Рет қаралды 30,311
Luar biasa. Itulah kesan yang didapat dari perhelatan akbar TNI yang melaksanakan latihan perang gabungan tiga angkatan selama sepekan yang berakhir 12 September 2019 di sepanjang pantai utara Situbondo sampai Banyuwangi Jawa Timur. Simulasi pertempuran melibatkan belasan ribu prajurit dan ratusan alutsista canggih berbagai jenis yang dimiliki TNI.
Melalui jaringan digital battle management system untuk TNI AD dan network centric untuk TNI AL dan TNI AU jalannya simulasi pertempuran benar-benar terkoordinasi dalam satu komando. Ketika menuju daerah pertempuran konvoi armada TNI AL yang berjumlah 23 KRI dan 1 kapal selam dihadang kapal perang musuh. KRI Sultan Iskandar Muda 367 mengeluarkan senjata canggihnya, peluru kendali anti kapal Exocet MM40 blok 3. Kemudian dari jarak 70 km kapal perang “musuh” KRI Sambu 902 yang baru dipensiun berhasil ditenggelamkan.
TNI AU selain mengerahkan jet-jet tempurnya juga mengerahkan 12 pesawat angkut berat Hercules, 1 pesawat Hercules Tanker BBM, 4 pesawat CN 295, 3 Boeing 737 Intai Strategis, 2 UAV Aerostar, 4 Helikopter ECc725, 1 Helikopter Collibri, 2 pesawat C212. Secara hitung-hitungan ada sepertiga kekuatan TNI dikerahkan dalam Latgab terbesar tahun ini.
Perolehan alutsista yang didapat sejauh ini sudah memberikan nilai bangga meski secara kuantitas dan kualitas masih belum sampai pada persyaratan minimal. Masih ada MEF jilid III yang dimulai tahun depan. Dan tentu masih akan datang berbagai jenis alutsista yang dinantikan seperti 11 jet tempur Sukhoi SU35.
Program pengadaan jet tempur F16 Viper, pesawat angkut Hercules seri J, helikopter Apache, helikopter Chinook, kapal perang Fregat, kapal selam, kapal cepat rudal, peluru kendali SAM, radar Master T, MLRS Astross dan lain-lain dipastikan akan semakin memperkuat benteng pertahanan kita.
Catatan kita adalah jangan terlalu sering mengadakan latihan tempur di Situbondo. Sekali-kali di rute terjauh, misalnya di Papua. Sekalian untuk menguji endurance pasukan dan daya tahan alutsista. Perjalanan panjang menuju Papua tentu menjadi nilai tambah utamanya bagaimana peran logistik, pengawalan konvoi dan peran tempur sepanjang perjalanan.
Sejalan dengan itu Armada Tiga yang berpusat di Sorong perlu dipercepat isian alutsista berupa KRI striking force dan LST termasuk pasukan Marinir dan tank amfibi. Skadron tempur di Biak dan skadron helikopter di Jayapura segera direalisasikan. Kita berpacu dengan waktu untuk memperkuat militer secara permanen di Timur negeri ini.