Рет қаралды 985
Pura Samuan Tiga adalah sebuah bangunan pemujaan bagi pemeluk agama Hindu di Bali.
Bangunan tersebut terletak di Desa Bedulu, Gianyar, yang telah berdiri sejak masa-masa prasejarah.
Hakekatnya, pura ini berfungsi sebagai salah satu media pemujaan kepada kekuatan alam dan
perjalanan sejarah yang sangat panjang, sehingga ada kemungkinan ada informasi yang hilang,
seperti yang ada di salah satu halaman dalam lontar Tatwa Siwa Purana menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Prabu Candrasangka membangun pura Penataran sasih dan Samuan Tiga dan ilen-ilen (hiburan) tarkala piodalan seperti nampiyog nganten, sanghyang jaran nglamuk beha
(menginjak bara), mapalengkungan siyat pajeng, pendet dan siyat sampian dengan tujuan
menghilangkan sehananing leteh dan membersihkan diri.
Dalam Lontar (kitab Suci Weda) Tatwa Siwa Purana dalam lembar 11 menyebutkan,
"Dan lagi semasa pemerintahan beliau Prabu Candrasangka (Candrabhayasingha
Warmadewa) membangun pura, antara lain Penataran Sasih dan Samuan Tiga."
Dari data teks tentang sejarah Bali kuno, pemberian nama Samuan Tiga terkait dengan
adanya suatu peristiwa penting pada saat itu yaitu adanya musyawarah tokoh-tokoh
penting dalam suatu sistem pemerintahan pada masa Bali Kuna. Pelaksanaan musyawarah para tokoh di Bali pada masa pemerintahan raja suami-istri Udayana Warmadewa bersama permaisurinya Gunapriyadharmapatni yang memerintah sekitar tahun 989- 1011 Masehi.
Menurut catatan sejarah, Pura Samuan Tiga dibangun pada Abad X dalam rangka
penerapan konsepsi keagamaan pada masa silam. Saat itu, setiap kerajaan harus memiliki
tiga pura utama.Untuk maksud tersebut, dibangunlah Pura Gunung, dalam hal ini Pura
Tirte Empul di Manukaya Tampaksiring, Pura Penataran yang berada di pusat kerajaan
yang tidak lain adalah Pura Samuan Tiga, dan yang ketiga Pura Segara.