Aamiin.. Jazakaumullah ahsanal jaza

Udah tes dna?

❤❤❤❤

Jazakaumullah ahsanal jaza

Jazakaumullah ahsanal jaza

aamiin.. Jazakaumullah ahsanal jaza

SUDAH WAKTUNYA NKRI BERSIH BERSIH DARI PERUSAK AQIDAH ISLAM YANG SANGAT MENDASAR & ESSENSI. Misal : Sudah waktunya NKRI bersih bersih dari pengklaim ZURIYYAH PALSU,yaitu pihak yang mengaku sebagai zuriyyah, tetapi klaimnya tersebut tidak/belum terkonfirmasi sebagai zuriyyah. Dan ketika diminta penjelasan atas pengklaimannya tersebut justru malah bersikap tidak mahu tahu. Seakan tak mengindahkan kaidah hukum islam yaitu " jika mengaku sebagai kaum zuriyyah,maka wajib hukumnya untuk membuktikan. Dan jika MENGAKUI zuriyyah palsu sebagai ZURIYYAH ,sedang bukti bukti kepalsuan dari pihak pengklaim zuriyyah palsu tersebut nampak di depan mata, adalah sungguh perbuatan KADZAB & KUFUR..!! Kenapa demikian....?!! Jangan marah marah dahulu. Umat islam itu mengetahui, jika Agama Islam adalah Agama yang sempurna, tetapi umat pemeluk agama islam ( muslim ) itu ada yang taat dan ada yang belum taat. Dan tak ada yang sempurna sebagai MUSLIM kecuali Nabi Muhammad ﷺ dan Nabi Nabi. Kenapa demikian...?!! Terkadang hidup ini ada yang dari kecil BERSYAHADAT dan taat shalat, ( semisal EBB, PBP ) tetapi ketika remaja dan agak dewasa justru sibuk mencari kerja, Kemudian menikah dan punya anak, akhirnya shalatnya agak sering tertinggal, akibat sibuk kerja. Kemudian apakah ini bisa dihukumi KAFIR..?!! O...TENTU TIDAK,.. Karena masih bersyahadat, bersholawat dan masih sholat walau agak ada yang tertinggal dan masih sholat Jum'at. Tetapi hanya dijustis ketaatan akan keislamannya ( imannya ) agak menurun. Namun biasanya seiring waktu dan sudah agak tua, dan anak anaknya sudah dewasa dan mandiri, ( maka orang semisal EBB + PBP ) biasanya taat sholat lagi. Jika mendengar azan dan dalam keadaan tidak sedang ketiduran, maka tanpa di suruh pun akan shalat sendiri ( atau ke masjid ). Karena itulah sudah menjadi tugas kau agar mengingatkan kepada tukang bacot yang sok menghukumi kafir kepada umat awam muslim yang kadang karena keadaan , hingga menjadi seperti termaksud, diharap yang menjustis kafir agar segera bertaubat...!! Karena tidak diperkenankan menghakimi muslim yang masih bersyahadat sebagai kafir...( cari sendiri hadistnya ). Tetapi jika mengakui pihak pemalsu zuriyyah sebagai zuriyyah , sedang bukti kepalsuan akan kezuriyyahan dari pihak pemalsu zuriyyah tersebut ada di depan mata, maka apa hukumnya....?!! ( cari sendiri hadistnya ). SUDAH SAMA SAMA DEWASA, kalau masih pura pura tak mengetahui, diharap segera menikah , agar bisa merasakan nikmatnya surga dunia ( sebagaian dari surga akhirat ). Kalau zina muhson itu bukan bagian surga dunia, tentu pula bukan surga akhirat.Tetapi Allah Maha Pengampun kepada hamba hambanya yang bertaubat. Tetapi jika mengklaim sebagai ITRAH AHLI BAYT/zuriyyah/kaum alawiyyin/kaum alawiyyun, tetapi berbuat ZINA MUHSON, dan tak mau taubat dan masih bersikeras mengaku sebagai ZURIYYAH...?!!! ( apakah salah jika dajjal disebut laknatullah ). Maka jangan salahkan ulama & umat islam yang berusaha saling mengingatkan sebagai sesama umat islam, agar tidak tersesat dalam perbuatan makhluk KADZAB yang diantaranya adalah makhluk yang mengklaim sebagai kaum zuriyyah, tetapi tak ada bukti yang terkonfirmasi atas klaim sepihaknya tersebut. === ==> Dalam sebuah kesempatan, salah seorang sahabat bertanya ke Nabi Muhammad dengan tiga pertanyaan. “Wahai Rasulullah, apakah orang beriman itu bisa mencuri?” Rasulullah ﷺ pun membenarkan, “Benar. Orang beriman bisa mencuri,” jawabnya. Sahabat itu pun bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apakah orang beriman itu bisa berzina?” Lagi-lagi Rasulullah ﷺ pun membenarkan. Orang beriman bisa saja khilaf dan jatuh pada perzinaan. Pertanyaan ketiga, “wahai Rasulullah, apakah orang beriman itu bisa berbohong?” ujarnya. Kali ini jawaban Rasulullah berbeda. “Tidak!” tegas Rasulullah. (HR Tirmidzi). ==> Dalam hadits dikisahkan, Abdullah bin Jarâd bertanya kepada Nabi saw: “Wahai Nabi Allah, apakah seorang mukmin itu mungkin berzina?” Beliau menjawab: “Itu mungkin saja terjadi.” Abdullah bin Jarâd bertanya lagi: “Apakah seorang mukmin itu mungkin mencuri?” Beliau menjawab: “Itu mungkin saja terjadi.” Abdullah bin Jarâd bertanya lagi: “Apakah seorang mukmin itu mungkin berdusta?” Beliau menjawab: “Tidak!” Kemudian Rasulullah saw melanjutkan dengan membaca ayat ini: “Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan ialah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang yang pendusta.” (QS An-Nahl [16]: 105).” [HR Al-Kharaithiy dalam kitab Masawi’ Al-Akhlâq no. 127] Hadis tersebut menegaskan bahwa pendusta itu disamakan sebagai hamba yang tidak mengimani ayat-ayat-Nya. Sedangkan orang mencuri dan berzina, merupakan tindakan khilaf (maksiat), tapi dia meyakini ayat-ayat-Nya. ==> Inilah bohong yang dibolehkan, yakni bohong untuk mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah, beliau mendengar Nabi ﷺ bersabda, “Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim) Sebagai contoh, disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Suatu ketika Nabi Ibrahim pernah bersama istrinya Sarah. Mereka berdua melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa yang zalim. Ketika rakyatnya melihat istri Ibrahim, mereka lapor kepada raja, di sana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik, sementara penguasa ini punya kebiasaan, merampas istri orang dan membunuh suaminya. Penguasa itu mengutus orang untuk menanyakannya. “Siapa wanita ini?” tanya prajurit. “Dia saudariku.” Jawab Ibrahim. Setelah menjawab ini, Ibrahim mendatangi istrinya dan mengatakan, “Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu. Orang tadi bertanya kepadaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku. Karena itu, jangan engkau anggap aku berbohong….” Nabi Ibrahim ‘alahis salam dalam hal ini menggunakan kalimat ambigu. Kata “saudara” bisa bermakna saudara seagama atau saudara kandung. Yang diinginkan Ibrahim adalah saudara seiman/seagama, sementara perkataan beliau ini dipahami oleh prajurit, saudara kandung. Dalam riwayat yang lain: “Belum pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan manusia selain dalam 3 hal: Ketika perang, dalam rangka mendamaikan antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR. Muslim) == => nihan laksananing satya, hana ya tinanan tatan pawuni, majar ta ya, yathabhuta, torasi ikang sakawruhnya, prawrttinya ikang mangkana, yatika laksananing kasatyan => kuneng paramarthanya nihan, tan ikang ujar adwa ktikang mithya ngaranya, tan ikang si tuhu satya ngaranya, kuneng prasiddhanya, mon mithya ikang ujar, teher mangede hita juga, magawe sukhawasana ring sarwabhawa, ya satya ngaranika, mon yathabhuta towi, yan tan pangede sukhawasana ring sarwabhawa, mithya ngaranika. Ada masalah apa..?