REKASADANA KESENIAN KHAS DUTA KABUPATEN BADUNG | PKB XLVI 2024

  Рет қаралды 534

Pemkab Badung

Pemkab Badung

Ай бұрын

Tabuh Dua Lelambatan Siwa Murti
Tabuh Dua Lelambatan "Siwa Murti". Tabuh ini diciptakan pada tahun 2007 oleh
I Ketut Suarta Jaya S.Skar dalam ajang festival gong kebyar dewasa pada Pesta Kesenian Bali
ke-29 yang dibawakan oleh Sekaa Gong “Dharma Laksana” Banjar Peken, Desa Adat Bualu,
Kecamatan Kuta Selatan, sebagai Duta Kabupaten Badung. Dalam hal ini Sanggar Semeton
Seni Nusa Dua merepresentasi kembali Tabuh Siwa Murti yang diciptakan 17 tahun silam pada
kesempatan Rekasadana (Pagelaran) Pesta Kesenian Bali ke-46, dimana tabuh dua lelambatan
memiliki sifat yang berbeda dibandingkan dengan tabuh lelambatan lainnya dimana pengawak
tabuh dua dapat disajikan secara marathon/berulang/berkesinambungan. Apabila yang
diinginkan pengawak lebih pendek cukup disajikan hanya dalam 1 (satu) gong, sedangkan
apabila komposisi ini dimainkan dalam waktu yang lebih lama, bagian pengawak ini dapat
diulang beberapa kali tanpa jeda. Dengan dilakukannya pengulangan ini menjadikan tabuh dua
lelambatan dapat disajikan lebih lama dari ukuran lelambatan terpanjang yaitu tabuh kutus.
Namun demikian, mengamati perkembangan yang terjadi pada tahun 2006 dan 2007
terjadi perubahan dalam beberapa aspek seperti pada tata penyajian, terutama di bagian
pengawak tidak lagi mempergunakan format pengulangan sebagaimana yang diciptakan pada
tahun 1994. Suatu keunikan yang terdapat dalam penggarapan tabuh dua lelambatan Siwa
Murti ini, yaitu menyajikan pola pengawak yang diulang dua kali. Adanya pengulangan
tersebut menjadikan bagian pengawak lebih panjang dan menimbulkan kesan
mebasang-metundun (perut dan punggung) atau pola A dan pola B. Jika disimak lebih teliti
melodi yang dimainkan pada bagian pengawak kedua sebenarnya sama dengan melodi
pengawak pertama. Hanya karena terdapatnya melodi pengantar (penyalit) sehingga bagian
pengawaknya terkesan menjadi dua bagian. Terjadinya pengulangan pada bagian pengawak
ini, menjadikan Tabuh Dua Lelambatan Siwa Murti memiliki sifat yang berbeda dibandingkan
dengan tabuh lelambatan lainnya dan menjadikannya sebagai tabuh khas Bebadungan.
Tari Telek Klasik Bebadungan
Tari Sandar Bebadungan diciptakan sekitar tahun 1443 oleh seniman yang tidak
diketahui identitasnya sampai saat ini. Tari Sandar Bebadungan memiliki ciri khas gerak,
tabuh, dan topeng yang unik. Tari Sandar Bebadungan berkembang di pesisir selatan
Kabupaten Badung, tari ini menceritakan tentang Bhatara Siwa bersama Bhatari Uma yang
bercengkrama di taman Siwaloka. Namun pada suatu ketika Bhatara Siwa dan Bhatari Uma
berselisih paham sehingga Bhatari Uma diminta turun ke bumi lalu kemudian menjadi Bhatari
Durga. Saat Bhatari Durga beryoga ngatag bhuta kala dari empat penjuru bumi menyebabkan
terjadinya gering agung atau wabah di marcepada atau bumi.
Melihat keadaan bumi yang rusak, Sang Hyang Tri Semaya, yaitu Sang Hyang Brahma,
Sang Hyang Wisnu, dan Sang Hyang Iswara turun untuk menyelamatkan bumi. Sang Hyang
Tri Semaya mengubah diri menjadi Unen-Unen atau Balih-balihan, dimana Sang Hyang
Brahma menjadi Topeng Bang, Sang Hyang Wisnu menjadi Jauk Ireng dan Sang Hyang Iswara
menjadi Telek. Semua Bhuta Kala serta gering gerubug lari tunggang menyaksikan balihbalihan tersebut, demikian pula Bhatari Durga kembali menjadi Bhatari Uma serta kembali ke
Siwaloka. Cerita tersebut dalam pustaka lontar Barong Swari.
Tari Telek Sandar Bebadungan ini juga memiliki ragam gerak yang khas sebagai tari
pengiring sesolahan atau pementasan sesuhunan atau manifestasi Tuhan masyarakat Desa
Bualu.Terbentuknya tari ini selanjutnya difungsikan sebagai persembahan kepada Ida Bhatara,
dan biasanya ditarikan saat Ida Sesuhunan Napak Pertiwi atau manifestasi tuhan menari.
Tari Maskot Padma Kesara
Om Saraswati Padma Kesara Warnini
Padma Kesara merupakan nama indah yang diberikan oleh para pujangga kepada
Bunga Teratai berwarna merah muda diabadikan sebagai warna Wirama Kakawin yaitu Wirat
Padma Kesara. Bunga Padma Kesara hidup di tiga alam, Bhur, Bhwah Shwah, dan merupakan
bunga persembahan umat manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta para Dewa.
Keberadaan kembang teratai yang disebut Padma Asta Dala yang menginterpretasikan
Desa Adat Bualu yang tergabung dari delapan banjar. Terinspirasi dari konsep tersebut,
terbentuklah sebuah karya Tari Maskot Desa Adat Bualu dengan judul “Padma Kesara” dengan
makna sebagai sebuah pemersatu serta melambangkan karakteristik masyarakatnya.
“ASTIKA TUNGGAL IKA”: “Tan Hana Bualu Mangruwa” : (Delapan itu adalah satu)

Пікірлер: 1
@igedeandikayana7619
@igedeandikayana7619 Ай бұрын
Petang hadir❤
REKASADANA REKONTRUKSI GAMELAN TUA  DUTA KABUPATEN BADUNG | PKB XLVI 2024
1:38:55
Tari Telek Klasik Bebadungan | Duta Kab Badung | PKB 2024
32:02
Secret Experiment Toothpaste Pt.4 😱 #shorts
00:35
Mr DegrEE
Рет қаралды 34 МЛН
НЫСАНА КОНЦЕРТ 2024
2:26:34
Нысана театры
Рет қаралды 1,2 МЛН
JANGER KLASIK WARINGIN EMAS PKB 2024
2:05:37
Gungde 88
Рет қаралды 503
Cak Tari ChandraMawa - PKB2024
20:29
FANDY BALI Channel
Рет қаралды 30 М.