Рет қаралды 826
Podcast #126
NAMA De Ama sempat naik dan memberi warna sendiri di belantika musik pop Bali. Dua lagunya “Apang Gondong” dan “I Luh Jegeg” banyak menarik minat penikmat musik di pulau dewata. Namun ketika pintu karier di jalur menyanyi terbuka lebar, pria asal Bengkala, Buleleng ini pelan-pelan “menghilang”. Ia memilih peluang lain dengan bertugas di bagian protokol Pemda Bali. Walau demikian ia membantah kalau dikatakan berhenti menyanyi.
“Saya Masih ada di lagu pop Bali,” katanya. Di sela-sela kesibukannya pria bernama asli Made Sudarma ini masih menyempatkan diri menyanyi, menjadi MC, presenter acara musik di TVRI, juga merilis album “Masakapan”. Mengatur waktu untuk bisa tetap menggeluti hobi menyanyi di sela kesibukan tugas yang kadang “tak kenal waktu” bukan hal mudah. Bahkan tak jarang ia harus membatalkan job menyanyi atau nge-MC yang sudah diterima.
Belakangan, dengan berbagai pertimbangan termasuk idealism dan kenyamanan bekerja, De Ama malah keluar dari zona nyaman, memilih mundur dari kesibukan sebagai staf di Pemprov Bali. Ia lebih banyak menekuni hobi lama termasuk menjadi konsultan acara dan belakangan justru juga menjadi praktisi penyembuhan. Kok bisa?
Mengapa harus wayang Panca Datu? Apa yang membuat pria yang memiliki latar belakang Pendidikan tinggi Ilmu Sosial Politik ini memilih wayang sebagai hobinya sejak kelas III SD? Apa pula pandangannya tentang keberadaan wayang di Bali saat ini di tengah desakan modernisasi dengan beragam hiburan dan tontonan lainnya?
Like dan share jika suka dengan video ini.
Mari kembangkan channel ini dengan menekan tombol subscribe
FB: okemade.ganghan #okemade #podcast #ganghan