Рет қаралды 437
Sejarah Perang Obor
Perang obor adalah semacam upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat desa Tegalsambi kecamatan Tahunan kabupaten Jepara setiap satu tahun sekali pada hari senin pahing malam selasa pon di bulan dzulhijjah. Obor yang digunakan tidak seperti obor biasa, melainkan terbuat dari 2 atau 3 buah gulungan pelepah kelapa kering dan bagian dalamnya di isi dengan daun pisang kering atau dlam bahasa jawa di sebut klaras. Obor tersebut dimainkan dengan cara menyerang pemain satu dengan pemain lainnya sehingga terjadilah percikan-percikan api yang banyak dari obor tadi sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan perang obor. Permainan ini dilakukan oleh pemain yang sudah di tugaskan di desa itu dan tidak sembarang orang bisa memainkannya karena sangat berbahaya.
Asal mula perang obor ini adalah ketika zaman dahulu ada seorang petani sekaligus peternak yang sangat kaya raya bernama mbah Kiayai Babadan. Petani itu sangking kayanya dan memiliki banyak sapi dan kerbau sehingga kualahan dalam merawatnya dan ingin mencari orang untuk menggembalakan ternaknya tersebut. Akhirnya di temukanlah ki Gemblong yang pintar dan tekun dalam memelihara ternak. Ki Gemblong pun di suruh memelihara ternak-ternak dari ki babadan. Ki Gemblong setiap pagi dan sore selalu mengembala dan memandikan ternak-ternak ki Babadakan tersebut sehingga ternak-ternaknya menjadi sehat-sehat dan gemuk-gemuk. Melihat ternaknya yang subur-subur tersebut ki Babadan memuji ki Gemblong karena sudah memelihara ternaknya dengan baik.
Suatu ketika ki Gemblong memandikan sapi-sapinya di sungai dia melihat ada banyak ikan dan udang di sungai tersebut. Ki gemblong pun tertarik ingin mengambil ikan dan udang tersebut. Hari demi hari ki Gemblong selalu menangkap ikan dan udang kemudian di makan dan di bakar di dekat kandang sapi. Lama kelamaan pun sapi ternaknya menjadi banyak yang kurus dan menjadi sakit karena dia tidak lagi mengurusi ternaknya itu. Penyakit dari ternak tersebut sulit di obati dan ki Babadan marah dengan itu semua ketika melihat sapi-sapinya banyak yang mati. Dan akhirnnya ki Babadan marah besar kepada ki Gemblong dengan memukul dengan obor. Ki Gemblong tidak hanya tinggal diam, dia ikut membalas dengan obor yang sama. Dari percikan obor yang di pukul tadi mengenai jerami yang ada di sebelah kandang dan membakar jerami itu. Tetapi hal yang aneh terjadi yaitu sapi-sapi yang terserang penyakit tadi sembuh ketika terkena percikan api tadi. Dan akhirnya perang obor tadipun di lestarikan hingga sekarang karena dianggap sebagai tolak balak dari semua penyakit.
Amanat dari cerita ini adalah jangan pernah menyepelekan pekerjaan sekecil apapun pekerjaan itu. Karena akan menimbulkan madorot yang besar dengan menyepelekan pekerjaan. Dengan adanya cerita ini kita dapat menyimpulkan bahwa betapa banyaknya budaya yang ada di negeri ini dan di setiap daerah pasti ada cerita di balik sutu kegiatan atau peristiwa dan kita dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut.