Рет қаралды 3,010
Basap dalam istilah setempat bermakna "gunung". Makna itu beraura penanda identitas budaya bagi komunitas Dayak Basap. Merekalah penguasa gunung dan penjelajah sekaligus pemilik belantara. Bagi komunitas Dayak Basap di Teluk Sumbang "habitus" adat mereka (gunung dan hutan) menurut tutur sejarah terbentang dari titik Tanjung Sinondo, Balai Bakul, Sapo Kulit, Gunung Hantu pun juga Padang Macan.
Dari penamaan kawasan, tersirat jejak historis di waktu silam. Pada bentang alam habitus mereka terdapat bebatuan kapur (karst) dan kekayaan keanekaragaman hayati. Macan Dahan masih berloncatan di pepohonan bersama satwa endemik lain. Pada musim tertentu Bunga Bangkai mekar seiring dengan kisah mitolologi Anjing Hantu. Itu baru cerita pendek ihwal kekayaan rimba Dayak Basap.
"Ibuku Gunung, Ayahku Langit" filosofi ini senantiasa ada dalam narasi tradisi lisan Dayak Basap. Di kelampauan zaman mereka mengenal perhitungan waktu berdasarkan perputaran bulan di langit. Pengetahuan menghitung waktu dalam bahasa Dayak Basap disebut Takwin. Perhitungan waktu berdasarkan Takwin, lebih jitu dari perhitungan Kalender Masehi yang hanya bisa menghitung hari dalam minggu dan bulan.
Takwin "berporos" dalam rotasi bulan. Dihitung mulai dari "Bulan Gelap" dalam pergerakan 15 hari berpuncak pada "Bulan Terang" yang lazim disebut purnama, kemudian bergerak dalam 15 hitungan menuju kembali ke "Bulan Gelap". Takwin selain berguna untuk menghitung siklus kehidupan (lahir, kawin, mati) juga berfaedah untuk menghitung siklus perladangan.
Takwin dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengetahui jenis hama tanaman (binatang air, darat dan udara) pada siklus ladang. Bahkan dapat untuk menghitung kapan air laut surut dan pasang. Itu baru cerita pendek tentang Takwin.