Kanal Bali Jani ~ I Gusti Batanjeruk pernah melakukan pemberontakan kepada Raja Gelgel. Tetapi karena mengalami kegagalan, maka beliau dan keluarganya melarikan diri dari Gelgel menuju ke timur. Sementara pasukan yang setia kepada Raja terus melakukan pengejaran, sampai akhirnya I Gusti Batanjeruk tewas dalam pertempuran.
Setelah I Gusti Batanjeruk tewas, hampir semua keluarganya, termasuk pamannya Kiyai Keloping dan sanak saudaranya tidak berani lagi tinggal di Gelgel dan turut mengungsi ke timur. Karena terus dikejar oleh pasukan Raja, maka mereka berpencar seraya menyembunyikan identitas dirinya.
Dalam pengungsiannya di Subagan, Karangsem, Kiyai Keloping mengaku sebagai keturunan Pasek Padang Subadra, agar terhindar dari bahaya penangkapan oleh pasukan Gelgel. Namun karena merasa belum aman, beliau lalu pindah ke desa Telengan dengan tetap mengaku sebagai keturunan Pasek Padang Subadra.
Pengungsian ke Telengan itu juga merupakan siasat, agar beliau dapat kembali bergabung dengan keturunan Pangeran Nyuhaya lainnya yang mengungsi di sebelah barat desa Dawan. Di desa Telengen beliau menumpang pada Bendesa Telengan. Di situ beliau kemudian menikah dengan putri Bendesa Telengan yang adalah warga Pasek Sanak Sapta Resi.
Dari Telengan kemudian Kiyai Keloping menggabungkan diri dengan sanak saudaranya yang mengungsi di kaki bukit sebelah barat desa Dawan. Di daerah pengungsian tersebut keturunan Kiyai Keloping lalu membangun Pura Dalem Keloping yang kemudian ditetapkan sebagai Pura Kawitan Warga Keloping. Pura-pura lainnya yang kemudian menyusul dibangun adalah Pura Paibon Keloping Kawanan, Pura Paibon Keloping Kanginan, Pura Paibon Gunung Sari, dan Pura Paibon Puncak Sari.