Рет қаралды 1,162
Mbah Nur panggilan akrabnya waliyullah dan ulama’ yang zuhud dan penuh karismatik. Mbah Kyai Haji Noer Durya Bin Sayid lahir di Desa diujung selatan Kab. Pemalang dekat Gunung Slamet, yaitu dukuh Genting Desa Walangsanga, pada hari Jumat Tahun 1873.
Mbah Nur adalah sosok yang dikenal oleh para peziarah diseluruh Nusantara, bahkan sampai negara tetangga. Hingga saat ini banyak sekali peziarah yang datang dari beberapa daerah di Indonesia, apa lagi menjelang bulan sya’ban peziarah harus mengantri ketika ingin masuk kearea makam.
Banyak sekali berdar cerita tentang keharismatikan beliau, dari mulai keistemawaan beliau yang sejak kecil tidak kehujanan sampai sang guru ghoibnya.
Berikut adalah beberapa cerita yang kental di Masyarakat Moga :
1. MENYELAMATKAN SANTRINYA YANG SOWAN KETIKA BANJIR BANDANG DATANG
Ada seorang santrinya Mbah Nur Moga dari Desa Kangkung Mranggen Jawa Tengah yaitu KH. Abdul Muid yang sangat takdim dan patuh terhadap dawuh-dawuhnya Mbah Nur Moga, dan setelah wafatpun beliau KH. Abdul Muid setiap tahun pasti kesana untuk meng khauli gurunya itu, disuatu tahun kira2 tahun 2011, ketika selesai berzirah dan ingin pulang, tidak tahu kenapa mobil bisnya macet dan tidak bisa jalan dan diperbaiki sampai jam 3 malam tetap tidak bisa nyala mobilnya, trus KH. Abdul Muid memutuskan untuk bermalam dimakamnya Mbah Nur,,, dan anehnya tanpa diapa-apakan, paginya mobil itu bisa menyala sendiri, dan ketika sampai di Prmalang, ternyata tadi malam ada bencana banjir besar bahkan air banjir bandang itu katanya warga sampai berwarna hitam,,, bahkan yang diakibatkan dari banjir bandang semalam yaitu putusnya jembatan Comal Pemalang karna diakibatkan banjir tadi malam itu,,, semenjak itu dengan kejadian mobil yang mogok tanpa adanya masalah itu bisa disimpulkan, bahwa Mbah Nur Moga tidak mengijinkan santri kesayangannya pulang karna tidak ingin santrinya yang baru saja sowan itu kena musibah diperjalanan pulangnya. ( cerita ini dikutip dari ketua Maarif Kab. Demak )
2. MODAL PERJALANAN SOWAN PASTI SUDAH DIHIDANGKAN DI MEJA MBAH NOER MOGA
Suatu saat ketika Mbah Nur Moga masih sugeng ( hidup ). Santri Mbah Nur K. Bardi dan KH.Abdul Muid kepengin sowan kepada gurunya yaitu KH. Noer Durya Bin Sayid, dan ketika itu beliau tidak punya sangu untuk kesana, dan yang dipunyai hanyalah pisang yang masih dipohonnya, lalu ditebanglah pohon pisang itu dan dijualnya untuk modal perjalanan berangkat sowan kepada gurunya Mbah Nur Moga, singkat cerita sesampainya dirumah Mbah Nur yang berada persis dibibir sungai itu, beliau kaget, karna pisang yang ditegor dari kebunnya dan dijualnya dibakul itu, ternyata sangat persis dengan pisang yang dihidangkan oleh Mbah Nur kepada santrinya itu K. Bardi dan KH. Abdul Muid, (cerita ini dikutip dari dawuh KH. Abdul Muid saat mengkaji kitab Nashoihul Ibad)
3. KETIKA BANJIR DATANG AIRNYA MENGALIR MIRING MENYINGKIR DARI KEDIAMAN MBAH NOER
Kediamannya Mbah Nur di Blok Manggis Genting Desa Walangsanga Kec. Moga memang tidak sewajar untuk keumuman manusia, karna apa, kediaman beliau terletak dibawah dasar sampir persis bibir sungai, yang bisa dibilang antara rumah beliau dengan sungai tidak ada jarak bahkan bisa dibilang menyatu dengan sungai, tapi itulah yang membuat ke kharismatikan Mbah Nur Moga semakin terlihat, dan kesederhanaan rumahnya yang terbuat dari bambu (gedhek bahasa jawanya) itu semakin terlihat kezuhudannya beliau, namun ada titik khowarikul adahnya dari beliau, ketika banjir datang disungai itu, air sungainya tidak pernah merendam rumah Mbah Noer, bahkan air sungainya yang meluap itu seakan mengalir miring menghindari rumah Mbah Nur yang hanya terbuat dari bambu itu, sebesar apapun banjir yang datang, pasti airnya miring dan tidak sampai menggenangi bahkan menyentuh pintu bilik rumahnya Mbah Nur , subahanallah, kalau Allah menyukai seseorang, pasti Allah menyuruh semua mahkluk ciptaannya untuk hormat dan takdim kepada orang yang dikasihi allah itu,,,
#mbahnurwalangsanga
#walangsangamoga