Рет қаралды 27,313
Pada edisi Suara Guru Merdeka Bab 2 ini, @abaherza mengemukakan sebuah metode yang memang dianggap sederhana, tetapi sangat mahal dampaknya; mendengar.
Warganet belum tentu mengetahui strategi Abah Erza dalam mendampingi proses kreatif anak-anak VOB khususnya. Termasuk juga terhadap semua muridnya. Mengapa anak-anak metal itu bisa memiliki ikatan batin sangat kuat dengan gurunya? Dari mana awal mula getar chemistry mereka? Apakah dari sebuah kecelakaan pemikiran atau justru ketajaman argumentasi anak-anak?
Pada saat guru/orang tua/dewasa bicara, siapa yang mendengarkan? Tentu saja anak-anak dan remaja. Guru/orang tua/dewasa kerap kali bicara kepada anak-anak/remaja kemudian mereka diminta untuk bertanya. Sebelum guru/orang tua/dewasa bicara, kapan mereka merasa rela untuk mendengarkan riuh rendah suara batin di dalam benak anak-anak dan remaja? Hanya orang dewasa yang bijaksana yang bahagia jika anak-anak/remaja memulai pembicaraan lalu meresponsnya. Tidak heran jika anak-anak/remaja di sekolah kurang berani bertanya, misalnya, karena tidak memiliki sosok asyik yang rela mendengarkan mereka berjam-jam.
Jika anak-anak selalu dianggap inferior, maka mereka harus selalu berperan sebagai objek setelah predikat mendengar. Mengapa kata kerja itu seolah harus selalu bersubjek seorang guru dalam dunia pendidikan kita? Anak-anak dan remaja kerap kali harus menyetel telinga mereka sebagai lorong bahasa lisan sang pembicara. Namun, saat anak-anak/remaja bicara, seketika dipatahkan sebelum menyelesaikan topiknya. Mulai saat itu, mereka trauma untuk bicara (lagi). Seorang guru/orang tua/dewasa dapat menemukan keajaiban jika sering mendengar anak-anak/remaja. Keajaiban itu biasanya terlahir dari rasa ingin tahu yang tinggi. Anak-anak/remaja memiliki dorongan itu karena perjalanan hidup yang masih belum jauh.