Рет қаралды 37,696
• OTONAN MINIMALIS
OTONAN MINIMALIS
#Wetu
#Otonan
#HariKelahiran
Otonan atau sering disebut pawetonan berasal dari kata wetu yang berarti keluar atau lahir. Jadi upacara Pawetonan atau otonan adalah peringatan hari lahir atau kelahiran yang bertepatan dengan perhitungan saptawara, pancawara dan pawukon, yang datangnya setiap enam bulan sekali dalam perhitungan Bali atau Jawa. Setiap enam bulan (Bali dan Jawa) atau 210hari, dibuatkan upacara pawetuan bertujuan untuk penyucian diri. Upacara Otonan merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya bertujuan untuk penyucian diri lahir bhatin (pamarisudha raga) dan memohon keselamatan dalam upaya peningkatan kehidupan spiritual menuju kebahagiaan baik di dunia maupun di alam niskala. Ada beberapa sarana dasar yang harus disiapkan dalam melaksanakan otonan (pawetuan), yaitu: [1] Banten Peras, simbol berfungsi menyucikan Tri Guna (sifat Sattwam, Rajah,Tamah). [2] Banten Pengambean yang dilengkapi dengan tulung sebagai simbol permohonan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup [3] Banten Dapetan, simbol nyasa agar dikaruniai kesejahtraan dan kebahagiaan, panjang umur dan Kesehatan. [4] Sesayut, sebagai simbol permohonan kerahayuan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. [5] Penyeneng, dilengkapi dengan peras tetebusan, symbol penebusan atas segala apa yang perlu ditebus. Beberapa bentuk dan makna banten yang sering dipakai pada pelaksanaan otonan [adapetan atau peras pengambean], terdiri dari beberapa unsur di antaranya: [a] Byakaon ( byakala ), banten ini berfungsi sebagai penetralisir (penyomya) Bhuta Kala yang bersifat negatif. Byakaon adalah banten yang alasnya berupa sidi sebagai simbul alat pemisah yang bersih dan kotor. [b] Prayascita, banten ini memiliki mutu kedewataan, oleh karena itu banten Prayascita berfungsi untuk pembersihan dan merupakan simbul yang mengandung nilai religius sebagai kekuatan Siwa Guru. Prayascita juga bermakna menyucikan rohani secara sekala niskala. [c] Pejati, banten pejati sebagai upasaksi kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi beliau sebagai Siwa Guru, sebagai permakluman bahwa pada hari tersebut sebagai peringatan hari kelahiran bagi umat yang melaksanakan otonan. Banten Pejati ini terdiri dari rangkaian banten Daksina, Peras, Sodan dan tipat kelanan, dilengkapi dengan penyeneng alit, canang dan pesucian. [d] Peras, banten peras sesuai dengan namanya memiliki makna permohonan keberhasilan. Dilihat dari arti kata peras sama dengan prasidha (sidhakarya) artinya suksesnya sebuah yadnya. [e] Pengambeyan, berasal dari kata ngambe berarti memanggil atau memohon. Banten Pengambeyan mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur guna dapat menikmati kehidupan yang senantiasa berdasarkan Dharma; [f] Dapetan, banten ini mengandung makna seseorang hendaknya siap menghadapi kenyataan hidup baik dalam suka maupun duka. Harapan setiap orang tua adalah berlimpahnya kebahagiaan dan kesejahtraan bagi putra dan putrinya, panjang umur dan selalu sehat. Bentuk banten dapetan alasnya berupa taledan di atasnya diisi tiga (3) Tumpengn, dilengkapi dengan kojong rangkadan diisi rerasmen, raka - raka jangkep ( pisang, tebu, jaja uli, jaja begina, buah - buahan, bantal dan tape ), Sampen jeet goak, sesedep berisi beras,benang putih dan dilengkapi dengan Penyeneng otonan yang berisi tepung tawar, sisig (jaja begina metunu), beras, jinah bolong (pis tukelan) dan benang tebus putih sebagai simbul akasa (bayu); [g] Sodan atau ajuman, bermakna mempersembahkan makanan yang dilengkapi dengan lekesan (sirih, pamor, pinang dan mako), karena umat manusia berkewajiban untuk mempersembahkan terlebih dahulu apa saja yang akan dinikmati. Karena seseorang yang menikmati makanan tanpa mempersembahkan terlebih dahulu kepada -Nya, dinyatakan sebagai pencuri yang menikmati pahala dosanya sendiri. [h] Sesayut Pewetuan, maknanya sebagai ungkapan terima kasih karena telah diberikan kesempatan terlahir sebagai manusia dan mohon agar selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. [i] Sesayut Lara Meraradan, maknanya sarana memohon keselamatan, mohon kesejahtraan dan terhindar dari segala penyakit.[j] Sesayut pebersihan, maknanya ungkapan permohonan penyucian diri untuk menjalani kehidupan di bhuana agung ini. Sesayut ini adalah merupakan runtutan dari ayaban tumpeng 7 (pitu) dimana bentuk tetandingannya adalah alasnya berupa tamas sesayut, di atasnya diisi nasi pangkonan, yang dilengkapi dengan rerasmen dan ayam panggang atau ayam tutu, peras tulung sayut, penyeneng alit, sampian nagasari dan canang sari.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada KZfaq, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
kzfaq.info/love/B5R
Facebook:
yudhatriguna
Instagram:
/ yudhatrigunachannel
Website:
www.yudhatriguna.com