Рет қаралды 97,241
"Sambungan Biografi Dari Video Sebelumnya"
Kiprah beliau sebagai seorang seniman, telah diakui dengan penghargaan anugerah seni “Wija Kusuma” dari Kabupaten Gianyar, pada tahun 2014 dalam bidang Seni Sastra, bersama sejumlah seniman-seniman senior yang telah mendedikasikan diri dalam berbagai bidang kesenian.
Keistimewaan lain beliau pada saat muput upacara kematian, yang sangat jarang dilakukan oleh sulinggih lain adalah mencantingkan puja penglukatan dengan posisi berdiri langsung di sebelah jenasah. Sebuah bentuk pelayanan utama dan yang terakhir kali yang ditujukan kepada umat sedharma yang telah meninggal.
Di sisi lain, beliau mempunyai kecintaan yang tinggi terhadap lingkungan dan dunia agraris, sampai khusus membeli lahan pertanian di daerah Pupuan yang sering beliau gunakan untuk menghabiskan waktu senggang.
Guna melengkapi kegairahan spiritualnya, beliau sempat melakukan perjalanan suci dalam kurun waktu 1980 s/d 1982, yang diawali dari Gunung Lawu ke Semeru menyeberang ke Pulaki, Gunung Batur, Gunung Agung, dan Gunung Lempuyang, kemudian menyeberang ke Gunung Rinjani Lombok, Sumbawa, dan balik kembali ke Bali ke Pura Silayukti. Beliau melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Lempuyang kemudian turun dan menetap di Pura Sari di kaki Gunung Lempuyang.
Perayaan ulang tahun kelahiran beliau yang ke-95, yang bertepatan dengan 50 tahun masa pengabdian beliau selaku Bagawanta Desa Padangtegal pada tahun 2014, merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur yang mendalam oleh segenap masyarakat Padangtegal Ubud dan sekitarnya.
Sebenarnya masih banyak peran dan pengabdian beliau dalam swadharma beliau sebagai pendeta yang belum dapat terungkap karena keterbatasan ruang ini.
Demikianlah sekelumit biografi Ida Pedanda Gede Manuaba yang kini telah mencapai maha semadhi, Nyunia, Amor Ring Achintya.
Puput
Suksma