Duduk di becak dari Kilometer Nol ke Taman Sari, YOGJAKARTA! Ayo lihat gimana..
Di pagi yang cerah, kami memulai perjalanan dari Kilometer Nol, jantung Yogyakarta. Udara sejuk menyapa, dan deretan becak berwarna-warni berbaris rapi, siap mengantar.
Di sini, dinding putihnya kontras dengan langit biru. Lalu, becak melintasi gedung Pos Indonesia yang megah, simbol era kolonial yang masih berdiri kokoh.
Becak kemudian berbelok ke Jalan Alun-Alun Utara, memberikan pemandangan luas lapangan yang hijau dan suasana kerajaan yang kental. Di sepanjang jalan, kita bisa melihat Masjid Gede Kauman yang bersejarah dan berbagai bangunan kuno dengan arsitektur khas Jawa. Sepanjang jalan ini, kami juga melihat anak-anak bermain layang-layang dan beberapa pedagang kaki lima yang menjual jajanan tradisional.
Tak lama kemudian, kami beralih ke Jalan Sidomukti, jalan kecil yang menawarkan ketenangan dan pemandangan unik rumah-rumah tradisional. Di sini, banyak terdapat warung kecil dan kios yang menjual aneka kerajinan tangan dan makanan khas. Sembari melintasi jalan ini, kami dapat merasakan aroma sate yang sedang dibakar dan mendengar suara musik gamelan yang dimainkan dari rumah-rumah penduduk.
Setelah itu, kami melewati Pasar Ngasem, pasar tradisional yang ramai dengan aktivitas. Aroma rempah dan suara pedagang menambah nuansa khas Yogyakarta. Di sini, berbagai jenis burung berkicau di kandangnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Beberapa menit kemudian, kami tiba di Taman Sari. Becak berhenti, dan kami turun, siap menjelajah lebih jauh ke dalam sejarah dan keindahan Taman Sari, Kraton