Pada tahun 1999, Punguan Hariandja Jakarta yang dipimpin oleh Alm St. Mulia Hariandja bercita-cita untuk menyelenggarakan Partangiangan Hariandja sedunia di Onan Runggu, Desa Hariandja, Huta Bolon Kabupaten Samosir. Untuk mewujudkan cita-cita itu, mereka menyebarkan surat edaran kepada semua Punguan Hariandja di seluruh dunia.
Respon yang diterima dari semua punguan menunjukkan persetujuan mereka, untuk melaksanakan Partangiangan Punguan Hariandja yang direncanakan pada tanggal 5 sampai 6 Juli tahun 2002. Hal inilah yang menjadi awal dari sebuah perjalanan penting bagi Tugu Marga Hariandja.
Sebelum acara tersebut berlangsung, para tokoh seperti Tiurma Boru Situmorang (Op. Ruth Boru), H.W. Hariandja (Ama Lina), dan Drs. B V Hariandja (Op Ruth Doli) berkumpul di di Bogor untuk membahas rencana Partangiangan yang akan direalisasikan. Pada pertemuan tersebut, Tiurma Boru Situmorang mengusulkan pembangunan Tugu Hariandja sebagai simbol Marga Hariandja.
Dengan penuh semangat, usulan ini kemudian disambut baik oleh Bapak H.W Hariandja dan Drs. B.V Hariandja yang dengan segera menghubungi Alm Edward Hariandja (Ama ni Hesti Hariandja) yang saat itu menjabat sebagai Ketua Punguan Hariandja Medan agar usulan ini disampaikan kepada Punguan Hariandja Jakarta selaku panitia dan penggagas Partangiangan. Pada prinsipnya, Punguan Jakarta memberikan persetujuan dengan harapan, bahwa Punguan di Medan akan membentuk Panitia Pembangunan Tugu tersebut.
Menindak lanjuti usulan itu, maka pada tanggal 1 Juni tahun 2001 diadakanlah rapat di Medan, yang diinisiasi oleh tiga tokoh penting, yaitu Drs. B.V Hariandja, Kol. Inf. Mangapon Hariandja (Op. Ni Hotraja), dan Alm Edward Hariandja, serta dihadiri peserta rapat yang datang dari Onan Runggu, Pangaribuan, Pematang Siantar, dan Kota Madya Medan.
Dalam rapat tersebut, Drs. B.V. Hariandja terpilih sebagai ketua umum, sementara Kolonel Inf M. Hariandja menjadi wakil ketua umum dan Ama Nikson Hariandja dipercaya sebagai sekretaris, sedangkan Alm Drs. Sibuea diangkat sebagai bendahara.
Tak lama setelah pemilihan pengurus berhasil dilaksanakan, selanjutnya mereka bertemu di Wisma Athletik Senayan Jakarta, tempat mereka membicarakan dengan penuh semangat mengenai rancangan gambar dan bentuk tugu yang akan menjadi simbol pemersatu bagi semua keturunan Raja Parhoris Hariandja di seluruh dunia. Mereka ingin membangun sesuatu yang istimewa dan mempesona, yang akan menjadi lambang kebesaran dan persatuan mereka.
Setelah melalui tahap perencanaan yang cermat dan penuh kolaborasi, akhirnya mereka mencapai kesepakatan. Sesuai dengan gambar yang diciptakan oleh Prof. Ir. M Hariandja, M Eng, mereka memutuskan bahwa pada puncak tugu akan diletakkan sebuah bola dunia yang melambangkan kesatuan global. Tiga tiangnya akan dirancang dengan bentuk Bulung sungkit yang menggambarkan kekuatan dan keindahan. Di bawahnya, akan ada ruangan bulat yang membentang hingga ke pondasi.
Kesepakatan tersebut kemudian disosialisasikan melalui partangiangan yang diadakan pada tanggal 6 Juli tahun 2002 di Huta Gorat Desa Hariandja Onan Runggu Kabupaten Samosir. Semua anggota keluarga dan keturunan Raja Parhoris Hariandja berkumpul dalam suatu perayaan yang meriah. Mereka menerima dengan bangga dan antusias
Pada kesempatan itu juga dilakukan peletakan batu pertama dan pelantikan Panitia Pembangunan Tugu Hariandja oleh Tiga Pomparan Oppu Anak Ni Raja Parhoris Hariandja yaitu Tunggal Nabolon, Tuan Jopul, dan Partungkotbosi. Suasana kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, karena mereka sadar bahwa tugas mereka adalah untuk mempersatukan semua keturunan Raja Parhoris Hariandja di seluruh dunia.
Selanjutnya pada tanggal 6 September 2003, sebuah pesta peresmian diadakan untuk merayakan Tugu Hariandja yang sudah selesai dengan sempurna. Warga desa, hula-hula Sirait, tulang Simbolon, dan dongan tubu marga Samosir turut hadir dalam perayaan ini. Acara ini diadakan secara adat dengan diiringi gondang sabangunan.