Рет қаралды 33,769
Nyiramin
Rahina Wraspati Wage Watugunung (Kamis), 26 Nopember 2015
Ring Grya Peling Padangtegal, Ubud
Om Swastyastu
Sebelum tahun 1964 Desa Pakraman Padangtegal belum memiliki seorang pendeta. Pada saat itu untuk penyelesaian “Pemuput” pelaksanaan Upacara baik di Pura Kahyangan Tiga, Pura Swagina, Pura Panti, Merajan atau Sanggah selalu mendatangkan Sulinggihdari luar desa, sehingga waktu pelaksanaan yadnya sering sampai larut malam bahkan sampai dini hari. Kondisi seperti ini berlangsung cukup lama dan sangat memprihatinkan.
Mengingat situasi seperti ini, maka para tetua Desa Adat Padangtegal di bawah kepemimpinan Bendesa I Made Kari (alm.) kemudian berinisiatif ngadegan seorangpendeta milik desa adat, dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat Padangtegal dan sekitarnya dalam penyelesaian yadnya, sekaligus untuk mendapatkan bimbingan rohani.
Para tetua Desa Adat Padangtegal kemudian mendatangi Ida Pedanda Gede Manuaba (alm.) yang sedang bekerja di sawah untuk dimohon agar berkenan menjadi “Pedanda”. Sebenarnya beliau kurang berkenan pada saat itu karena beliau menyadari segala keterbatasan pengetahuan dalam bidang kesulinggihan dan kondisi kehidupan yang sangat minim pada saat itu.
Setelah didesak kemudian beliau menyetujui, maka dilaksanakanlah Upacara Pediksan pada tahun 1964. Sejak saat itu Desa Adat Padangtegal yang kini menjadi Desa Pakraman Padangtegal memiliki seorang pendeta.
Keberadaan beliau di Desa Pakraman Padangtegal adalah sebagai Bhagawanta Desa, seperti yang termuat dalam Awig-Awig Desa Pakraman Padangtegal, Palet 2, Pawos 7.
Status beliau sebagai Bhagawanta Desa disamping menjalankan swadharma seorang Sulinggih, beliau juga berfungsi mendampingi Bendesa beserta Prajuru Adat lainnya dalam mengabdi kepada Ida Bethara Sesuhunan dalam menata tata titi kehidupan masyarakat dan Palemahan Desa Pakraman Padangtegal.
Dengan demikian segala bentuk kebutuhan hidup sampai upacara kematian beliau menjadi tanggungjawab Desa Pakraman Padangtegal.
Om Santih, Santih, Santih, Om