Bugis Wajo byk yg meninggal pada saat itu,,,

SETELAH JATUHNYA BENTENG SOMBA OPU PERDAGANGAN BUDAK MERAJA LELA By= Abbas daming "PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN ABAD 17 HINGGA ABAD 19 " Cuplikan dari buku : SlRTJO KOOLHOF & ROBERT ROSS Upas, September and the Bugis at the Cape of Good Hope. The Context of a Slave's Letter PERDAGANGAN BUDAK DI SULAWESI SELATAN Gambaran mengerikan tentang perdagangan manusia pada abad ke-17 hingga ke abad-19 Orang Bugis sebagai budak Dari catatan awal orang luar, Bugis yang mendiami barat daya semenanjung pulau Sulawesi, muncul sebagai pedagang penting, meskipun itu tampaknya mereka baru benar-benar mulai memainkan peran penting dalam perdagangan antar pulau sejak abad ketujuh belas dan seterusnya, mengambil alih peran itu. dari Melayu dan Jawa. Selain rempah-rempah, tekstil dan barang lainnya, budak merupakan komoditas penting bagi para pedagang Bugis. Tapi, yang cukup menarik orang Bugis sendiri juga merupakan komoditas penting: mereka kelompok etnis terbesar budak di abad kedelapan belas. Hindia Belanda (Reid 1983: 29-30; Sutherland 1983). Pada tahun 1816 di Batavia, ibu kota koloni Belanda, 25,8% budaknya adalah orang keturunan Bugis, sedangkan sebanyak 42,99% dari populasi budak berasal pulau Sulawesi (Abeyasekere 1983: 291). Pada tahun 1548 Manuel Pinto yang pernah tinggal di Sulawesi Selatan selama tiga tahun, menulis bahwa 'tanahnya sangat bagus dan memiliki banyak emas dan kayu cendana dan aguilawood dan pernis dan banyak budak dan banyak makanan, baik nasi dan daging ' (Schurhammer 1980: 629). Cornelis Speelman, laksamana Belanda bersama sekutu lokalnya pangeran Bugis Arung Palakka, menaklukkan kerajaan Makassar pada tahun 1660-an melaporkan bahwa budak-budak diimpor dari berbagai tempat wilayah di Filipina dan Kepulauan bagian timur (Maluku, Pulau Sunda Kecil) dan diekspor ke Batavia, Banten, Palembang, Jambi, Johor, Malaka, Aceh dan Banjarmasin (Noorduyn 1983). Nicolas Gervaise, menulis tentang Makassar pada tahun 1688, mengamati bahwa ada 'sangat sedikit budak di negeri ini': para tawanan perang yang mereka tangkap diangkut ke bagian lain dari kepulauan karena takut mereka akan 'mengganggu ketenangan publik' (Gervaise 1701: 81). Laporan tentang perdagangan budak di abad kedelapan belas sangatlah langka, tetapi kenyataannya memang demikian jelas jumlah budak yang berasal dari Sulawesi meningkat secara signifikan. Selama dekade terakhir abad ketujuh belas, setelah masa pergolakan setelah Perang Makassar, sekitar 200 budak diekspor dari Makassar ke Batavia setiap tahun. Sepanjang abad kedelapan belas itu jumlah budak yang diangkut mencapai sekitar 3.000 orang per tahun. Dari tahun 1660-an hingga awal abad kesembilan belas Sulawesi Selatan mungkin kehilangan lebih dari 100.000 penduduknya (Sutherland 1983: 270; Reid 1993: 69). Pedagang Bugis abad kedelapan belas yang tinggal di pesisir Kalimantan melakukan perdagangan intensif dengan pulau-pulau Sulu, di mana mereka kebanyakan mendapatkan budak berasal dari Filipina, dan diangkut ke berbagai kota di nusantara (Warren 1981: 13). Laporan pemerintah yang ditulis di Makassar pada tahun 1799 memberikan penjelasan lebih lanjut tentang wabah perdagangan budak di daerah itu. Disebutkan dari keluhan penguasa Bone pada tahun 1743 tentang pembelian oleh 'pedagang rendahan' dari 'orang yang dicuri' di teluk Bone (Blok 1817: 3). Laporan juga menyebutkan fakta bahwa budak tidak hanya berasal dari luar daerah kota tapi geng yang disebut 'bond-men' menjelajahi kota untuk mencari orang-orang yang kemudian ditangkap dan dijual sebagai budak: 'Spesies mengerikan itu perampokan sangat sering dilakukan di dekat rumah rakyat kita sendiri, di rumah kita kamp, ​​atau desa, di dalam kota kita sendiri. [...] Tergantung di semua desa yang mereka kunjungi dengan pasukan di malam hari, dan di luar musim berjam-jam, untuk merebut mangsanya, yang, jika berhasil, mereka segera membawanya ke majikan mereka, atau ke pedagang budak mana pun '(Blok 1817: 12). Tidak puas dengan gambaran mengerikan dari para penulis Belanda, Inggris. Penerjemah laporan menambahkan pengalamannya sendiri ke laporan. Contohnya, : Dia menggambarkan pertemuannya saat berjalan-jalan sore di kampung Bugis dengan dua pria menyeret sepertiga. Yang ketiga tampaknya seorang pria Bugis yang akan dibunuh oleh para penculiknya, karena mereka tidak melakukannya berhasil menjualnya sebagai budak. Untuk menyelamatkannya. Von Stubenvoll, Penerjemah, membelinya dari kedua orang itu, dan kemudian membebaskannya (Blok 1817: 21-2). Selama abad kesembilan belas jumlah laporan oleh Penjelajah Independen di Sulawesi Selatan meningkat, begitu pula deskripsi contoh perbudakan. James Brooke, 'raja putih Sarawak', dalam deskripsi kunjungannya ke Kerajaan Bugis di Wajo, menyebutkan kisah seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang, diperintahkan untuk membawa tas pengunjung, kemudian dijual sebagai budak. Kerajaan Sidenreng oleh pengunjung yang sama (Brooke 1848: 111-2). Di Tahun 1879 Carl Bock, seorang penjelajah Norwegia, menjadi ciri kota pelabuhan Bugis Paré-Paré sebagai 'sarang budak di mana gadis-gadis muda yang Cantik/jelita/ tampan dijual masing-masing untuk dua puluh hingga lima puluh gulden (Bock 1985: 21). Salah satu deskripsi paling pedih tentang budak dan budak Bugis di Singapura diberikan oleh penulis Melayu terkenal ABDULLAH BIN ABFUL KADIR MUNSYI (1796-1854) dalam otobiografinya : Hikayat Abdullah __ Suatu hari pada musim ketika orang Bugis datang ke Singapura saya melihat lima puluh atau enam puluh budak laki-laki dan perempuan dipimpin oleh laki-laki Bugis di sekitar kota; di antara mereka sudah tua dan muda, beberapa menggendong bayi, beberapa sakit. Mereka digiring bersama oleh seorang pengemudi Bugis, memegang tongkat yang digunakannya untuk memukul mereka di sini, di sana, dan di mana-mana. Saya naik kepada pria itu dan berkata 'Dari ras apa orang-orang ini?' dan dia menunjukkannya padaku mengatakan 'Ini adalah keluarga Mangarai. Ini pria dari Mandar '. [...] Keesokan paginya saya pergi ke pelabuhan untuk melihat-lihat. Ketika saya sampai di perahu, saya menemukannya penuh dengan budak, sekitar tiga ratus pria, wanita dan anak-anak. Beberapa wanita berat dengan anak, artinya jam mereka hampir tiba, dan melihat mereka milikku hati tergerak dengan kasih sayang. [...] Mereka sedang diserahi beras di batok kelapa dan air dalam sendok bambu sama seperti seseorang memberi makan anjing. [...] Pria yang memiliki ini budak berperilaku seperti binatang, tidak tahu malu dan tanpa takut kepada Allah. Gadis-gadis yang lebih muda digantung mengelilinginya sementara dia berperilaku dengan cara yang tidak pantas untuk saya gambarkan di buku ini. Bagi siapa pun yang ingin membeli budak perempuan ini, dia akan membuka pakaian mereka dengan segala macam gerak tubuh yang membuat saya malu untuk menulis. Pedagang budak berperilaku baik cara yang paling biadab, tanpa percikan perasaan, karena aku memperhatikannya ketika kecil anak-anak para budak berteriak mereka menendang mereka sampai kepala sampai tumit dan memukul ibu mereka dengan tongkat, menimbulkan kelemahan buruk di tubuh mereka. [...] Mayoritas Budak wanita adalah orang Bali dan Bugis. Mereka dibeli oleh laki-laki dari semua ras, Cina, India, Melayu, yang membawa mereka menjadi istri dan yang banyak jumlahnya keturunan ada di sini sampai hari ini. {Hikajat Abdullah 1953: 232-4; terjemahan Hill 1955: 161-2).

Jika yg bersekutu dgn penjajah sebelum indonesia ada disebut pengkhianat maka makassarlah pengkhianatnya krena di zaman arung palakka voc belum menjajah namun hanya sebagai pedagang. Voc baru mulai menjajah dan ingin menguasai sulsel itu dimulai tahun 1800 dan di tahun 1800 bone adalah musuh terkuat voc pada masa itu sedangkan gowa dan kerajaan makassar lainnya justru membantu VOC. ini adalah fakta sejarah yg sesuai data yg dapat dipertanggung jawabkan

Arung palakka lebih tua dari Sultan hasanuddin, beda kurang lebih setahun, mereka tumbuh bersama dalam lingkungan istana kerajaan gowa yg satu pewaris tahta kerajaan gowa dan yg satu pewaris tahta kerajaan bone dan yg satu pangeran kerajaan dan yg satunya tawanan lalu menikah dengan anak orang yg sama karaeng pattinggalloang lalu tinggal dlm istana yg sama sampai arung palakka memilih jalan yg salah memberontak dan berhianat pada kerajaan gowa bekerjasama sama VOC belanda sampai mati ditembak oleh belanda juga trus sampai berwasiat minta untuk dimakamkan di kerajaan gowa disamping ayah angkatnya sekaligus mertuanya yaitu karaeng pattinggaloang serta istrinya dg talele yg semua orang tersebut itu keluarga dari sultan hasanuddin.

@@muhammadibrahimchannel9327 betul yang anda blng kawan memang lontara juga mngatakan demikian,jika arung Palakka besar di lingkungan kerajaan Gowa dan di asuh dan di didik oleh Karaeng patingaloang,namun ada pemicu yang membuat arung Palakka,melihat penindasan rakyat Soppeng dan Bone kala itu, sebagian di bunuh oleh mandor2 pekerja pembangunan benteng somba Opu kala itu,kita sama2 mngetahui jika arung Palakka lahir di tanah Soppeng,dan orang tuanya berasal dari raja Palakka Bone,Abang tau rakyat Bone dan Soppeng 17 Tahun lamanya jadi tawanaan perang,arung Palakka masih kecil kala itu jadi belom ada pikiran untuk untuk perlawanan,namun puncak siri ini saat melihat rakyatnya,di bunuh Karen kelelelahan saat membangun benteng ini,mnrut lontara, pemberontak AP membuat smngat juang rakyat Bone dan Soppeng membara,sehingga saat itu melarikan diri karena kalah itu jga raja Sultan Hasanuddin di tallo sdng berburu,sehingga mndapt celah terhadap AP untuk melarikan diri,hingga smpat beberapa hari bersembunyi di kerajaan Buton,hingga bisa Sampai Batavia,smua yang di lakukan AP ada penyebabnya jika kita mau berpikir dngan baik, bukan dngan kebencian,kita TDK bisa mngambil dari sudut pandang jaman skarang untuk memahaminya,kita jga harus memahami sejarah,melihat kondisi di jaman itu bro

@@superwin964 dia bilg arung palaka mati di tembak voc ahahahaha lucu saya dengar

@@hasrhyhasri1987 itu slah Skali jika,arung Palakka mati di tembak VOC karena di dalam buku sejarah yang saya baca TDK ada mngatakan hal demikian,namun yang saya baca mati di racun,mohon koreksi jika salah,dan memang yng melalakukan itu VOC sndiri,dan arung Palakka mengetahui itu, dan yang saya baca dia memotong rambut nya sdikit entahlah,bnyak versi si

@@superwin964 bukan karena siri'...tapi karena dihasut oleh voc

Mari kita bijak menyikapi karena semua tindakan ada yang melatarbekakangi, 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Eh..betul sih..tapi klo mau berjuang, tetap jangan mintol sama penjajah

@@brownmuhammad9629 gowa dan voc sama2 penjajah sama2 haus kekuasaan jadi tidak ada salahnya bila penjajah diadu dengan penjajah.

@@jumardiumar5680 merasa dijajah ya... Ok, lho mungkin aja benar, tapi..apakah orang² minangkabau itu adalah orang² penjajah?? apa salah mereka sehingga harus ditumpas ketika ingin bebas dari penjajahan VOC??

Salah apa madsunya

Kalai tdk salah ada juga bersi terjemahannya dijual di tokopedia, Judulnya Lontara Sakke 🙏🏻

Itulah fakta sejarah demi kepentingan mereka, Dan sampai skrnf dikalangan kita pun masih banyak provokator

Dan sayangnya bone hancur karna voc mengunakn prajurit makassar... Sangat miriss

@@hasrhyhasri1987 mungkin bone sudsh semena menana kepada gowa sehingga gowa bersekutu voc menghsncurkan bone tapi ingat gowa bukan antek belanda karna gowa tidsk bersekutu melawan pasukan kerajaan kerajaan nusantara lainnya beda aru palakka dan pasukannya menjual dirinya kepada voc dengan segsla cara walaupun harus bersekutu dgn voc menghancurkan pasukan aceh.

@@anwarsaleh1830 mungkin???cerita itu sesuai sejarah jgn pakai kata mungkin,,

@@hasrhyhasri1987 loh bukanx stelah gowa dikalahkan VOC tdk bisa ap2 lg ? Kok masih bisa berperang melawan bone yg daerah kekuasaanx sangat luas ? Tolong penjelasanx dlu kanda

Ok saya orang bone tdk masalah di bilang raja bone ke 16 penghianat jika itu buat anda senang,tp saya yakin tdk semua orang gowa berfikir seperti anda,,,dan semoga orang gowa masih ingat dengan raja bone ke 7 la rewa tenri bongkangE,,,ada sejarahnya jg itu dengan gowa.....tp sdh lah bone gowa itu saudra bro kita hya di adu domba pada saat itu,,,tdk boleh saling menjatuhkan karna tdk ada habisnya....!!! Pajung ri luwu mangkau ri bone somba ri gowa sanggala ri toraja itu bukti kita semua bersaudara bos

Ewako suku mangkasara

kata2mu kasar kawan....!

Sarrunamo klo ada nakaana..baji bajiki bawa mu @izwan

Yang mencium pantat VOC itu yang menanda tangani perjanjian bongaya.

@@jumardiumar5680 jangan begitu kawan ....

Arung Palakka jago itu banyak sejarahnya.

🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Saribbtanna Sombaya ri gowa

Itu tindakan balas dendam sekaligus hukuman buat kerajaan wajo.... 1. Dikatakan tindakan balas dendam karena wajo salah satu sekutu Gowa Yang menyerang Bone tahun 1643, wajo sekutu setia Gowa melawan VOC 2. dikatakan hukuman karena wajo termasuk sekutu gowa yang tidak mau tunduk pada perjanjian, dan wajo salah satu aliansi telluponcoe yang lebih memilih bersekutu dengan gowa daripada telluponcoe.

Arung palaka mengabil hak nya sebagai raja dan mengasi pelajaran kalau harga diri di junjung tinggi dulu di tindas harga dirinya dan rakyat Bugis,kini pembalasan karnya nyawa di bls nyawa,karna yg terkuat itu yg layak jadi raja jelas arung palaka menahlukan Makasar dan membebaskan orang Bugis dari kerja pakasa bukti kalau dia raja yg bertanggung jawab,

@@jumardiumar5680 selalu muncul ini orang jadi provokator..jgn asal bunyi kau

@@denignw7074 AP bukan representasi bugis, dia mewakili bone dan soppeng saja, jd salah dlm planaran klo gowatallo memperbudak secara keseluruhan bugis krn bukti wajo adalah mitrasetia gowatallo

@@ZulKifly Wajo itu lebih dulu menyutujui perjanjian telluponcoe tapi ujungnya dia menghianati perjanjian itu dan lebih memilih membantu Gowa jadi itulah alasannya