Рет қаралды 1,683
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat
TRIBUN-VIDEO.COM, LEUWILIANG - Siang hari, Selasa (20/9/2022) seorang kakek bernama Misad Bakri berusia 78 tahun dengan fasih menceritakan sejarah buah durian yang tersebar di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Sebuah kampung yang berlokasi sekitar 17-20 menit dari Kantor Kecamatan Leuwiliang ini, nampaknya menyimpan suatu cerita yang sangat mendalam bagi Misad.
Misad nampaknya masih mengingat betul babak demi babak silsilah kampungnya yang saat ini terkenal dengan Kampung Durian lokal.
Mulai dari awal belum terkenalnya durian bahkan sempat diacuhkan, sampai saat ini terkenal ke daerah luar.
Sejarah itu dimulai dari masyarakat yang seolah acuh terhadap buah durian yang melimpah di kampungnya.
"Jadi, awal banyaknya memang tahun 1950 an. Bahkan, pohon duriannya sudah ada sejak jaman penjajajahan. Tapi, boro-boro mau beli, dikasih pun orang tidak mau," kata Misad saat dijumpai TribunnewsBogor.com di kediamannya.
Bahkan, di dalam ingatannya, buah durian yang banyak itu, hingga mencapai ratusan.
"Ada sekitar 100-300 buah. Tapi, ya gitu. Tidak ada yang peduli," ungkapnya.
Ketidak pedulian masyarakat terhadap buah yang dihasilkan di kampungnya sendiri membuat salah satu 'Karuhun' kampung merasa putus asa.
Diingat betul oleh Misad, karuhun itu sampai menjual dan menebang pohon durian yang pada saat itu masih terhitung jumlahnya.
"Nah, tiba tiba sekitar tahun 1950 ada tukang kayu kesini datang. Dibelilah pohonnya tapi tidak membeli buahnya. Saya sedih banget, ngelihat buah langsung berantakan di bawah," ungkapnya.
Saking tidak lakunya itu pun, batang pohon durian yang ditebang itu hanya bisa ditukar beras.
"Saya ikut bawa batang itu. Pulang-pulang bawa beras lima liter. Jaman dulu kan yang penting makan. Tapi, saya sedih banget waktu itu," kenangnya sambil matanya berkaca-kaca.
Ditengah dirinya yang menyaksikan batang pohon durian itu dijual dan ditebang, karuhun (orang tua) pun berucap.
Dalam ucapannya itu, disebutkan, bahwa menebang pohon ini tidak menjamin kehidupan selanjutnya.
Namun, orang tua itu berucap, bahwa kedepannya pohon durian di Kampung Cengal itu akan tumbuh subur.
"Dulu orang tua bilang gini. Hidup sekarang mati nanti. Itu terbukti. Kita hanya bisa menukar batang pohon dengan beras. Itu kejadian betul," tambahnya.
Tapi, pribahasa yang disampaikan saat itu, mulai terkikis dengan sendirinya justru sebaliknya.
Pohon yang ditebang untuk kepentingan perut itu, membuat subur lahan sekitarnya.
"Itu dulu menggambarkannya. Tapi, ditambahkan olehnya suatu saat akan subur lagi. Terbukti, ucapannya benar. Disekitaran pohon yang tumbang itu tumbuh lagi pohon durian yang berbuah lebat hingga sekarang," jelasnya.
Ucapan yang terjadi kala itu, diingat oleh Misad, menjadi perubahan paradigma saat ini.
Masyarakat Kampung Cengal malah saat ini banyak yang hidup dari pohon durian ini.
"Kita memang seperti ini. Tidak dibudidayakan tapi pohonnya tumbuh sendiri. Dan alhasil saat ini masyarakat sudah kebuka," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul 'Jangankan Beli, Dikasih Juga Gamau' Curhat Kakek Soal Kampung Cengal Bogor Penghasil Durian Lokal, bogor.tribunnews.com/2022/09/....
Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
#viral #bogorinfo #infobogor #bogorterkini #beritabogor #kejadianbogor